Indonesia dikabarkan telah menyurati pemerintah Thailand untuk membeli beras sebanyak 2 juta ton untuk tahun 2024, yang dilakukan untuk memenuhi kuota impor yang telah diberikan kepada Perum Bulog akibat kurangnya produksi beras 2023.
Keputusan impor yang dilakukan pemerintah Presiden Joko Widodo sejak awal 2023 menjadikan Indonesia jadi salah satu importir beras terbesar di dunia. Apalagi fenomena El Nino dan kekeringan telah menunda penanaman untuk panen 2024.
Perum Bulog sendiri bulan lalu menyatakan, pemerintah akan memberikan kuota impor beras 2 juta ton untuk 2024 atau menurun dari kuota impor 2023 sebesar 3,8 juta ton.
Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengungkapkan bahwa pemerintahnya telah menerima surat dari Indonesia pada Senin (18/12/2023) yang isinya niatan Jakarta membeli 2 juta ton beras.
Sampai sejauh ini, Bulog tak menjawab permintaan konfirmasi yang diajukan Reuters.
Indonesia dikatakan meminta 1 juta ton beras dari sektor swasta dan 1 juta ton lagi melalui transaksi antarpemerintah (G-to-G), kata juru bicara pemerintah Chai Wacharonke dalam jumpa pers.
Awalnya, kata Chai, Indonesia menginginkan impor beras 1 juta ton didatangkan pada akhir tahun ini, yang mustahil dilakukan.
“Mereka mau beras saat ini. Jika kita siap menjualnya, mereka siap membeli,” paparnya.
Produksi beras Indonesia tahun ini diperkirakan menurun 30,9 juta ton dari 31,53 juta ton setahun sebelumnya.
Baca: Masuk Januari 2024, Bulog Lelang Impor Beras 534.000 ton
Indonesia Importir Terbesar
Dengan masuknya permintaan beras impor dari Jakarta, maka Indonesia tercatat menjadi importir beras terbesar dari Thailand. Thailand sendiri merupakan importir beras terbesar nomor 3 setelah India dan Vietnam, di mana tahun ini mereka memasang target impor 8 juta ton.
Asosiasi Eksportir Beras Thailand memperkirakan ekspor beras negeri Gajah Putih ini mencapai 8-7-8,8 juta ton berkat tingginya pembelian beras dari Indonesia.
Menurut Chookiat Ophaswongse, ketua kehormatan Asosiasi, perkiraan itu melampaui estimasi sebelumnya sebesar 8,5 juta ton dan naik dari 7,69 juta ton pada 2022.
Dari ekspor beras 2023 itu, diperkirakan devisa yang diraup mencapai 180 miliar baht atau naik 23%-24% dari raihan 2022, yang didorong oleh kenaikan harga dan naiknya volume ekspor pada November dan Desember, katanya.
Thailand diproyeksikan mengekspor hampir 1 juta ton beras pada November dan Desember ketika sejumlah importir utama bergegas mengisi stok sebagai kompensasi atas berkurangnya produksi beras dalam negeri sampai akhir tahun, yang akan berlanjut sampai awal 2024, kata Chookiat.
Kondisi cuaca yang bagus juga memungkinkan terjadinya pengiriman yang cepat, dan mencegah terjadinya penundaan, tambahnya.
Sejumlah importir utama, termasuk Indonesia, sudah membeli beras Thailand sebanyak 1,3 juta ton, dan Filipina membeli sekitar 500.000 ton di antaranya.
Indonesia diperkirakan mengimpor 3 juta ton beras dari tahun ini, yang mayoritas berasal dari Thailand dengan harga yang bersaing.
Untuk tahun depan, Bulog sendiri sudah melakukan tender pembelian beras sebanyak 540.000 ton dengan kualitas broken 5%. Dari jumlah itu, 200.000 ton dibeli dari Thailand, kata Chookiat, seperti dikutip Bangkok Post, Selasa (19/12/2023).
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Naphinthorn Srisanpang menyatakan tahun lalu Indonesia masih ada di peringkat ke-20 importir beras Thailand dengan volume impor 91.714 ton senilai 42,24 juta dolar AS. Namun, dalam 10 bulan pertama 2023, volume impor naik drastis menjadi 1,05 juta ton dengan menguras devisa 523,45 juta dolar AS.
“Indonesia kini menjadi pasar beras nomor 1 Thailand,” katanya, seraya menambahkan sebagian besar beras yang diimpor Indonesia adalah beras putih. AI