Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengajak pelaku industri rotan dan kerajinan di Pulau Jawa untuk mengembangkan usahanya di Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Kami mengajak para pelaku industri rotan untuk berinvestasi dan mengembangkan industrinya di Palu, Sulawesi Tengah,” ujar Airlangga, usai mengunjungi sejumlah industri rotan di Cirebon, Sabtu (03/11/2018).
Ajakan untuk mengembangkan bisnis di Sulawesi Tengah juga diiringi dengan sejumlah insentif yang ditawarkan Kemenperin kepada para pelaku industri rotan dan kerajinan.
“Kemenperin sudah menyiapkan fasilitas lab, gedung. Mereka tinggal membawa mesin dan melatih sumber daya manusia di sana. Bahkan jika butuh permodalan, pemerintah juga akan memberikan bantuan,” ujar Airlangga.
Menurut Menperin, Sulawesi Tengah merupakan sumber bahan baku bagi industri rotan di Indonesia. Para petani rotan di kawasan itu juga harus bisa menikmati dampak positif dari peningkatan produksi dan penjualan produk rotan.
Menanggapi ajakan Menperin itu, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Sunoto, menyatakan pihaknya siap untuk membantu program hilirisasi industri rotan dengan mengembangkan bisnis di Sulawesi Tengah.
“Kami akan melakukan perhitungan dan penjajakan. Sebelum akhir tahun ini kami akan berkunjung ke Palu,” ujar Sunoto.
Seperti diketahui, dalam pengembangan industri nasional, Pemerintah Indonesia telah menetapkan industri furnitur dan kerajinan sebagai salah satu industri prioritas nasional.
Hal ini antara lain didasarkan dari ketersediaan bahan baku berupa kayu, rotan dan bahan alami lainnya yang cukup berlimpah di Indonesia, banyak menyerap tenaga kerja serta sebagai penghasil devisa yang potensial.
Menurut Airlangga, Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan dunia, dengan 306 jenis rotandan sampai saat ini hanya 51 jenis yang termanfaatkan. Daerah penghasil rotan di Indonesia sebagian besar berada di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
Saat ini industri furnitur Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa, namun pemerintah mendorong agar industri ini turut berkembang di luar Jawa. Cirebon juga sudah lama dikenal sebagai sentra industri furnitur rotan dan memiliki banyak tenaga-tenaga terampil pengolah rotan.
“Saya berharap agar Cirebon dapat terus meningkatkan produktivitas industri rotan (khususnya furnitur rotan) dan meningkatkan kontribusinya terhadap pengembangan industri nasional,” kata Menperin usai mengunjungi workshop Houe of Rattan..
Dijelaskan, kinerja ekspor industri furnitur Indonesia dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang cenderung stagnan,pada tahun 2015 mencapai sebesar 1.71 miliar dolar AS ,pada tahun 2016 mencapai 1.61 miliar dolar AS dan pada tahun 2017 sebesar 1.63 miliar dolar AS. Sementara itu nilai perdagangan furnitur dunia berdasarkan data CSILsebesar 130 miliar dolar AS pada tahun 2015, 131 miliar dolar AS pada tahun 2016, dan sebesar 138 miliar dolar AS pada tahun 2017.
“Dari data-data tersebut nampak bahwa peranan Indonesia dalam ekspor furnitur dunia relatif masih kecil, kinerja ekspor furnitur juga masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi bahan baku yang ada,” kata Menperin Airlangga.
Adapun belum optimalnya kinerja industri furnitur pada beberapa tahun terakhir, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain tertinggalnya teknologi permesinan furnitur dalam negeri dibandingkan dengan negara pesaing, terbatasnya jumlah tenaga terampil (skilled labour) dan Sistem Logistik Bahan Baku yang belum efisien.
Namun demikian, ungkapnya, pemerintah juga terus berupaya mendorong kebijakan yang memberikan iklim usaha yang semakin kondusifmelalui upaya-upaya antara lain: pendirian Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Jawa Tengah, Program Pendidikan Vokasi Link and Match antara SMK dan industry, mendorong modernisasi mesin dan peralatan furnitur dan pengolahan kayu, menarik investor baru bidang furniture.
Selain itu, pemerintah juga memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri furnitur pada pameran baik di dalam maupun di luar negeri; penyiapan konsep sistem logistik bahan baku nasional; serta pemberian fasilitas insentif pajak kepada industri furnitur. B Wibowo