Kotim Cetak Sawah Baru, Kementan Siap Berikan Sarana Produksi

Program cetak sawah baru tetap dilakukan pemerintah, meskipun Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) tahun ini mempunyai program optimasi lahan rawa dan pasang surut seluas 400.000 hektare (ha).

“Cetak sawah terus kita lakukan bekerja sama dengan pihak TNI. Ini harus kita lakukan untuk mengimbangi konversi lahan yang tiap tahun terjadi,” kata Dirjen PSP, Kementan, Sarwo Edhy di Jakarta, Jumat (3/5/2019).

Meski jumlah lahan yang dicetak tidak terlalu luas, namun program ini kelak memberikan kontribusi terhadap produksi pangan nasional. Terbaru, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mencanangkan program cetak sawah baru seluas 100 ha di tahun 2019 ini.

Sarwo Edhy mengatakan, langkah Kabupaten Kotim ini patut diapresiasi dan dicontoh. Pasalnya, lahan pertanian di Indonesia terus mengalami penyusutan.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, penyusutan lahan baku sawah Indonesia dalam lima tahun terakhir mencapai 9%. Lahan baku sawah Indonesia berkurang dari 7,75 juta ha di 2013 menjadi seluas 7,1 juta ha saat ini.

“Salah satu kewajiban pemerintah, baik pusat maupun daerah, wajib menetapkan lahan pangan berkelanjutan. Ini sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,” ujarnya.

Untuk lahan sawah baru, lanjut Sarwo Edhy, bila sudah clean and clear, Kementan siap memberikan bantuan yang dibutuhkan. Baik itu alat mesin pertanian (Alsintan), benih, pupuk dan irigasi tersier.

“Bila semuanya sudah siap, status lahan tidak ada masalah, Kelompok Tani ada yang siap menggarap, tinggal ajukan saja kebutuhan apa yang bisa dibantu pemerintah pusat,” tegasnya.

Kegiatan cetak sawah Kementan terbagi dua. Pertama, cetak sawah yang sebenarnya, dalam arti mengubah lahan tidur menjadi sawah serta optimalisasi lahan.

Kedua, optimalisasi lahan, yakni menambah areal luas tanam melalui optimalisasi lahan yang tidak produktif. Cetak sawah baru dilakukan bekerja sama dengan TNI di lahan-lahan tidur di luar Jawa, antara lain Lampung, Sumatera Selatan (Sumsel), Pulau Kalimatan, dan Papua.

Tahun 2015, Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan, Ditjen PSP,  telah membuka sawah baru seluas 20.070 ha, tahun 2016 berhasil mencetak sawah seluas 132.129 ha, dan 2017 seluas 60.243 ha.

Tahun 2018, targetnya hanya sekitar 12.000 ha. Sebagai gantinya,  Kementan akan  menggarap rawa pasang surut. Lahan pasang surut seperti di Sumatera Selatan dan Kalimantan sudah dioptimalkan, sehingga dapat menambah produksi pangan nasional

Dengan demikian, Kementan melalui Ditjen PSP, dalam kurun waktu tiga tahun  telah berhasil mencetak sawah baru seluas 212.442 ha. Sedangkan target cetak sawah tahun anggaran (TA) 2018 seluas 12.000 ha.

Cetak sawah seluas 212.442 ha yang telah berhasil dicetak itu menambah luas baku lahan sawah di tanah air. “Minimal akan mampu menambah produksi beras nasional sebanyak 673.326 ton/tahun dengan rata-rata produksi 3 ton/ha. Secara berkesinambungan produksi dan produktivitas tersebut akan bertambah,” katanya.

Sementara Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, Ditjen PSP, Indah Megawati, menambahkan, saat ini perluasan areal lahan sudah mencapai 900.000 ha.

“Kita lebih banyak membuka lahan rawa. Perluasan areal sawah yang 1 juta ha tersebut 90% dari optimasi rawa. Untuk saat ini, kegiatan cetak sawah sudah lebih dari 200.000 ha. Jadi, sudah lebih dari 1 juta ha,” tegasnya

Nawacita Presiden Joko Widodo, menargetkan kegiatan cetak sawah 1 juta ha, kini telah terwujud bahkan berlebih menjadi 1,16 juta ha. Ini suatu keberhasilan yang patur dihargai.

Kotim Cetak 100 Ha

Sementara Kepala Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, I Made Dikantara mengatakan, program cetak sawah baru akan menggunakan lahan dekat sungai, sehingga tidak ada kesulitan air saat musim kemarau.

“Karena tujuan kami bukan hanya perluasan areal tanam, tetapi juga peningkatan produksi. Kalau dekat sungai, maka tidak tergantung musim lagi. Saat kemarau pun masih bisa menarik air dari sungai menggunakan mesin pompa, sehingga setahun diupayakan bisa tiga kali tanam,” kata I Made Dikantara.

Cetak sawah baru tahun 2019 dilaksanakan di dua lokasi, yakni Desa Hanaut, Kecamatan Pulau Hanaut seluas 50 ha dan Desa Soren, Kecamatan Kotabesi seluas 50 ha. Lokasi yang dipilih adalah lahan yang dekat dengan sungai atau anak sungai.

Made menjelaskan, kekeringan menjadi salah satu kendala yang dihadapi petani saat kemarau, sehingga petani merugi dan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian daerah.

“Kotawaringin Timur sudah swasembada beras, tapi kami terus mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas. Kalau sudah merata bisa tanam tiga kali dalam satu tahun, maka hasilnya akan melimpah,” kata Made.

Saat ini luas tanam padi di Kotawaringin Timur sekitar 22.000 ha. Dari jumlah tersebut, sekitar 350 ha sudah bisa tiga kali tanam dalam setahun, yaitu di Sungai Sugih, Kecamatan Kotabesi seluas 150 ha dan Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit seluas 200 ha.

Jika masa tanam padi bisa ditingkatkan, maka perluasan areal tanam hanya diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang memang strategis. Kemajuan pertanian di Kotawaringin Timur dengan masa tanam tiga kali dalam setahun menjadi kebanggaan karena belum semua daerah mampu melaksanakannya.

Made mengatakan, produksi beras Kotawaringin Timur tahun 2018 masih menunggu hasil penghitungan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Timur. Made yakin, angka surplus beras setiap tahun terus meningkat.

“Potensi ekonomi di bidang pertanian masih sangat besar. Peningkatan produktivitas pertanian diharapkan berdampak besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di daerah ini,” katanya.  PSP