Manfaatkan Pompa dan Sumur Dangkal untuk Kejar LTT

Kementerian Pertanian (Kementan) secara meraton menggelar Rapat Koordinasi Upaya Khusus (UPSUS) Padi, Jagung dan Kedelai di beberapa provinsi. Kegiatan ini untuk menyamakan langkah dalam percepatan tanam September ini.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan, percepatan tanam dilakukan di bulan September, sehingga target tercapai. Bahkan, bagi wilayah yang minus di bulan Agustus lalu agar ditambahkan untuk bulan ini.

“Alasannya tak lain karena luas tanam bulan September akan tercatat di produksi tahun 2019 ini. Jadi, kalau tanamnya Oktober, ya lewat, nanti akan tercatat di tahun berikutnya,” katanya.

Dia menyebutkan, hasil evaluasi Luas Tambah Tanam (LTT) periode Mei-Juli 2019 meningkat dibandingkan tahun lalu. Artinya, musim kemarau bisa disiasati untuk memanfaatkan lahan yang ada.

Suwandi menyebutkan, ada beberapa strategi yang harus dilakukan untuk mengejar bulan September ini. Pertama, petugas Dinas Pertanian segera melengkapi dan mengirimkan usulan penerima bantuan.

Kedua, Kementan terus sinergi dengan TNI. Babinsa diminta mengawal dan melacak lokasi lahan yang mengalami kekeringan dan punya potensi ketersediaan air.

“Kementan akan bantu memberikan anggaran untuk membuat sumur pantek atau dangkal dan bantuan pompa. Untuk itu, segera bersurat ke Ditjen PSP dan mengusulkan kepada kami,” kata Suwandi.

Ketiga, petugas PDPS (Pengembangan Data Pangan Strategis) untuk memperbaiki datanya. Selain itu, langkah percepatan tanam di bulan September ini, Kementan melalui Ditjen Tanaman Pangan mendorong gerakan olah tanah dan tanam.

Salah satunya melalui program bantuan percepatan tanam untuk skala minimum 100 hektare (ha). “Kami akan bantu BBM (bahan bakar minyak, Red.) untuk pompa, BBM untuk traktor, biaya operator traktor dan operasional gerakan,” katanya.

Dia menambahkan, sedikitnya 15 provinsi sentra padi dilakukan percepatan tanam. Jika hal ini tercapai, maka akan mendongkrak LTT padi.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Hendri Jatnika pun sangat mendukung langkah Kementan. Provinsi Jawa Barat mengalami kemarau dan tantangan alih fungsi lahan, tetapi masih ada harapan karena masih ada panen di musim kemarau ini.

“Untuk itu, saya sampaikan ke seluruh kabupaten agar kita jangan menelantarkan lahan yang merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat kita,” tuturnya.

Penanggungjawab UPSUS Jabar, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil menyatakan, dia siap melakukan pengawalan UPSUS di Jabar mengingat bulan September ini harus mencapai target.

“Program pompanisasi dikejar di lokasi kemarau dan untuk bertanam September. Benih-benih yang sudah disalurkan harus segera ditanam di September. Realisasi tanam dan update tanam bulan lalu, agar pada workshop hari ini juga harus di-entry ke PDPS,” tegasnya.

Gunakan Pompa

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto mengatakan, jika masih tersedia sumber air, maka petani bisa memanfaatkan dengan menggunakan pompa.

Selain itu, petani juga bisa memanfaatkan sumbur pantek atau sumur dalam untuk mengairi sawah. “Biasanya di kampung-kampung sumur pantek banyak sumber airnya. Nah, petani bisa memanfaatkan ini,” tegasnya.

Dia menyebutkan, pihak Ditjen PSP sudah melakukan pemasangan pompa dan pipanisasi sebagai langkah antisipasi agar tidak ada lahan pertanian tidak sampai gagal panen. “Petani dianjurkan melakukan gadu liar, sehingga memanfaatkan air irigasi yang seharusnya menjadi hak petani pada bagian hilir,” katanya.

Aksi tanggap lainnya yang bisa segera dilakukan yakni, mengidentifikasi sumber-sumber air yang masih dapat dimanfaatkan dan menyalurkannya dengan pompa pada lahan sawah yang masih terdapat standing crop.

“Kami juga menghimbau Pemda aktif dalam mendaftarkan petani dalam Asuransi Usaha Tani Padi agar terlindungi dari risiko kerugian akibat kekeringan,” katanya.

Dia menyebutkan, saat ini monitoring lahan sawah yang rawan dan mengalami kekeringan dapat dilakukan secara online. Dengan demikian, lahan sawah yang berpotensi dan sedang mengalami kekeringan dapat dipantau secara berkala, sehingga antisipasi dan penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

“Ditjen PSP juga telah menyiapkan lebih dari 5.200 unit pompa untuk mengantisipasi kekeringan 2019. Selain itu pompa-pompa yang sudah disalurkan sejak 2016-2018 juga masih dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi musim kemarau 2019,” katanya. PSP