Kementan Realokasi Anggaran Alsintan dan Benih

Guna mengatasi dampak wabah virus korona (COVID-19) kepada petani terdampak, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan realokasi anggaran program sebesar Rp435 miliar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pergeseran anggaran tersebut akan dipindahkan ke Ditjen Tanaman Pangan sebesar Rp163 miliar dan Ditjen PSP sebesar Rp272 miliar.

Anggaran yang dipindahkan ke Ditjen Tanaman Pangan sebesar Rp163 miliar akan dialokasikan untuk bantuan benih tanaman dan Alsintan pascapanen. Sedangkan anggaran Rp272 miliar yang dialihkan ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) digunakan untuk Alsintan pra-panen.

Anggaran  sebesar Rp435 miliar tersebut berasal dari pemangkasan anggaran di lingkup eselon 1, di antaranya Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) Rp151,84 miliar, Badan Litbang Pertanian sebesar Rp194,22 miliar, Barantan Rp35,97 miliar, dan Sekretariat Jenderal sebesar Rp52,97 miliar.

Pemotongan anggaran pada Sekjen, BPSDMP, Balitbangtan dan Barantan itu disebut Syahrul dilakukan secara proporsional dengan mempertimbangkan semua masukan dan hasil akhir dari Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR pada  27 April 2020.

Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR, Sudin meminta Kementan agar memulihkan volume pengadaan alat mesin pertanian (Alsintan) dan kegiatan benih yang dikurangi terlampau besar.

“Komisi IV DPR meminta Kementan agar pengadaan alat mesin pra dan pascapanen serta kegiatan benih atau bibit dipulihkan volumenya atau minimal sesuai perencanaan awal dengan anggaran berasal dari efisiensi Setjen yang disepakati pada RDP Selasa (28/4/2020),” tegas Sudin.

Dia juga meminta program optimalisasi pemanfaatan pupuk organik sebesar Rp90 miliar agar direalokasi untuk mendukung pengadaan Alsintan pascapanen.

Komisi IV meminta realokasi anggaran diversifikasi pangan sebesar Rp109 miliar ke kegiatan pengembangan jagung dan pengembangan kedelai dan kacang-kacangan lainnya.

Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi mengatakan, kegiatan bantuan benih atau bibit untuk petani perlu didorong untuk memastikan penanam kembali bisa dilakukan lebih cepat. “Petani juga kebingungan saat ingin menanam baru. Saya harapkan Kementan memetakan luas wilayah produktif, biaya kuli sehingga anggarannya semua diarahkan ke sana. Supaya musim panen berikutnya lebih baik lagi, kita bisa mengantisipasi masa paceklik,” ungkap Dedi.

Realokasi Anggaran

Pemotongan anggaran lingkup eselon 1 Kementan yang digunakan untuk realokasi ini, kata Mentan Syahrul, dilakukan secara proporsional dengan pertimbangkan masukan dan saran anggota dewan.

Selain itu, lanjut Syahrul, juga mempertimbangkan perhitungan kemungkinan terjadinya pagu minus, khususnya di Badan PPSDMP dan Badan Litbang Pertanian serta kemungkinan terjadi stagnan dalam pelaksanaan program dan kegiatan di Barantan dan Sekretariat Jenderal.

Mentan menegaskan, ada pula realokasi anggaran terhadap masing-masing eselon 1, maupun pergeseran anggaran antara program eselon 1 yang ada di lingkup Kementan.

Realokasi anggaran internal eselon 1 di antaranya, pertama Ditjen Tanaman Pangan sebesar Rp338 miliar untuk meningkatkan bantuan Alsintan pascapanen, pengembangan jagung serta pengembangan kacang-kacangan lainnya.

Kedua, Ditjen Perkebunan sebesar Rp66 miliar guna mendukung kegiatan pascapanen dan pengolahan hilirisasi serta pemasaran hasil perkebunan, antara lain alat pengolahan pascapanen dan bantuan benih.

Ketiga, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sebesar Rp218 miliar untuk mendukung kegiatan pengembangan ruminansia potong antara lain domba kambing dan sapi.

Keempat, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) sebesar Rp822 miliar untuk kegiatan padat karya infrastruktur pertanian pedesaan, termasuk untuk pemulihan kegiatan pengadaan alat mesin prapanen dan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) serta meningkatkan bantuan Alsintan prapanen.

Kelima, Ditjen Hortikultura sebesar Rp87 miliar untuk mendukung kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura, seperti alat pengolahan pasca panen serta bantuan benih tanaman obat dan sayuran. Terakhir, Badan Ketahanan Pangan sebesar Rp87 miliar untuk mendukung kegiatan pekarangan pangan lestari dan lembaga distribusi pangan.

Penghematan Alsintan

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menyebutkan, penghematan Alsintan cukup dalam dari Rp1,2 triliun menjadi Rp254 miliar. “Tadi Pak Sekjen sudah mengatakan, mudah-mudahan Alsintan tahun lalu bisa digunakan tahun ini, tentunya dengan proporsional,” ujar Sarwo.

Dia  menjelaskan, secara volume belanja Alsintan prapanen ini turun dari 23.400 unit menjadi 13.300 unit. Belanja Alsintan tahun 2020 secara rinci meliputi 1.820 traktor roda dua, 190 traktor roda empat, 4.400 unit pompa air, 1.000 unit cultivator, sedangkan pengadaan rice transplanter dan seeding tray ditiadakan.

Sarwo Edhy juga menambahkan, belanja operasional baru yang sebelumnya tidak masuk anggaran, yakni hand sprayer sebanyak 5.890 unit. “Hand sprayer ini yang paling banyak diminta oleh petani di masa pandemi COVID-19. Mereka membutuhkan untuk penyemprotan desinfektan,” tegasnya. Di belanja nonoperasional, PSP Kementan menghapus beberapa anggaran belanja, di antaranya bangunan konservasi dan antisipasi anomali iklim, cetak sawah dan SID serta operasional UPJA. “Optimalisasi pemanfaatan pupuk organik sebelumnya direncanakan dialokasikan sebesar Rp204 miliar, pada rancangan ini dianulir atau dibatalkan,” ucapnya. PSP