Madu sudah lama dikenal punya banyak khasiat untuk menunjang kesehatan. Bahkan, secara medis madu juga terbukti mujarab. Tak heran jika cairan manis yang dihasilkan lebah itu makin banyak peminatnya saat wabah penyakit merebak.
Kini, di saat pandemi COVID-19, permintaan madu pun ikut meningkat. Pembudidaya lebah madu pun kebanjiran order, seperti yang dialami Kelompok Tani Hutan (KTH) mitra Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bogor.
Penyuluh Kehutanan Balai Diklat LHK Bogor, Ivan Maulana mengungkapkan, dalam sebulan terakhir setidaknya 830 botol madu yang dihasilkan KTH mitra Balai Diklat LHK Bogor telah dikirimkan ke pembeli. “Sebanyak 774 botol telah terkirim memenuhi kebutuhan beberapa unit kerja Kementerian LHK di Bogor dan Jakarta, 59 botol dibeli oleh pegawai Balai Diklat LHK Bogor, mitra kerja dan masyarakat umum,” katanya.
Asal tahu saja, madu yang dihasilkan mitra KTH mitra Balai Diklat LHK Bogor adalah madu istimewa. Madu tersebut dihasilkan oleh lebah tanpa sengat. Ya, lebah madu yang dikenal masyarakat umumnya dipersenjatai dengan sengat. Lebah madu bersengat itu adalah jenis (genus) Apis sp. Sementara lebah madu yang dihasilkan mitra Balai diklat LHK Bogor adalah Trigona sp yang tak memiliki sengat.
Lebah ini punya nama lain, yakni klanceng atau kelulut. Sementara orang Bogor dan Sunda pada umumnya menyebut lebah Trigona sebagai teuweul. Nama populer itu pula yang kemudian jadi branding produk madu KTH mitra Balai Diklat LHK Bogor yang kantornya berada di wilayah Rumpin, Madu Teuweul Rumpin.
Secara kasat mata, teuweul berbeda dengan lebah madu dari jenis apis. Jika lebah Apis sp memiliki warna khas belang di bagian perutnya, seluruh tubuh teuweul berwarna coklat gelap hingga hitam. Ukuran tubuh teuweul juga lebih kecil. Mirip semut merah.
Rasa madu yang dihasilkan juga khas. Meski manis, namun madu teuweul cenderung asam. Ini dikarenakan madu teuweul juga mengandung propolis. Jadi, selain mengandung protein, vitamin, mineral, dan asam amino, madu teuweul juga mengandung senyawa kimia organik dengan kandungan flavonoid sebagai antioksidan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serbuan penyakit.
Mudah dibudidayakan
Ivan menuturkan, Balai Diklat LHK Bogor sengaja menginisiasi budidaya lebah teuweul kepada KTH binaan karena bisa dilakukan dengan mudah. “Budidaya lebah teuweul relatif mudah dan tidak perlu banyak perawatan,” jelasnya.
Karena tak menyengat, petani tak akan takut untuk berinteraksi langsung dengan lebah teuweul. “Namun tetap berhati-hati, jangan sampai masuk ke lubang hidung,” imbaunya.
Budidaya lebah teuweul tak perlu dilakukan secara intensif. Petani juga tak butuh peralatan khusus untuk membudidayakannya. Kotak pembudidayaan lebah (stup) pun bisa dibuat dari bambu atau limbah kayu yang ada di sekitar.
Kemudahan lain dari budidaya lebah teuweul adalah dapat dilakukan secara menetap. Lebah tak perlu digembala mengikuti musim bunga. Ini dikarena lebah teuweul memiliki sumber pakan yang beragam.
Meski demikian, Ivan tetap menyarankan agar memperhatikan keberadaan jenis-jenis tanaman tertentu agar kebutuhan lebah teuweul terpenuhi. Pertama adalah keberadaan tanaman yang menghasilkan getah. Tanaman bergetah diperlukan oleh lebah teuweul untuk membangun dan melindungi sarangnya. “Kalau ada pohon mangga yang berukuran besar, cukup,” tandasnya.
Selain tanaman bergetah, ketersediaan tanaman bunga yang menyediakan serbuk sari dan nektar juga diperlukan. Tak perlu menanam khusus, biasanya lebah teuweul akan terbang ke sana kemari untuk mencari bunga yang dibutuhkan. Namun Ivan menyatakan, menanam bunga air mata pengantin sangat disarankan. Pasalnya, bunga air mata pengantin menyediakan nektar dalam jumlah yang cukup dan bagus bagi lebah teuweul.
“Menanamnya pun mudah tidak butuh perlakuan khusus,” kata Ivan.
Yang juga penting untuk lebah teuweul adalah ketersediaan sumber air. Lebah teuweul butuh air untuk menstabilkan suhu dalam sarang dan mengencerkan madu ketika diberikan kepada larva lebah. Sumber air bisa diperoleh dari embun pagi hari atau disediakan dari keran air.
Agroforestry Paling Cocok
Ivan menyatakan lingkungan yang ideal bagi lebah teuweul adalah jauh dari areal pertanian yang sering disemprot pestisida. Pasalnya, racun serangga itu bisa membunuh lebah teweul, sekaligus mengkontaminasi madu yang dihasilkan. Itu sebabnya, areal di dalam dan sekitar hutan dengan pola agroforestry sangat cocok untuk budidaya lebah teuweul.
Termasuk di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Diklat Rumpin serta Hutan Diklat Jampang yang dikelola oleh Balai Diklat LHK Bogor.
Menurut Ivan, di Hutan Diklat Rumpin saat ini ada 51 stup lebah teuweul dan 6 stup lebah Apis cerana. Sedangkan di Hutan Diklat Jampang Tengah terdapat 220 stup lebah teuweul. Sebagai salah satu bentuk pembinaan usaha kelompok, Balai Diklat LHK Bogor juga telah memberikan bantuan stup kepada KTH. Saat ini KTH Barokah Hijau mengelola 75 stup, KTH Babakan Setu 20 stup, KTH Lio Maju 15 stup dan KTH Lebak Sawo 10 stup.
Sebagian stup lebah, kata Ivan, diperoleh dari CSR salah satu perusahaan yang telah bekerja sama dengan Balai Diklat LHK Bogor dalam pemberdayaan masyarakat.
Ivan juga menjelaskan bahwa produksi madu teweul yang dihasilkan KTH di Hutan Diklat di Rumpin dan Jampang Tengah diperkirakan tidak dapat memenuhi pesanan yang terus mengalir. Untuk itu, Balai Diklat LHK Bogor sedang membangun Nectar Park di Hutan Diklat Rumpin dan pengkayaan jenis pakan di Hutan Diklat Jampang Tengah.
Selain itu juga telah dibangun kerja sama dengan KTH Mulya Tani binaan Penyuluh Kehutanan Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah 1 Bogor dalam penyediaan madu teuweul.
“Semoga ‘Madu Teuweul Rumpin’ dapat bermanfaat di masa wabah Covid-19 saat ini dan dapat terus ditingkatkan produksinya dengan kerja sama antara BDLHK Bogor dan KTH binaan di sekitar Hutan Diklat,” kata Ivan. AI