Pertanian organik sangat penting tidak hanya karena bernilai ekonomis tinggi, tapi juga untuk perbaikan ekosistem pertanian yang kian rusak terpapar bahan sintetik atau kimiawi seperti pestisida.
Apalagi tanaman yang dikelola secara organik biasanya lebih tahan hama penyakit karena lahan yang sehat.
Minat masyarakat untuk menggunakan produk pertanian organik juga makin meningkat. Hal ini sejalan dengan tren gaya hidup sehat terutama di kota-kota besar yang mulai meningkat karena banyak yang mulai mengerti akan dampak negatif dari penggunaan bahan an-organik.
Namun demikian perkembangan pertanian organik di Indonesia masih dibilang lambat. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai kendala antara lain kendala pasar, harga yang lebih mahal, juga pelaku pertanian organik kadang masih berdiri sendiri-sendiri.
Untuk mengetahui perkembangan saat ini, Agro Indonesia berkesempatan bincang-bincang dengan Robaeli Ndruru. Pria tamah yang lebih akrab disapa Pak Robi adalah seorang praktisi dan penggiat tanaman organik, Wakil Ketua MAPORINA (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia), sekaligus koordinator wilayah Yogya. Disela-sela waktunya memberi pelatihan pertanian organik pada kelompok tani, Pak Robi berbagi info.
Apa yang membuat Bapak tertarik dengan pertanian organik?
Saya merasa prihatin dengan kondisi lingkungan kita yang saya lihat sudah tercemar. Ini saya lihat langsung karena orangtua saya bergerak di pertanian konvensional, pakai pestisida bahan kimia. Kalau saya amati tanahnya jadi keras dan kalau menyemprot pakai pestisida saya pusing sendiri, itu efeknya.
Saya mulai searching di internet, pestisida bahan kimia itu bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan, hama penyakit dan mutase gen. Itu bahaya sekali. Mulai muncul tekad untuk bisa terlibat dalam menyelesaikan masalah itu, kerusakan lingkungan, kerusakan generasi, kalau sampai terjadi mutase gen, lalu kita mau makan apa. Saya mencari, belajar mulai coba-coba organik itu.
Bapak sampai membuat formula sendiri?
Ya saya mencari dan belajar. Mulai mencari dari tahun 2009 ketemu formulanya 2013 akhir, belajar 5 tahun. Tapi kita tahu menemukan organik itu suatu hal yang lambat prosesnya hanya saya selalu punya keyakinan bisa.
Lalu apa yang saya lakukan. Saya melihat semua formula pupuk, saya coba. Rupanya formula pupuk tersebut, dalam hal tertentu bagus tapi dalam hal yang lain tidak bisa. Misal formula pupuk ini bisa membuat pertumbuhannya bagus, untuk buah tidak bisa. Ada formula lain yang bisa membuat buahnya bagus, tapi pertumbuhannya lambat. Jadi formula tersebut tidak sempurna untuk tanaman dan juga untuk menghadapi permasalahan dengan pertanian konvensional saat ini.
Saya sempat bingung juga. Suatu saat dari kebingunan itu saya ke hutan, ini menginspirasi saya. Di sana saya melihat tanaman tumbuh subur, itu sudah sampai ratusan tahun, dan tidak ada yang mengatur makanannya. Semua hidup dengan sendirinya. Itu membuka wawasan, saya semakin yakin bahwa kita tidak perlu mengatur tanaman jika tanahnya subur bagus
Lalu saya coba menanam tanaman kacang di depan rumah. Saya perhatikan, tanaman kacang itu melilitnya teratur antara polybag sama saja, dalam lanjaran melilitnya teratur terus seperti itu. Dan saya menemukan bahwa tanaman itu cerdas, setiap makhluk entah tanaman atau apapun dia mempunyai kecerdasan sendiri yang kita tidak tahu, kapan dia butuh makan, kapan dia lapar.
Dari situ saya berfikir, asal kita menyediakan formula yang lengkap seperti misalnya ekosistem di hutan, itu pasti akan bagus. Lalu saya coba menformulakan, saya sudah mengetahui formula itu macam-macam, tapi belum terkonek satu sama lain. Saya coba, bener bisa tumbuh dengan cepat malah melebihi kimia, daunnya lebih lebar, sudah bebas dari penyakit, tanah juga lebih subur.
Bagaimana respons masyarakat dengan formula tersebut?
Awalnya banyak masalah orang tidak percaya, tidak yakin, dicibir, dipandang sebelah mata itu biasa Saya kan backgroundnya guru. Lebih-lebih petani, perlu bukti. Problemnya, ini kan temuan, yang sebelumnya tidak ada formula seperti ini. Tapi sekarang banyak yang mendatangi saya. Sekarang orang sudah melihat, sudah tahu. Dan saya paham betul, orang itu tunduk dengan hasil, ada bukti, kalau sudah lihat hasilnya percaya. Bahkan 7 tahun lalu, ada yang tertarik beli formulanya itu Rp2 Miliar, saya tidak mau.
Saat ini saya juga agro konsultan, mereka mengakui saya mampu, banyak yang tanya, dan banyak yang meminta untuk pelatihan, dan saya juga asesor kompeten di pertanian organik, fasilitator, kalau saya bicara tentang tanaman, mereka mengakui tidak asal bunyi. Dan saya juga ada di dalam Maporina. saya tahu dengan ikut di maporina, dengan knowledge, kita tidak dipandang sebelah mata, diakui.
Maporina?
MAPORINA (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia) ini merupakan wadah organisasi profesi untuk menghimpun potensi berbagai pihak yang terkait dengan pertanian organik yang meliputi Birokrat, Akademisi, Petani, Pengusaha dan Masyarakat luas pemerhati masalah Pertanian di Indonesia. Keberadaan organisasi ini, untuk mensejahterakan rakyat, melestarikan lahan dan lingkungan melalui sistem pertanian.
Bapak juga merintis microgreens di Yogya?
Ya itu karena keprihatinan selanjutnya. Pertanian organik tidak menarik bagi generasi muda. Saya punya pemikiran bagaimana supaya pertanian organik menarik bagi generasi muda. Akhirnya saya buat bagimana itu menarik. Jadi pertanian milineal organik itu suatu usaha konsep pertanian yang tadinya tidak menarik, dikemas lagi menjadi menarik, dengan sentuhan-sentuhan teknologi. Misal dengan formula tadi, tidak perlu capai-capai, tidak perlu menunggu lama. Pada saat kita aplikasikan dan berhasil tidak terlalu melelahkan, bersih, keren. Sentuhan-sentuhan teknologinya, misal dengan kecepatan, cara menatanya yang indah, diberikan sentuhan seni, edukasinya juga.
Microgreens ini sebenarnya dari Amerika dan saya kembangkan di sini mulai dari tahun 2017, microgreen adalah sayuran hijau muda yang dipanen pada umur yang masih sangat dini, berkisar antara 7-12 hari setelah semai. Ini salah satu strategi untuk menarik kaum milenial, ini bisa dimulai dari anak-anak kecil, jadi anak mulai ada ketertarikan untuk bertanam karena mikrogreen salah satu cara bertani yang paling lengkap dari memilih bibit, menyiapkan media, merawat bibitnya, memanen dan mengolahnya. Itu lengkap dengan satu budidaya.
Sulit tidak untuk bertanam microgreen?
Sebenarnya tidak sulit asal tahu tekniknya. Microgreen ada tekniknya. Memang tidak semua bisa, misal tanam bayam, sama-sama bayam, orang yang satu dengan yang lainnya nasilnya bisa berbeda.
Kelebihan microgreen?
Kaya nutrisi, lebih sehat. Dari sisi ekonomis, kita tidak ribet, tidak ketakutan tanaman dimakan ulat, bisa kita rawat di rumah, tidak memakan banyak tempat. Masa tumbuh panennya pendek 7 -12 hari, bisa dipanen setelah semai. Kalau sudah panen tinggal mengolah, mau dibuat pecel atau salad.
Prospek pasar microgreens?
Pasarnya orang yang sadar akan kesehatan akan nutrisinya. Ini agak sulit, karena belum semua sadar kesehatan, mungkin sadar akan kesehatan, tapi dimana mendapatkannya, ini jadi tantangan. Bagaimana bisa mempertemukan antara yang membutuhkan dengan orang yang bisa memproduksi.
Dan saat ini di Yogya baru ada di tempat saya, di Jakal km 19 arah Merapi, secara geografis kurang menguntungkan untuk jangkauan konsumen. Misal orang dari kota Yogya mau kesana, habis diongkos. Masak lebih mahal ongkos dari pada produknya. Untuk pengembangan bagus, tapi untuk pemasaran agak berat, biaya transport membawa ke orang/konsumen itu yang berat. Saya ingin punya tempat yang strategis di kota, jadi orang ingin mendapatkan, membeli, ongkosnya lebih murah.
Dari yang Bapak kelola, ke depannya yang mudah dijangkau untuk usaha?
Pupuk organik, karena sumbernya banyak, kebutuhannya juga tinggi. Semua orang butuh pupuk, bahannya juga banyak, kalau microgreens ini lebih ke nilai edukasinya yang tidak terhitung. Ini edukasi kesadaran hidup sehat jangka panjang. Kadang-kadang harus banyak subsidi pengorbanan, menunjukkan ke orang ini enak lo, ini sehat. Prosesnya panjang, lebih banyak energi yang keluar.
Harapan ke depan?
Orang segera beralih ke pertanian organik, hidup kita itu organik, mau siapapun, presiden, jenderal, raja, rakyat, pasti butuh makan sehat, makanan organik, itu bukan kebutuhan seseorang tapi kebutuhan kita. Maka kita harus menciptakan pangan-pangan yang sehat. Pangan organik yang bebas dari pupuk pestisida sintesis. Karena dengan organik menjadikan kita lebih sehat, berkualitas.
Visi Misi?
Menciptakan pertanian organik yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Lingkungan terjaga, produktivitas juga meningkat.
Anna Zulfiyah