Tata kelola pertanian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir makin menunjukkan perbaikan. Bahkan, sektor pertanian diprediksi bakal makin meningkat kualitasnya ke depan.
Hal itu dikemukakan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Prof. Luthfi Fatah. Menurutnya, dari sisi kehidupan petani trennya mengarah pada perubahan yang lebih baik. Termasuk menyoal ukuran kesejahteraan petani.
“Secara indikator kesejahteraan Nilai Tukar Pertanian (NTP), data BPS sejak tahun 2014-2018 terjadi kenaikan dari 102,03 ke 102,46. Ada penguatan daya beli oleh petani, sebab pendapatan diterima lebih besar dari modal,” ujar Luthfi, Kamis (21/11/2019).
Begitu juga dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) terbukti mencapai peningkatan berdasarkan data BPS. Dari 106,05 pada tahun 2014 menjadi 111,83 di tahun 2018. “Berarti rasio harga yang diterima petani dari usahanya lebih tinggi dibandingkan harga yang mereka bayar untuk pengeluaran usahanya. Dari situ saja sudah mulai kelihatan ada kemerdekaan petani menuju sejahtera,” ucap Luthfi.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementan, Ketut Kariyasa menegaskan, produktivitas tenaga kerja sektor pertanian kurun waktu 2015-2017 juga meningkat.
Data BPS mencatat, tahun 2017 produktivitas tenaga kerja sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 9,91%. Jika tahun 2015 penghasilan petani hanya Rp21,76 juta/orang, tahun 2017 meningkat menjadi Rp23,92 juta/orang.
“Produktivitas tenaga kerja pada sektor pertanian merupakan rasio antara PDB Sektor Pertanian berdasarkan harga konstan dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat pada sektor pertanian. Ini menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sektor pertanian,” katanya.
Pada tahun 2015 ada sebanyak 36,31 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian, sementara pada tahun 2016 dan 2017 masing-masing 35,37 juta orang dan 35,16 juta orang.
Luthfi menyebutkan tingkat pendidikan petani. Meskipun diakui masih banyak berstatus pendidikan rendah, namun semakin ke depannya mulai ada upaya serius dari pemerintah, khususnya dari Kementan, untuk meningkatkan kualitas SDM petani.
Luthfi juga menyoroti sektor pertanian yang makin digemari generasi muda. Dia mencontohkan, jurusan agroteknologi fakultas pertanian yang pada penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi menjadi peringkat kedua yang diminati generasi muda dengan pemilih mencapai 6.042 calon mahasiswa versi penelitian Kemristek Dikti untuk tahun 2019.
Hal itu merupakan bukti bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyusun strategi yang tepat guna mendorong minat anak muda terjun ke pekerjaan pertanian. Sehingga ke depannya, petani Indonesia adalah pekerja kelas intelektual.
“Belum lagi siswa yang belajar di politeknik pertanian yang mungkin kini jumlahnya meningkat 10 kali lipat atau lebih. Peminatnya tiap tahun terus bertambah. Edukasi dan aplikasi praktis teknologi pertanian juga diperhatikan Kementan dengan dibukanya politeknik enjinering beberapa waktu yang lalu. Dari situ nampak Kementan ingin melihat adanya peningkatan jenjang pendidikan SDM pertanian kita ke depan,” kata Luthfi.
Mekanisasi Pertanian
Aspek lain adalah peningkatan kualitas kerja pertanian. Luthfi mencontohkan dengan masifnya distribusi alat mekanisasi pertanian. Penyaluran alat mekanisasi pertanian dinilai Luthfi akan berkontribusi kuat mendorong kinerja petani jadi lebih efektif.
Penggunaan mekanisasi pertanian juga diprediksi menghemat waktu kerja petani hingga 80% dan biaya 70%. Ditambah sektor pertanian Indonesia saat ini sudah mulai menggunakan teknologi generasi 4.0 yang makin masif dimanfaatkan oleh para generasi muda petani.
Data Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan mencatat telah menyalurkan bantuan Alsintan sekitar 385.170 unit. Bantuan itu terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, chopper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual.
Pada tahun 2015, Alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit. Tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, tahun 2017 sebanyak 84.356 unit, dan tahun 2018 sebanyak 115.435 unit (per Oktober 2018). Total yang sudah diberikan sebanyak 385.170 unit.
Direktur Alat Mesin Pertanian, Ditjen PSP, Andi Nur Alamsyah menjelaskan, selama tahun 2014 bantuan yang dikeluarkan pemerintah untuk Alsintan mencapai Rp520,18 miliar dengan volume sebanyak 12.501 unit.
“Untuk tahun 2015, total anggaran yang dikeluarkan Rp1,98 triliun dengan volume unit mencapai 56.785,” kata Andi.
Adapun total anggaran yang digelontorkan tidak tahun 2016 mencapai Rp2,96 triliun dengan volume unit mencapai 148.804. Selanjutnya, anggaran pada tahun 2017 mencapai Rp2,83 triliun dengan volume unit mencapai 84.381.
“Sedangkan anggaran pada tahun 2018 mencapai Rp3,4 triliun dengan volume unit mencapai 126.942,” katanya.
Andi menambahkan, seluruh bantuan yang tersalurkan merupakan bentuk keseriusan Kementan dalam mendorong peningkatan jumlah produksi. Selain itu, Alsintan juga diharapkan menjadi jalan bagi anak muda agar mau turun langsung ke sektor pertanian.
“Dengan teknologi, kita harapkan generasi milenial mau bercocok tanam, peduli dengan nasib petani dan siap meningkatkan produksi pangan kita,” katanya. PSP