Capaian kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) tercatat sukup baik dalam lima tahun terakhir (2014-2019). Program kerja pun berjalan sesuai dengan target.
Dirjen PSP Sarwo Edhy mengatakan, semua program yang dilaksanakan Ditjen PSP, difokuskan untuk mendukung pembangunan empat subsektor komoditas pertanian. Keempatnya adalah tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Kegiatan yang telah dilaksanakan Ditjen PSP ini cenderung memberikan dampak pada peningkatan produktivitas dan peningkatan indeks pertanaman (IP). “Sehingga diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani,” ujarnya.
Dukungan yang diberikan berupa pengembangan dan pengelolaan air secara efektif dan efisien untuk kegiatan pertanian berkelanjutan, pengembangan sistem pembiayaan usaha pertanian yang fleksibel dan sederhana.
Selain itu, Ditjen PSP juga mendukung pengembangan sistem mekanisasi pertanian melalui kebijakan pengembangan, pengawasan dan kelembagaan alat dan mesin pertanian yang sesuai dengan arah pembangunan pertanian, dan pengembangan pemanfaatan lahan rawa melalui kegiatan optimasi lahan rawa dan rawa pasang surut.
Dalam Pengembangan dan Pengelolaan Air Irigasi, Ditjen PSP juga melakukan rehabilitasi jaringan irigasi, irigasi perpompaan serta pengembangan embung/dam parit/long storage.
Dalam kurun waktu 2015-2019 (angka realisasi per April 2019) telah terbangun jaringan irigasi yang dapat mengairi lahan sawah seluas 3,129 juta hektare (ha) — yang dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) 0,5 dan berdampak pada peningkatan produksi sebanyak 8,21 juta ton.
Dari kegiatan itu, rata-rata mampu untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP) 0,5 dari kondisi awal. Kegiatan ini mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton.
Namun, jika peningkatan IP 0,5 terpenuhi akibat dari kegiatan ini, efeknya akan terjadi peningkatan produksi sebanyak 8,18 juta ton. “Sehingga total produksi padi selama 5 tahun pada area yang terdampak kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi mencapai 24,37 juta ton,” jelasnya.
Irigasi Perpompaan juga telah ditingkatkan selama 3 tahun terakhir (2016-2019). Total kegiatan irigasi perpompaan selama 3 tahun sebanyak 2.358 unit, dengan estimasi luas layanan per unit seluas 20 ha, maka luas areal yang dapat diairi saat musim kemarau seluas 47,16 ribu ha.
“Jika berdampak pada penambahan IP 0,5, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,780 ha, dan penambahan produksi 154,850 ton,” kata Sarwo Edhy.
Irigasi perpompaan mendukung komoditas hortikultura dan perkebunan telah dibangun sebanyak 429 unit dengan estimasi per unit seluas 10 ha, maka luas areal yang dapat diairi pada musim kemarau seluas 4.290 ha.
Sedangkan irigasi perpompaan mendukung Komoditas Peternakan untuk mendukung populasi ternak ruminansia telah dibangun sebanyak 322 unit dengan estimasi 1 unit perpompaan dapat melayani kebutuhan air 10 ekor ternak, sehingga terdapat 3.220 ekor ternak yang terjamin ketersediaan air minum dan sanitasi kandang.
Direktorat Alsintan telah menyalurkan bantuan Alsintan tidak kurang dari 350.000 unit, yang terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, cooper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual.
Pada tahun 2015, Alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit, pada tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. “Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA dan Brigade Alsintan,” katanya.
SERASI
Ditjen PSP juga melakukan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI). Kebijakan ini diimplementasikan melalui kegiatan optimasi lahan rawa (lebak/pasang surut) dengan fokus peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman (IP).
Program Optimasi Lahan Rawa #SERASI dilaksanakan dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan petani yang dilaksanakan di Provinsi Sumsel 220.000 ha, Kalsel 153.363 ha dan Sulsel 33.505 ha.
Untuk urusan cetak sawah, Ditjen PSP dalam 4 tahun terakhir sudah melakukannya kegiatan cetak sawah seluas 215.811 ha. Ke depan, PSP akan fokus mengoptimalkan pengembangan lahan rawa.
Dalam menangani pupuk subsidi, Kementan juga sudah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No. 47/Permmentan/SR.310/12/2017 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian TA. 2019.
Alokasi pupuk 2019 sebanyak 8,6 juta ton terdiri dari urea, SP36, ZA, NPK dan organik. Ditjen PSP juga sedang berupaya menertibkan berbagai pelanggaran-pelanggaran di sektor pupuk dan pestisida.
Saat ini, pupuk terdaftar terdiri dari Anorganik 1.650 merek, Organik 765 merek, dan Pupuk Formula Khusus 26.169,179 ton.
Sementara, pestisida terdaftar sebanyak 4.437 formulasi. Terdiri dari Insektisida 1.530 formulasi, Herbisida 1.162 formulasi, Fungisida, rodentisida, pestisida rumah tangga dan lain-lain 1.745 formulasi.
Di sektor Direktorat Pembiayaan, program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K) juga menunjukkan progress positif. Pelaksanaan asuransi pertanian dilakukan bekerjasama dengan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo).
AUTP menawarkan ganti rugi sebesar Rp6 juta/ha, dengan masa pertanggungan sampai dengan masa panen (4 bulan), dengan Premi Rp180.000/ha, di mana Rp36.000 ditanggung petani dan Rp144.000 ditanggung pemerintah.
Sementara AUTS/K menjamin hewan ternak dengan premi Rp200.000/ekor/tahun, di mana Rp160.000 ditanggung pemerintah dan sisa Rp40.000 dari swadaya petani dengan ganti rugi yang dibayarkan sebesar Rp10 juta/ekor jika mati dan Rp7 juta/ekor jika hilang. PSP