Kementan Terus Sosialisasikan Sistem SIAP

Kementerian Pertanian (Kementan) terus mensosialisasikan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berbasis online (dalam jaringan atau daring) melalui Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP). Kegiatan sudah digelar di Lampung, Sumatera Selatan, Yogyakarta dan provinsi lainnya.

Sekretaris Ditjen Prasaranadan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Mulyadi Hendiawan mengatakan, peserta asuransi pertanian terus meningkat. PT Jasa Asuransi Pertanian (Jasindo) sebagai pengelola terus mengoptimalkan aplikasi SIAP.

Aplikasi SIAP merupakan hasil kerja sama antara Kementan dengan Jasindo untuk mempermudah pendaftaran dan pendataan asuransi. “Aplikasi SIAP menjadi salah satu jawaban atas keluhan para dinas pertanian di seluruh Indonesia dan beberapa pihak lainnya mengenai penyajian data atau pendaftaran asuransi tani,” ujar Mulyadi.

Berdasarkan data Kementan 2018, realisasi AUTP sekitar 806.199,64 hektare (ha) dari target 1 juta ha (80,62%), sedangkan klaim kerugian mencapai 12.194 ha (1,51%).

“Sampai saat ini tidak ada kendala, baik klaim maupun pembayaran premi, dan Kementan bersama perusahaan asuransi Jasindo terus mengajak para petani padi untuk mengasuransi lahannya,” ujar Mulyadi.

Dalam sosialisasi, Kepala Bidang Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lambar, Antoni Zakaria menyampaikan prosedur mengikuti program AUTP mulai 2019 dilaksanakan berbasis internet. Prosedur dilakukan mulai dari pendaftaran, premi, hingga klaimnya, yaitu ada perubahan sistem yang semula dari manual beralih ke aplikasi internet.

“Program AUTP saat ini melalui aplikasi sistem internet. Ke depan pendaftaran tidak lagi harus datang ke kabupaten. Jadi, kami minta agar penyuluh-penyuluh mampu menguasai sistem ini,” ujarnya.

Jasindo sebagai pengelola sudah meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP). Aplikasi SIAP merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Pertanian dengan Jasindo untuk mempermudah pendaftaran dan pendataan asuransi.

Dikatakannya, aplikasi SIAP menjadi salah satu jawaban atas keluhan para dinas pertanian di seluruh Indonesia dan beberapa pihak lainnya mengenai penyajian data atau pendaftaran asuransi tani.

“Beberapa catatan audit, itu tidak boleh berulang. Baik administrasi maupun manajerial, bahkan sampai menimbulkan kerugian negara. Khusus asuransi pertanian, aplikasi SIAP ini dapat mengatasi permasalahan tersebut,” kata Mulyadi.

Adanya aplikasi SIAP ini tentunya dapat menyempurnakan penyajian data, memudahkan pendaftaran petani, bahkan mengatasi masalah kurangnya tenaga dari Jasindo yang sempat menjadi keluhan di berbagai daerah.

Mudah Dipelajari

Meskipun baru diluncurkan, penggunaan aplikasi ini sudah diuji coba oleh beberapa penyuluh pertanian lapang dan aplikasi SIAP ini mudah dipelajari. Sehingga penyuluh bisa dengan cepat mengerti dan mengaplikasikannya. Menariknya lagi, dengan adanya aplikasi ini, pencatatan dokumen menjadi paperless (tidak membutuhkan kertas) sehingga blangko dokumen tidak akan tercecer.

Kini aplikasi SIAP hadir untuk meningkatkan pelayanan dengan mempermudah sistem, mendukung pertanian 4.0, serta monitoring pelaksanaan AUTP dan AUTS/K secara real time. Pendaftaran dan klaim AUTP dan AUTS/K pun dapat lebih praktis dan mudah.

Mulyadi mengungkapkan, perkembangan asuransi tani kini sudah jauh lebih baik. Manfaat asuransi tani telah nyata dirasakan, terutama di daerah endemik potensi kegagalan panen. Bahkan, kesadaran masyarakat sekarang justru sudah timbul dan secara swadaya mengakses asuransi pertanian tersebut.

“Sekarang mereka datang ke Jasindo menanyakan skema bagaimana asuransi tani untuk komoditas lain, seperti bawang merah, cabai. Tidak hanya pada padi saja,” katanya.

Ditjen PSP pun telah berkoordinasi untuk mulai menyusun teknis asuransi di luar komoditas padi, karena memang sekarang hanya padi dan ternak yang mendapat anggaran APBN untuk premi, yaitu sebesar 80%.

Mulyadi Hendiawan menambahkan, pihaknya masih fokus pada program AUTS/K dan AUTP. Namun, dia mengatakan asuransi pertanian ini masih akan terus dikembangkan. Bahkan, saat ini pihaknya sedang intensif mengkaji asuransi pertanian untuk cabai dan bawang merah. Asuransi untuk domba pun sedang terus dikaji karena permintaannya banyak.

“Setiap komoditas pertanian itu memiliki indeks risiko yang berbeda-beda. Inilah yang sedang kami kaji, apa yang harus di-cover, berapa penentuan premi yang dipertanggungkan dan lainnya,” ujar Mulyadi.

Saat ini, Mulyadi mengatakan pihaknya belum akan memperbesar target luas lahan atau sapi yang terdaftar dalam AUTS/K dan AUTP.

Dia berharap, seiring dengan pemahaman bahwa asuransi pertanian adalah hal yang penting, maka petani maupun peternak mulai sadar untuk mengakses asuransi pertanian secara mandiri. “Dengan pemahaman ini, kami berharap perusahaan jasa asuransi melihat ini sebagai sebuah peluang bisnis. Sehingga, selain bisa melindungi petani, perusahaan asuransi juga masih tetap bisa menjalankan bisnisnya,” katanya. PSP