Mentan: Program RJIT Bagian dari Manajemen Air

Manajemen air dalam pertanian sangat penting. Kegiatan yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan), seperti pembangunan embung, dam parit, maupun Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) merupakan bagian dari manajemen air.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo  mengatakan, kegiatan RJIT adalah bagian dari water management atau pengelolaan air. “Kegiatan itu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” katanya, Jumat (6/11/2020).

Menurut dia, kegiatan RJIT diperlukan karena pertanian membutuhkan pasokan air yang mencukupi. RJIT juga dilakukan untuk membenahi dan memaksimalkan fungsi irigasi.

Syahrul  mengatakan, RJIT tersebut telah dilakukan Kementan di Desa Sidimukti, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng). “Kegiatan RJIT di daerah itu berdampak positif. Fungsi irigasi semakin maksimal. Bahkan, luas areal tanam pun bertambah,” katanya.

Direktur Jendral (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, RJIT di daerah tersebut dikerjakan Kelompok Tani Maju Mukti. “Kegiatan itu dilakukan karena petani mengeluhkan kondisi saluran irigasi yang berupa saluran tanah itu tidak bisa maksimal menyalurkan air,” tuturnya.

Bahkan, kata Edhy, saluran tersebut bisa kehilangan air sebelum sampai ke lahan persawahan. Untuk mengatasi kondisi ini, maka dilakukan rehabilitasi irigasi lewat kegiatan RJIT.

“Irigasi dibuat menjadi saluran permanen menggunakan konstruksi pasangan batu dengan 2 sisi sepanjang 112 meter,” ujarnya.

Dampak dari kegiatan tersebut, luas areal tanam pun semakin bertambah. Ini terjadi karena lahan yang bisa diairi semakin bertambah pula. “Luas layanan irigasi sebelumnya 56 hektare (ha), meningkat drastis menjadi 79 ha setelah dilakukan RJIT,” ujarnya.

Bukan hanya luas areal tanam. Edhy juga menyebut produktivitas pertanian di tempat tersebut menjadi meningkat.

Jika sebelumnya produktivitas hanya 7,2 ton/ha, setelah saluran di RJIT naik menjadi 8 ton/ha dengan indeks pertanaman (IP) 300. Jumlah IP tersebut setara dengan 3 kali tanam dalam 1 tahun.

“Kegiatan RJIT juga berpengaruh terhadap percepatan tanam, karena kebutuhan air terdistribusi dengan lancar,” imbuhnya.

Adapun untuk dampak sosial dari kegiatan RJIT, yakni semangat partisipasi masyarakat yang semakin tinggi. “Dengan demikian, rasa tanggung jawab dan rasa memiliki saluran yang dibangun semakin baik, karena telah merasakan manfaatnya secara langsung,” katanya.

IP Meningkat

Sementara itu RJIT di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Raja Desa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat juga terbukti menaikan Indeks Pertanaman (IP). Awalnya, IP lokasi ini hanya IP 200 atau 2 kali tanam dalam 1 tahun. Namun, sesudah RJIT, petani mampu tanam 3 kali dalam 1 tahun atau IP 300.

Menurut Mentan Syahrul, peningkatan indeks pertanaman sangat penting untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas bisa ditingkatkan dengan meningkatkan indeks pertanaman.

Sedangkan indeks pertanaman bisa dilakukan dengan pasokan air yang memadai. Dengan program RJIT, dipastikan lahan persawahan mendapatkan pasokan air tersebut.

Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan RJIT adalah bagian dari water management yang bertujuan bukan hanya memperbaiki atau merehabilitasi jaringn irigasi yang rusak.

“RJIT dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan fungsi irigasi, tujuannya untuk meningkatkan indeks pertanaman, meningkatkan produktivitas, dan tentunya mendukung ketahanan pangan,” tuturnya.

Di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Raja Desa, Kabupaten Ciamis, kegiatan RJIT dilakukan Kelompok Tani Harapan Makmur.

Di desa tersebut, kegiatan RJT dilakukan karena kondisi saluran irigasi masih berupa saluran tanah. Akibatnya, distribusi air ke lahan sawah kurang lancar karena tanahnya porus.

Dengan kegiatan RJIT, perbaiki saluran air dilakukan. Dari semula saluran tanah, kini diubah menjadi saluran permanen menggunakan konstruksi pasangan batu.

Dampaknya sangat positif. Karena luas layanan irigasi bertambah. Jika sebelumnya irigasi mengairi lahan seluas 19 ha, dengan RJIT luas layanan irigasi bertambah menjadi seluas 25 ha.

Dampak signifikan lainnya adalah peningkatan produktivitas. Produktivitas yang awalnya 5,9 ton/ha, kini mengalami kenaikan menjadi 6,5 ton/ha.

Positif  Buat Produksi

Kegiatan RJIT yang dilakukan Kementan, melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), di Desa Pulokelapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, juga berdampak positif.

Kegiatan RJIT yang dilakukan GP3A Wargi Mukti, mampu membantu petani meningkatkan produktivitas pertanian menjadi 8 ton/ha.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyambut baik keberhasilan peningkatan produktivitas tersebut. Peningkatan produktivitas pertanian sangat dibutuhkan untuk menjaga ketahanan pangan. “Kementan menyambut baik kegiatan RJIT ini, karena peningkatan produktivitas hanya bisa dilakukan dengan pasokan air yang mencukupi,” katanya, Kamis (5/11/2020).

Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan RJIT dilakukan di Desa Pulokelapa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, lantaran banyak air yang hilang akibat tanah yang porus.

“Saluran irigasi yang ada masih berupa tanah, sehingga  distribusi air ke lahan sawah kurang lancar. Ini karena sering kehilangan air akibat tanah yang porus. Kondisi ini kita perbaiki dengan RJIT dan menjadikan saluran permanen menggunakan konstruksi pasangan batu dengan 2  sisi,” katanya.

Dengan RJIT, luas layanan irigasi di Desa Pulokelapa, Kecamatan Lemahabang, turut meningkat. Luas layanan irigasi yang sebelumnya 40 ha, meningkat menjadi 50 ha.

Begitu juga dengan produktivitas. Jika sebelumnya produktivitas pertanian 7 ton/ha, namun dengan RJIT produktivitas menjadi 8 ton/ha, dengan IP 200 atau 2 kali tanam dalam 1 tahun.

“Kegiatan RJIT ini dapat berpengaruh terhadap percepatan tanam, karena kebutuhan air terdistribusi dengan lancar. Selain itu, dampak sosial yang dirasakan adalah semangat partisipasi masyarakat semakin tinggi, sehingga rasa tanggung jawab dan rasa memiliki saluran yang dibangun semakin baik, karena telah merasakan manfaatnya secara langsung,” katanya. PSP

Dam Parit Tingkatkan Produksi Pertanian Aceh Timur

Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan dukungan untuk pertanian di Aceh Timur. Dukungan itu diberikan berupa pembangunan dam parit untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Dam parit yang dibangunan Ditjen PSP Kementan dilakukan Kelompok Tani Sidom Bunta di Desa Teupin Breuh, Kecamatan SP Ulim Lhok Seuntang Julok, Kabupaten Aceh Timur.

Pembangunan itu dalam upaya pengelolaan air. Dam parit tersebut diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.

“Dam parit tidak terlepas dari pengelolaan dan pemeliharaan yang baik dari Poktan yang ada di sekitar dam parit dan embung, semua harus bersama-sama menjaganya,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy.

Dia mengatakan, dam parit harus bisa meningkatkan luas areal tanam dan peningkatan angka produksi pertanian.  “Sehingga yang menjadi skala prioritas alokasi kegiatan embung pertanian adalah pada lokasi yang rawan terdampak bencana kekeringan akibat anomali iklim,” katanya.

Sarwo Edhy mengatakan, pembangunan dam parit di Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah, untuk mengantisipasi kekurangan air irigasi yang sering terjadi terutama pada musim kemarau.

“Dengan adanya dam parit, air sungai dapat ditahan dan ditampung untuk selanjutnya dapat dialirkan ke lahan pertanian sehingga dapat meningkatkan indeks pertanaman dan luas areal tanam komoditas pertanian,” katanya.

Menurut Ketua Poktan Warsidi, sebelum ada pembangunan dam parit produktivitas padi hanya mencapai 4,5 ton/ha. Namun, sekarang bisa mencapai 5 ton/ha. Luas lahan sebelumnya yang terairi hanya mencapai 25 ha, dengan dam parit bisa mengairi kurang lebih 47 ha termanfaat lahan 2 kali dalam setahun. PSP