Tanggal 10 Desember merupakan hari bersejarah bagi dunia perkebunan di Indonesia, karena telah ditetapkan sebagai Hari Perkebunan Nasional.
Tahun ini, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian akan menyelenggarakan Peringatan Hari Perkebunan Ke-62 Tahun 2019 di Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, Jawa Timur pada tanggal 10-12 Desember 2019 dengan mengangkat tema “Mengembangkan Kejayaan Rempah Indonesia dan Penyediaan Benih Unggul Melalui BUN 500”.
Tujuan Hari Perkebunan Nasional adalah untuk mengangkat arah pengembangan perkebunan masyarakat berorientasi pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Selain itu, untuk meningkatkan peran perkebunan sebagai penentu dan penggerak ekonomi masyarakat dan daerah, menumbuhkan kepedulian terhadap masalah-masalah pembangunan ekonomi nasional.
Dan yang terpenting, mengaktualisasikan dukungan dan partisipasi perkebunan dalam mendukung pencapaian pembangunan pertanian, serta meningkatkan kesejahteraan pekebun melalui peningkatan produksi dan ekspor komoditas perkebunan.
Sekretaris Ditjen Perkebunan, Antarjo mengatakan, tema tersebut memang untuk memacu komoditas rempah dan juga semangat perkebunan. “Selain itu juga permintaan dunia,” katanya di Jakarta, Jumat, (1/11/2019).
Dahulu atau sekitar abad ke-15, bangsa Belanda datang ke Tanah Air ini karena memiliki hasil rempah-rempah yang melimpah ruah. Bahkan, beberapa daerah di Indonesia telah dikenal sebagai penghasil rempah terkenal.
Di antaranya Maluku sebagai produsen cengkih dan pala dunia. Lampung dan Bangka Belitung sebagai pemasok utama pasar lada dunia. Sumatera Barat dan Jambi penghasil kayu manis, NTT penghasil kemiri serta Lampung dan Bali penghasil vanili.
Bahkan, harus diakui bahwa dikenalnya rempah asal Indonesia bukan tanpa sebab. Dikenalnya rempah asal Indonesia karena mempunyai cita rasa dan aroma spesifik yang diminati konsumen di pasar dunia.
Alhasil, dengan dikenalnya rempah asal Indonesia, maka rempah asal Indonesia menjadi memiliki nilai ekonomis karena bisa dibarter dengan emas; sosiologis karena sebagai indikator kebangsawan; dan politis karena penukaran kota jajahan.
“Saat itulah rempah kita sangat diminati pasar dunia, terutama Belanda yang menjadikan rempah kita sebagai komoditas perdagangannya,” kata Antarjo.
Melihat hal ini, Antarjo menyayangkan jika komoditas rempah di Indonesia bisa menurun. Untuk itu, pihaknya berkomitmen untuk kembali mendogkrak komoditas rempah Indonesia.
Hal itu memang perlu dilakukan, mengingat tidak hanya negara yang diuntungkan dengan kembali mengangkat komoditas rempah, tapi juga berdampak kepada petaninya.
Terbukti, hingga saat ini harga pada komoditas rempah masih terbilang tinggi jika dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti tembakau, cengkih, lada dan pala.
Itu sebabnya, pemerintah mendorong bangkitnya kejayaan rempah Indonesia. Melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan), pemerintah mengembangkan tanaman rempah, seperti pala, lada, cengkeh, dan vanili.
Tahun tahun 2018, misalnya, dikembangkan tanaman pala seluas 32.250 hektare (ha), Lada seluas 4.700 ha, dan cengkih 16.000 ha. Meski begitu, untuk mengangkat kejayaan rempah Indonesia, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Semua pemangku kepentingan (stakeholder) diharapkan perannya, seperti industri, dunia usaha, perbankan dan masyarakat.
Antarjo mengatakan, melalui peringatan Hari Perkebunan bisa memacu produktivitas dan keragaman jenis, “Serta meningkatkan daya saing untuk pasar ekspor,” tegasnya.
Berbagai acara telah dipersiapkan seperti pameran dan bazar produk unggulan perkebunan Indonesia, teknologi dan sarana pengolahan perkebunan, benih dan lainnya serta kegiatan focus group discussion (FGD), olahraga, bhakti sosial dengan memberikan bantuan benih serta penanaman pohon, dan gala dinner.
Pada acara tersebut direncanakan akan hadir tokoh-tokoh perkebunan, pejabat instansi terkait pusat dan daerah, stakeholder perkebunan, DPR-RI, DPRD, DPD, organisasi profesi, asosiasi perkebunan.
Pada acara puncak akan dilakukan pemberian penghargaan kepada stakeholder perkebunan dan pengukuhan duta perkebunan, serta pemberian sertifikat ISPO.
Selain itu, Menteri Pertanian bersama Dirjen Perkebunan, Gubernur, asosiasi bidang perkebunan dan tokoh perkebunan akan melakukan talkshow yang akan membahas program pembangunan perkebunan sesuai dengan tema Hari Perkebunan Tahun 2019.
Pada tahun ini diharapkan peringatan Hari Perkebunan menjadi momen penting bagi seluruh stakeholder perkebunan untuk bersinergi dan akselerasi untuk kejayaan perkebunan.
Bukan hanya fokus pada kegiatan hulu untuk meningkatkan produktivitas, tapi juga di hilir untuk menghasilkan produk bernilai tambah dan berdaya saing. Perkebunan saat ini sudah besar. Terbukti komoditas perkebunan mampu menjadi sumber devisa negara. Humas Ditjen Perkebunan