Kementerian Pertanian serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersinergi dalam pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi pada 2020-2024 mendatang.
Hal itu disampaikan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat menerima kunjungan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) di kantor Kementerian PUPR di Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Keduanya berencana untuk menyepakati sejumlah program kerja sama, termasuk pembangunan dan rehabilitasi saluran irigasi.
Mentan SYL mengaku melakukan kunjungannya ke KemenPUPR guna menjajaki berbagai program Kementan yang mungkin bisa disatukan dengan KemenPUPR.
“KemenPUPR memang menangani semua aspek infrastruktur, termasuk infrastruktur yang terkait dengan pertanian yang dibutuhkan agar akselerasi pertanian yang bermuara pada kepentingan rakyat menjadi lebih baik,” tegas Syahrul.
SYL mengatakan, Menteri Basuki berkomitmen untuk mendukung penuh pertanian, khususnya pada provinsi unggulan di bidang pangan. “Ini sebuah kebahagiaan bagi saya. Tentu saja saya berharap kita tidak hanya komitmen pada diplomasi pertemuan ini, tapi juga terwujud dalam Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman hingga mengemplementasinya secara teknis. Saya bermain di teknis pertanian, beliau di teknis infrastruktur yang dibutuhkan. Untuk wilayahnya baru akan kami mapping,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Basuki menegaskan akan mengurus sepenuhnya urusan irigasi. Rehabilitasi irigasi 5 tahun ke depan sekitar 2,5 juta hektare (ha), sedangkan pembangunan irigasi sejauh ini (per November 2019) baru ada 500.000 ha.
Selama 5 tahun terakhir, KemenPUPR telah melakukan pembangunan irigasi sepanjang 1 juta ha dan rehabilitasi jaringan irigasi 3 juta ha. “Kami nanti akan lihat provinsi lumbung padi atau pertanian di mana saja. Ada 15 provinsi kita akan fokuskan di situ sesuai dengan fokus dari pertanian harus disinkronkan,” tukas Menteri Basuki.
Ada beberapa kriteria untuk wilayah yang akan dilakukan pembangunan irigasi, seperti kesesuaian lahan, ada airnya, ada aksesibilitas, ada petaninya, iklimnya baik, dan ketentuan lainnya.
Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan komitmen KemenPUPR dalam mendukung terwujudnya ketahanan air dan pangan nasional.
Salah satu jaringan irigasi yang telah dibangun KemenPUPR adalah Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong seluas 5.313 ha di Kabupaten Garut, yang merupakan salah satu lumbung padi di Provinsi Jawa Barat.
Sumber airnya berasal dari Bendung Copong dengan memasok 11 irigasi teknis, seperti di Ciojar (73 ha), Cibuyutan Utara (531 ha), Situ Bagendit (409 ha), Citikey (528 ha), Cermot (107 ha), Citameng II (82 ha), Citameng III (91 ha), Citameng IV (498 ha), Cipacing (593 ha), Cibuyut (89 ha), Situhiang (70 ha) dan sisanya sawah tadah hujan seluas 2.242 ha.
Pemenuhan pasok air untuk pertanian juga dilakukan KementPUPR dengan terus meningkatkan tampungan seperti pembangunan bendungan, embung, dan revitalisasi danau.
Keberadaan bendungan dan pasok air dari irigasi diharapkan dapat menjadikan petani melakukan beberapa kali penanaman sehingga meningkatkan produksi pangan di Indonesia.
“Pembangunan bendungan diikuti dengan jaringan irigasi. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Basuki.
Capai Target 100%
Sementara itu Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Rahmanto mengatakan, rehabilitasi jaringan irigasi terutama irigasi tersier penting dilakukan agar distribusi air ke sawah petani lancar.
Dia mengatakan, tahun 2019 Ditjen PSP Kementan menargetkan rehabilitasi jaringan irigasi tersier (JIT) seluas 130.000 ha, “Alhamdulillah, target tersebut tercapai 100%. Begitu juga target embung sebanyak 400 unit juga tercapai,” katanya kepada Agro Indonesia di Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Untuk tahun 2020, program rehabilitasi jaringan irigasi tersier hanya 100.000 ha. Target ini dirasakan terlalu kecil dan belum mengimbangi jaringan irigasi tersier yang rusak.
Data Agro Indonesia mencatat, dalam empat tahun (2015-2018), Kementan sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier seluas 3,12 juta ha. Realiasi terbesar terjadi tahun 2015 yang mencapai 2,45 juta ha.
Rahmanto mengatakan, kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi dari luasan 3,12 juta ha mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton.
Menurut dia, dengan peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi peningkatan produksi sebesar 8,18 juta ton, sehingga total produksi padi selama empat tahun pada lahan rehabilitasi jaringan mencapai 24,37 juta ton gabah kering panen (GKP).
“Kita harapkan JIT yang sudah diperbaiki tersebut dirawat petani secara swadaya, agar infrastruktur perairan itu tetap berfungsi dengan baik,” tambah Rahmanto.
Menurut Rahmanto, pemeliharaan jaringan irigasi baik skunder, primer dan tersier tidak lain agar pasok air ke sawah petani menjadi lancar. “Jika pasok air lancar, maka tanaman tidak mengalami kekeringan. Apalagi di musim kemarau, keberadaan air sangat dibutuhkan,” tegasnya.
Dia menyebutkan, Ditjen PSP mempunyai program/kegiatan pengembangan sumber-sumber air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.
Dalam waktu tiga tahun (2015 s/d 2017) Direktorat Irigasi Pertanian telah melaksanakan program pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage sejumlah 2.785 unit.
Rahmanto menambahkan, untuk irigasi perpompaan Ditjen PSP mencatat, hingga 5 November 2018, telah membangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 ha, maka luas oncoran atau yang dapat diairi, saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha.
Jika berdampak pada peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,78 ribu ha dan penambahan produksi padi 154,85 ribu ton.
Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi.
Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir, 2015-2018 mencapai 2.956 unit. “Bila dapat memberikan dampak kenaikan IP 0,5, maka potensi penambahan produksi pertanaman mencapai 384,28 ribu ton,” katanya. PSP