Pelaku Industri Furnitur Garap Potensi Emerging Market

Industri mebel dan kerajinan nasional tengah memperluas pasar ‘emerging market’ karena turunnya tren permintaan di kawasan Eropa dan Amerika Serikat akibat situasi ekonomi dan geopolitik yang berimbas pada terkoreksinya nilai ekspor sehingga mendorong upaya menggeser pasar ke kawasan yang sebelumnya tidak termaksimalkan.
“Ceruk pasar ini di antaranya berada di Timur Tengah, India, China, Afrika, Jepang, Asean dan lainnya. Timur Tengah digadang-gadang akan mampu menjadi negara tujuan ekspor produk furnitur dan kerajinan selain Amerika Serikat dan Eropa,” kata Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, di Jakarta, Senin (23/10/2023)
Ke depan, ungkap Sobur, pasar terbesar justru akan lebih dinamis, tidak lagi melulu Amerika Serikat dan Eropa melainkan juga Asia termasuk Timur Tengah, Afrika, dan lainnya.
Adanya komitmen dari Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang ingin menjadikan Timur Tengah atau Middle East sebagai New Eropa tentunya memerlukan pembangunan infrastruktur termasuk property yang masif.
“Oleh karena itu, industri furnitur memiliki peran strategis guna memenuhi kebutuhan melengkapi pembangunan tersebut,”paparnya.
Menurut Sobur, sejumlah negara di Timur Tengah seperti Qatar, Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab dan negara-negara kawasan tengah giat melakukan percepatan pembangunan infrastruktur yang akan berdampak pada kebutuhan furnitur, kerajinan dan homedecor dalam jumlah banyak.
Momentum ini akan menjadi peluang pasar yang baik untuk industri furnitur dan kerajinan Indonesia. Uni Emirat Arab bahkan akan membangun kota baru seluas tujuh kali lipat Dubai saat ini, dan ini sangat bisa menjadi potensi pasar baru.
Sobur menjelaskan, selain Timur Tengah, kawasan emerging market selanjutnya adalah India, negara dengan pertumbuhan yang sangat pesat.
Dikatakan, India akan terus tumbuh selama dekade berikutnya seiring dengan perluasan infrastruktur yang menghubungkan kota-kota besar. Serta ada program pemerintah yang mendorong pembangunan kawasan perumahan baru serta pertumbuhan jumlah kawasan perkantoran.
Tahun 2022, pasar furnitur India menyentuh 23,12 miliar dollar AS dan diperkirakan akan mencapai 37,72 miliar dollar AS pada akhir tahun 2026 dengan pertumbuhan CAGR 13,37 persen dari tahun 2020- 2026.
India adalah negara konsumen furnitur terbesar ke-4 dan pasar furnitur terbesar ke-14 di dunia.
HIMKI juga akan menyasar pasar Afrika selama ini masih belum termaksimalkan dan mulai menjadi bagian dari penetrasi pasar serta kawasan Asia lain, seperti China yang mempunyai potensi untuk ditembus.
Meskipun China merupakan produsen furnitur terkemuka dunia, namun, secara ciri, produk mereka lebih beriorentasi massif atau mass product. “Di sisi lain, produk furniture dan kerajinan termasuk home décor asal Indonesia untuk ekspor, lebih menitikberatkan pada craftmanship atau desain eksklusif,” ujar Sobur.
Pasar Afrika, seperti Mesir, Maroko dan negara lainnya juga masih merupakan pasar yang potensial untuk dijajal. Sementara itu, pasar ASEAN termasuk Filipina, merupakan pasar emerging market selanjutnya yang perlu dicermati secara serius.
“Apalagi dengan adanya AFTA atau ASEAN Free Trade Agreement yang mendukung iklim perdagangan di wilayah ASEAN semakin menguntungkan, karena adanya penurunan tarif barang dagang serta pajak bagi negara-negara di Asia Tenggara,” jelasnya.
Menurut Sobur, membidik pasar-pasar baru ini juga sangat penting mengingat masih belum pulihnya dampak pandemic Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina yang membuat hampir semua sektor industri mengalami pelemahan pertumbuhan.
Pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022 dan sebesar 2,7 persen pada 2023. Inflasi global diperkirakan akan meningkat dari 4,7 persen pada tahun 2021 menjadi 8,8 persen pada tahun 2022 tetapi menurun menjadi 6,5 persen pada tahun 2023 dan menjadi 4,1 persen pada tahun 2024.
Pemerintah Indonesia dan HIMKI sendiri memiliki target ekspor mebel dan kerajinan nasional sebesar 5 miliar dollar AS pada tahun 2024. Menurut Sekjen HIMKI, Maskur Zaenuri, sebenarnya, target ini bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai mengingat potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar mulai dari ketersediaan bahan baku, peluang pasar yang terus tumbuh, dan didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
“Selain itu, saat ini peluang pasar global masih terbuka dan terus bertumbuh didorong oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional,” ujarnya.
Namun demikian, dibalik potensi yang besar tersebut sampai saat ini para pelaku industri masih juga dihadapkan oleh berbagai permasalahan mulai dari sulitnya mendapatkan bahan baku sesuai kebutuhan, terbatasnya promosi pemasaran, belum berkembangnya kualitas produk dan desain, kurangnya ketersediaan tenaga kerja yang siap pakai, penggunaan teknologi tinggi, hingga akses permodalan yang masih terkendala.
“Dalam merealisasikan target ekspor 5 miliar dollar di tahun 2024 dan menyukseskan Indonesia menjadi negara produsen dan eksportir terbesar di kawasan regional perlu dukungan dari para stakeholder khususnya dukungan dari pemerintah,” ucap Maskur Zaenuri. Buyung N