Dalam upaya memperkuat jejaring kemitraan dan membuka akses pasar bagi produk hasil hutan, Pusat Penyuluhan Kehutanan menyelenggarakan kegiatan Foresta Showbiz. Kegiatan ini mempertemukan Kelompok Tani Hutan (KTH) dari berbagai kabupaten di Sulawesi Selatan dengan offtaker dan pelaku usaha bidang kehutanan, guna membangun jejaring pemasaran, memperkuat kelembagaan ekonomi, dan membuka peluang kerja sama bisnis berkelanjutan.
Foresta Showbiz diikuti oleh 100 peserta yang terdiri atas 50 peserta KTH, 30 offtaker, serta 20 undangan dari instansi pemerintah dan lembaga keuangan. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan selaku Koordinator Wilayah UPT Kementerian Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan dan dihadiri oleh berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK).
Dalam sambutannya, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan, Hasnawir, menyambut baik gelaran Foresta Showbiz ini dan berharap kegiatan ini dapat meningkatkan transaksi ekonomi KTH di wilayah Sulawesi Selatan, memperluas jaringan pemasaran, dan memperkuat posisi produk hasil hutan lokal di pasar nasional maupun global. “Mari kita jadikan kegiatan ini sebagai langkah awal menuju kemitraan nyata antara petani hutan dan offtaker,” tegas Hasnawir.
Dalam Sambutannya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Kasman menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya atas penyelenggaraan foresta showbiz di Sulawesi Makassar ini. Menurutnya, kegiatan ini menjadi kebanggaan, supporting motivasi dan support system bagi pihaknya di Sulawesi Selatan untuk melaksanakan peran dan tugas sebagai instansi Penyuluhan Kehutanan. Kasman juga mengajak semua pihak memanfaatkan forum ini sebaik-baiknya untuk ajang bertukar pengalaman dan memperluas jaringan usaha.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kehutanan, Drh. Indra Eksploitasia Semiawan dalam keterangannya menyampaikan bahwa, “Kelompok Tani Hutan adalah ujung tombak pengelolaan hutan lestari. Di tangan mereka, hasil hutan kayu dan non-kayu seperti kopi, gula aren, madu, jamur tiram, kerajinan bambu, dan kayu, kunyit, cuka kayu serta kemiri memperoleh nilai tambah. Namun, potensi besar ini sering terkendala akses pasar yang terbatas”.
Foresta Showbiz hadir sebagai solusi atas persoalan klasik yang dihadapi KTH yaitu keterbatasan jejaring bisnis. Melalui pameran produk dan sesi business matching, para petani hutan bisa langsung berinteraksi dengan pedagang, distributor, bahkan lembaga pendanaan.
Pada sesi Business Matching Temu Usaha, KTH melakukan presentasi singkat mengenai potensi usaha dan kapasitas produksi mereka. Di sisi lain, para offtaker menyampaikan kebutuhan bahan baku dan peluang kemitraan yang dapat dijajaki bersama. Setiap KTH menyiapkan pameran, lengkap dengan kemasan menarik dan materi promosi.
Program ini didukung oleh Dinas LHK Provinsi Sulawesi Selatan, Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan, Balai P2SDM Wilayah VI, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Balai Perhutanan Sosial Sulawesi Selatan, Balai P2SDM Wilayah VI, Balai DAS Jeneberang Saddang, Balai BPKH Wilayah VII Makassar, Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Wilayah Sulawesi, Kepala Balai Pengelolaan Hutan Lestari Wilayah XV Makassar, Balai BPTH Wilayah II Makassar, Balai Penegakan Hukum Kehutanan Wilayah Sulawesi, SMK kehutanan Makassar, Dinas Ketahanan Pangan, Bank Mandiri, Bank BSI, Bank BRI, dan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup.
Beberapa komoditas KTH yang paling diminati oleh offtaker meliputi aren, porang, cuka kayu, kunyit, dan kemiri. Minat tersebut menjadi indikasi bahwa produk lokal hasil hutan memiliki potensi ekonomi yang kuat jika dikembangkan dengan pembinaan berkelanjutan.
Dalam acara ini, tercatat sebanyak 15 kerja sama dengan KTH dan offtaker untuk memenuhi kebutuhan bahan baku diantaranya jenis produk kunyit, gula aren, kemiri, porang, kopi, furniture, pupuk, dan cuka kayu.
Kepala Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM, Wahju Rudianto berharap melalui Foresta Showbiz, KTH dapat memperluas jejaring usaha, meningkatkan kapasitas dalam pengelolaan bisnis kehutanan, serta memperkuat kemitraan dengan sektor swasta. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi model pembelajaran kolaboratif untuk mempertemukan pelaku usaha kehutanan, lembaga pembiayaan, dan komunitas petani hutan secara berkesinambungan. Dalam kegiatan foresta showbiz ini menghasilkan Nilai Transaksi Ekonomi sebesar Rp.42.099.000.
“Kegiatan ini bukan hanya ajang pameran, tetapi juga ruang untuk membangun kepercayaan dan kemitraan yang konkret antara petani hutan dan dunia usaha,” ujar Wahju.AI


















