Menanami Kembali Lahan Bekas Terbakar

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang menimbulkan bencana kabut asap sampai ke negeri jiran, tidak menyurutkan langkah pemerintah mengkampanyekan pentingnya menanam pohon. Bahkan, peristiwa itu jadi momentum unjuk tekad pemerintah untuk menanami kembali areal tersebut melalui Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI).

Jika tidak ada perubahan rencana, Presiden Joko Widodo akan melakukan penanaman pohon di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada Sabtu, 28 November, dalam acara Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI). Dipilihnya tahura terluas di Indonesia — sekitar 112.000 hektare — sebagai lokasi HMPI ini bukan tanpa alasan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) ingin menyampaikan pesan kuat bahwa negeri ini tetap concern dengan kegiatan tanam-menanam, dan segera memulihkan kawasan hutan dan lahan bekas terbakar. Loh? Ya, Tahura Sultan Adam memang salah satu wilayah yang rentan terbakar di musim kemarau. Bahkan, dengan fenomena El Nino tahun ini, tercatat sudah sembilan kali Tahura Sultan Adam mengalami kebakaran dengan luasan mencapai 104,5 hektare (ha).

Nah, di lokasi bekas kebakaran inilah kegiatan menanam digelar. Hal itu untuk membuktikan bahwa pemerintah tidak tidur. “Pemerintah tidak diam dan segera memulihkan lahan-lahan bekas terbakar,” ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Jakarta.

Dengan moto “Ayo Kerja, Tanam dan Pelihara Pohon untuk Hidup yang Lebih Baik”, Kementerian LHK berharap aksi penanaman yang dipimpin langsung Presiden Jokowi ini bisa membangkitkan semangat rakyat untuk ikut memulihkan hutan dan lahan yang terbakar. Apalagi, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi dalam tiga bulan terakhir cukup luas, sekitar 2,1 juta ha.

Luasan lahan eks terbakar itu memang jadi tantangan baru Kementerian LHK. Pasalnya, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019, Kementerian LHK punya tugas merehabilitasi lahan kritis seluas 5,5 juta ha. Berarti, tiap tahun rata-rata lahan yang harus direhabilitasi mencapai 1,1 juta ha. Angka ini naik dibanding periode sebelumnya yang hanya 2,5 juta ha atau 500.000 ha/tahun.

“Kami optimis bisa merealisasikannya, meski target luas lahan yang harus direhabilitasi meningkat dibanding periode lalu,” kata Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementerian LHK, Hilman Nugroho. AI