Konsumsi Daging Indonesia Diprediksi Naik 1,321%

Indonesia dinilai makin sulit untuk tidak mengimpor pangan akibat terus bertumbuhnya kelas menengah yang cenderung menyukai makanan bernilai tinggi. Salah satunya konsumsi daging, yang diperkirakan tumbuh 1,32% pada tahun 2050.

Hal itu terungkap dalam rilis mengenai perkiraan Indonesia yang dikeluarkan oleh The Australian Bureau of Agricultural and Resource Economics and Sciences (ABARES), pekan ini. Perkiraan ini menjadi peluang empuk ekspor ternak dan produk ternak Australia ke Indonesia.

Kelas menengah Indonesia terus bertumbuh dalam dua dasawarsa terakhir, naik 13% pada tahun 2002 sampai 2016. Indonesia sendiri sudah diklasifikasikan Bank Dunia sebagai negara dengan pendapatan menengah-atas pada tahun 2020. Namun, terjadinya pandemi COVID-19 di dunia menurunkan kembali status itu.

Meski tantangan COVID-19 harus dihadapi Indonesia, namun ABARES menyebut pendapatan Indonesia akan tetap bertumbuh. “(COVID-19) telah meningkatkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 27,5 juta orang atau 10,1% dari total populasi, dan membalik kemajuan yang dicapai selama 3 tahun dalam pengentasan kemiskinan,” tulis laporan ini.

Namun, begitu Indonesia mampu keluar dari krisis kesehatan ini, maka arah pertumbuhan akan kembali lagi menuju negara berpendapatan lebih tinggi.

Laporan Departemen Pertanian, Air dan Lingkungan Australia ini menemukan bahwa orang-orang Indonesia dengan pendapatan yang lebih tinggi berkontribusi terhadap perubahan pola makan, yakni makanan yang lebih beragam, makin tinggi mengkonsumsi makanan olahan dan siap saji. Selain itu, orang Indonesia juga lebih sering ke pasar swalayan (supermarket maupun hypermarket) ketimbang ke “pasar becek” alias pasar tradisional.

Pertumbuhan jumlah restoran dan kedai makanan yang signifikan serta tumbuhnya penggunaan ponsel pintar dan penggunaan layanan pesan-antar makanan (seperti GoFood dan GrabFood) juga mendukung preferensi konsumen untuk memilih makanan jadi maupun siap saji, tulis laporan itu.

“Indonesia berada di garda terdepan dari banyaknya platform e-commerce, yang didorong oleh kaum muda, berpenghasilan tinggi dan keterbukaan penduduk perkotaan terhadap teknologi baru, terutama dalam hal makanan,” kata laporan tersebut.

Laporan ini menyebutkan, konsumsi daging akan tumbuh 1,321% dan impornya mencapai 76%. Produksi daging sapi dalam negeri hanya bisa memenuhi kebutuhan sekitar 48% dan sisanya dipasok dari impor daging dan sapi hidup.

Meski Australia menilai kebutuhan barang-barang impor meningkat di Indonesia, namun Indonesia masih memiliki hambatan aturan yang kompleks. AI