Tolok ukur peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu negara antara lain berapa besar pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin tinggi pertumbuhan ekonominya, maka potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat negara tersebut semakin tinggi pula.
Soal pertumbuhan ekonomi, pemerintah Indonesia juga telah berusaha meningkatkan besaran pertumbuhan ekonominya. Untuk tahun 2016 pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5,1 % sampai 5,3 % , sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
Dalam APBN 2016, pemerintah mematok asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 %, inflasi 4,7 %, kurs Rp 13.900 per dolar AS.
Kemudian, pendapatan negara dan hibah ditetapkan Rp 1.822,5 triliun. Dari jumlah itu, Rp 1.820,5 triliun di antaranya merupakan penerimaan dalam negeri, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp 1.546,7 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 273,8 triliun.
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menstimulasi perekonomian agar tetap berjalan. Di antaranya, memperbaiki sistem perbankan dan juga sistem birokrasi. Di samping, mengeluarkan paket kebijakan ekonomi, dimana hin.gga kini sudah ada 12 paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan.
Namun jika melihat perkembangan yang terjadi dalam tiga bulan pertama tahun 2016, pemerintah memiliki tantangan berat untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi minimal 5 %. Pasalnya, rilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama tahun ini hanya 4,92%.
Memang angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi periode yang sama tahun lalu yaitu 4,73%. Namun, pencapaian tersebut lebih rendah ketimbang kuartal keempat 2015 yang sebesar 5,04%. Rendahnya pertumbuhan ekonomi selama triwulan pertama tahun 2016 itu dikarenakan adanya kontraksi pertumbuhan pada sektor pertanian.
BPS mencatat, pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan sektor tersebut hanya 1,85% year on year (YoY). Padahal pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhan sektor tersebut mencapai 4,03% YoY.
Dari sektor pertanian tanaman pangan saja, terjadi kontraksi sebesar 5% lantaran adanya pergeseran masa panen padi dari yang biasanya pada Januari-Maret menjadi bergeser hingga April. Selain itu, sektor kehutanan juga terkontraksi 0,8%. Padahal sumbangan dari sektor tersebut 14%. Kalau saja kondisi pertanian sama dengan kuartal pertama 2015, maka target pertumbuhan sekitar 5% akan tercapai.
Rendahnya kontribusi pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian itu merupakan tantangan bagi pemerintah terlebih sebagian besar masyarakat Indonesia berusaha di sektor pertanian.
Jika pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian begitu tinggi, maka dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat Indonesia secara keseluruhan akan terasa.
Karena itu, pemerintah harus segera memperhatikan permasalahan yang terjadi di sektor pertanian, baik dalam hal produksi maupun pemasaran produk, dan segera mencarikan solusinya.