Pelaku industri diminta bersiap menghadapi kondisi normal baru atau new normal karena kondisi tersebut akan mempengaruhi berbagai target yang ingin dicapai.
“Ini akan membuat target-target kita tidak mudah bisa dicapai. Karena misal, dalam masa-masa normal, sebuah industri dibolehkan melibatkan 100 persen pekerjanya, tapi saat new normal, karena ada protokol kesehatan, industri harus lakukan penyesuaian,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat Halal Bihalal virtual bersama media massa di Jakarta, Rabu (27/5/2020).
Menurutnya, dalam kondisi new normal, kemungkinan industri hanya bisa mempekerjakan 50 % karyawannya sehingga mempengaruhi produksi, produktivitas, dan timing target atau time frame.
Menperin mengakui tidak semua industri dapat beradaptasi dengan cepat terhadap kondisi new normal. Sebab, banyak industri yang masih beroperasi secara konvensional dengan mengandalkan kinerja dari sumber daya manusia. Sehingga, dengan adanya protokol baru terkait upaya memitigasi persebaran covid-19 di lingkungan kerja nantinya, akan turut mempengaruhi produktivitas industri tersebut.
Guna membangkitkan daya saing industri mengadapi era new normal, Menteri AGK menjelaskan kalau Kemenperin aktif memacu sektor industri nasional agar bisa menciptakan terobosan baru.
Menurutnya, inovasi merupakan sebuah kunci untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa, serta mempersiapkan kebangkitan industri nasional dalam menghadapi kenormalan baru.
“Dengan berinovasi, pelaku industri dapat menjawab berbagai tantangan yang dihadapi serta menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi. Selain itu, inovasi juga dapat meningkatkan kemandirian bangsa sehingga kita dapat lebih mencintai produk dalam negeri, mengurangi ketergantungan impor, dan siap membangkitkan industri dalam situasi new normal,” katanya.
Menperin mengemukakan, di tengah pandemi Covid-19, sektor industri memerlukan inovasi agar dapat terus berproduksi dan memenuhi kebutuhan pasar. Di sektor kesehatan misalnya, inovasi merupakan kunci untuk mengakselerasi penanganan wabah Covid-19.
“Sebagai contoh, sebelum ada wabah Covid-19, belum ada industri dalam negeri yang menghasilkan ventilator, tetapi dalam waktu kurang dari tiga bulan, beberapa universitas bekerja sama dengan industri bisa mengembangkannya dan siap diproduksi,” jelasnya.Buyung N