Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi pertanian dengan pemanfaatan Alsintan secara maksimal. Apalagi, petani pun makin membutuhkan Alsintan dalam usahataninya.
Salah satu Alsintan yang dibutuhkan petani saat tanam adalah rice transplanter. Ini salah satu Alsintan yang dikenalkan Kementan kepada para petani dalam rangka modernisasi pertanian.
Dengan menggunakan mesin rice transplanter, petani membutuhkan tenaga yang lebih sedikit untuk menanam padi. Bahkan, mesin transplanter bisa menentukan jarak antartanaman padi yang memungkinkan untuk pertumbuhan optimal.
“Perkembangan zaman membuat tak banyak lagi buruh tani yang tersisa. Sedangkan di Indonesia, pemilik sawah masih tergolong banyak. Masalah datang ketika musim tanam tiba. Para petani dan pemilik lahan tidak memiliki sumber daya manusia yang mencukupi untuk membantu proses penanaman padi,” ujar Dirjen PSP Sarwo Edhy di Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Namun, dengan kehadiran mesin rice transplanter, hal ini bisa diatasi. Petani tidak perlu lagi bingung masalah kekurangan tenaga kerja karena bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin. Rice transplanter bisa menanam padi secara otomatis pada lahan yang sudah disiapkan.
“Mesin ini juga bekerja dalam waktu yang lebih cepat daripada menggunakan tenaga manusia. Dengan menggunakan mesin ini, petani malah diuntungkan karena pekerjaan selesai secara lebih efisien dan praktis,” katanya.
Kehebatan mesin transplanter untuk membantu petani menanam padi sudah seharusnya tidak diragukan lagi. Pasalnya, Alsintan andalan Kementan ini bisa memperkirakan jarak yang tepat antarpadi untuk bertumbuh.
Lebih Presisi
Mesin transplanter menerapkan jarak 20×25 cm, lebih sempit daripada jika ditanam oleh manusia yang membutuhkan jarak 30x30cm. Jarak yang lebih sempit ini tentu bisa meningkatkan efektivitas lahan karena memungkinkan lebih banyak padi ditanam.
Jarak yang penanaman yang lebih presisi jika dilakukan dengan transplanter juga memiliki efek yang baik bagi tanaman. Padi yang ditanam, misalnya pada jarak yang sama, memungkinkan tanaman ini untuk tumbuh lebih tinggi.
“Selain itu, padi juga lebih tahan hama jika dibandingkan penanaman secara manual,” tutur Sarwo Edhy.
Saat awal Alsintan ini dikenalkan Kementan untuk mempermudah proses produksi padi, mungkin banyak yang bingung tentang cara penggunaannya. Padahal, mesin transplanter ini sangatlah mudah dalam penggunaannya. Petani tak perlu butuh banyak waktu untuk menanam padi di sepetak sawah.
“Anda hanya perlu melakukan pembibitan dalam baki mesin transplanter, hingga menghasilkan gulungan bibit padi siap tanam,” terangnya.
Selanjutmya, letakkan bibit padi di atas mesin. Jika sudah, hanya perlu menjalankan mesin supaya padi tertanam secara otomatis. Cara modern untuk menanam padi ini tentu sangat menghemat waktu dan biaya.
“Sudah banyak petani yang mengatakan bisa panen setelah 90 hari, alih-alih 95 hari jika dilakukan secara tradisional. Biaya untuk pengurusan lahan hingga penanam pun bisa dihemat hingga 50%,”tegasnya.
Maksimalkan Alsintan
Menghadapi musim kekeringan, Kementan juga mengimbau Dinas Pertanian di kabupaten dan kota untuk memaksimalkan Alsintan agar petani dapat terus berproduksi. Wilayah seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah tidak mengalami hujan selama 30 hari. Sehingga lebih dari 100 kota dan kabupaten yang terdampak kekeringan dengan total 102.654 hektare (ha) dan puso 9.940 ha.
Sarwo Edhy mengatakan, pemanfaatan Alsintan dapat mendukung upaya mitigasi kekeringan. “Alsintan dapat mendukung mitigasi kekeringan, stok pompa di dinas kabupaten segera disalurkan ke daerah terdampak kekeringan. Berdasarkan permintaan, pemanfaatan melalui Brigade Alsintan dalam mengamankan standing crop dan memitigasi kekeringan,” katanya.
Sarwo juga mengatakan upaya lain untuk mitigasi kekeringan, yaitu dengan memanfaatkan sumber air di mana sudah ada 11.654 unit embung pertanian dan 4.042 irigasi perpompaan di dekat daerah terdampak kekeringan.Lanjut Sarwo, jumlah pompa air yang dialokasikan oleh Kementan periode 2015-2018 sebesar 93.860 unit dan khusus daerah terdampak kekeringan pompa air tersedia mencapai 19.999 unit.
“Kekeringan diperkirakan akan berlanjut beberapa bulan ke depan. Antisipasinya dengan memanfaatkan pompa air, potensi sumber air untuk kita bangun pipanisasi, sehingga kita bisa menyelesaikan kekeringan. Pengamanan standing crop dilakukan bersama semua pihak sehingga terselesaikan dengan baik,” ujar Sarwo. PSP