Pertanian Penyangga Perekonomian Nasional di Masa Pandemi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan masih menjadi sektor penting pada struktur produk domestik bruto (PDB). Tercatat, pada kuartal I tahun 2020, peran dan kontribusinya terhadap PDB mencapai 12,84%.

“Kontribusi menurut lapangan usaha tersebut meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal IV/2019, peran sektor pertanian, kehutanan, kelautan sebesar 11,19%,” kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri saat dimintai keterangan di Jakarta, Rabu (25/6/2020).

Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang mendominasi struktur PDB menurut lapangan usaha pada kuartal pertama tahun ini. Padahal, periode Januari-Maret 2020, dunia sudah mulai dilanda pandemi COVID-19.

Struktur sektor pertanian sebesar 12,84% tersebut merupakan ketiga tertinggi setelah industri pengolahan (19,98%) dan perdagangan besar dan eceran (13,30%).

Selain kontribusi terhadap PDB, sektor pertanian, kehutanan, kelautan juga mengalami pertumbuhan sebesar 9,46% pada kuartal I/2020 jika dibandingkan kuartal IV/2019. Kondisi ini turut dipacu oleh masa tanam yang dimulai pada akhir Desember dan adanya masa panen pada Februari dan Maret 2020.

Lebih lanjut, Kuntoro menjelaskan, sektor pertanian bisa memberi daya ungkit pada perekonomian kuartal II/2020 mengingat masa panen yang masih ada pada periode itu dan bukti kontribusinya yang cukup besar pada kuartal I.

Mengutip pernyataan Kepala BPS (Suhariyanto, Red.), dia mengatakan kuartal II/2020 pertanian justru bisa menjadi pengungkit dan membantu pertumbuhan ekonomi karena ada pergeseran masa panen dari bulan Maret menjadi April.

“Kami sendiri optimistis karena sesuai arahan Menteri Pertanian, teman-teman di lapangan saat ini sedang giat melakukan percepatan tanam,” ungkapnya.

Indikator lain yang disebut Kuntoro bisa menunjukkan peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian adalah peningkatan ekspor pertanian pada bulan April lalu.

Di tengah pandemi COVID-19 yang melemahkan ekonomi dan juga kinerja ekspor secara nasional, sektor pertanian justru menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan ekspor dibandingkan tahun lalu.

“Data BPS menyebutkan bahwa ekspor pertanian tetap menunjukan kinerja yang baik pada April 2020 dengan nilai 0,28 miliar dolar AS atau tumbuh sekitar 12,66% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019,” tutur Kuntoro.

Keberpihakan pada Petani

Masih pada kesempatan yang sama, Kuntoro menyebutkan bahwa pemerintah sangat memahami pandemi COVID-19 berdampak besar pada tatanan pembangunan pertanian nasional, terutama terhadap petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian.

“Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen untuk menjalankan program dan kebijakan berorientasi pada kesejahteraan petani,” tegas Kuntoro.

Sebagai bentuk keberpihakan kepada petani, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) di sektor pertanian difokuskan untuk memberikan insentif dan bantuan bagi petani dalam berproduksi, baik dalam bentuk bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan), benih, maupun pupuk.

Selain memfasilitasi kegiatan produksi, upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani juga dilakukan mengembangkan e-commerce untuk mempercepat penyerapan produk pangan petani dan sekaligus memudahkan masyarakat mengakses pangan.

“Kami memahami kondisi pandemi sangat berpengaruh terhadap penyerapan hasil produk petani di lapangan. Karena itu, Kementerian Pertanian juga bekerja sama dengan perusahaan swasta maupun start up untuk memudahkan distribusi pangan,” jelas Kuntoro.

Kementan juga memperkuat sistem logistik pangan. Sebagai bagian dari penguatan sistem logistik pangan, maka kelembagaan distribusi pangan perlu dikelola oleh BUMN sebagai nasional hub dan BUMD sebagai regional hub yang dilakukan dengan pengendalian bersama oleh stakeholder terkait.

Penguatan sistem logistik pangan sangat penting guna menjamin kelancaran distribusi pangan yang terjangkau dan merata ke seluruh wilayah Indonesia.

Berkaca pada kinerja sektor pertanian di awal tahun 2020, Kuntoro menyebutkan pemulihan ekonomi pada tahun 2021 pun akan banyak bertumpu pada sektor pertanian, terutama dalam menjaga ketahanan pangan usai pandemi.

Pada rapat kerja dengan DPR, Senin (22/6/2020), Menteri Pertanian telah mengusulkan tambahan anggaran Rp10 triliun untuk peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian modern dan peningkatan ekspor.

“Penambahan anggaran ini penting untuk meningkatkan kapasitas produksi petani kita dan sekaligus menata sistem logistik pangan nasional,” tutur Kuntoro.

Komitmen Jaga Target Produksi

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, Senin (22/6/2020) menegaskan tetap berkomitmen menyediakan pangan bagi 267 juta penduduk dengan mencanangkan target beberapa komoditas di tahun 2021.

Dia mengatakan, kebutuhan pangan selama bulan puasa, lebaran dan masa pandemi COVID-19 sudah tercukupi dengan baik, sehingga tidak ada gejolak krisis pangan dan harga pangan stabil di pasaran.

“Dalam memperkuat ketersediaan dan stabilisasi harga, kami telah mengembangkan Pasar Tani atau Toko Tani untuk memangkas rantai pasok. Kemudian mendorong masyarakat untuk memperluas pilihan makan melalui diversifikasi pangan,” tegasnya.

Di samping itu, Syahrul memaparkan, pihaknya juga tengah berupaya meningkatkan nilai ekspor untuk memperkuat ekonomi nasional yang merosot akibat COVID-19.

Sekedar informasi, nilai ekspor produk pertanian pada bulan April 2020 tumbuh sebesar 12,66%. Capaian ini terjadi di tengah lesunya ekspor pada sektor lain.

Capaian lainnya adalah kinerja produksi beras selama masa tanam MT-I tahun 2020. Kenaikan bahkan mencapai 16,65 juta ton. Belum lagi adanya tambahan stok di akhir Juni 2020 yang diperkirakan mencapai 7,49 juta ton.

“Untuk mempertahankan kecukupan stok beras sampai Desember 2020, Kementan telah melakukan akselerasi tanam padi MT-II seluas 5,6 juta hektare (ha) dengan menggerakkan seluruh komponen sumberdaya yang didukung oleh ketersediaan air yang cukup di sentra produksi dan wilayah lainnya,” paparnya.

Syahrul optimis, kerja nyata ini mampu mencapai target yang telah ditetapkan, meski dengan penggunaan anggaran yang terbatas. Target itu, kata dia, masih terus didorong dengan pelibatan partisipasi petani untuk memanfaatkan Keredit Usaha Rakyat (KUR).

Kementerian Pertanian menggerakan semua potensi sumberdaya yang ada untuk menutupi kekurangan anggaran dari APBN. Kementan juga bahkan sudah bekerja sama dengan berbagai Kementerian dan Lembaga lain untuk mendukung program pembangunan pertanian.

“Kami menggerakkan seluruh komponen dan pelaku usaha untuk mendorong pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pertanian, serta mendorong keterlibatan swasta dan BUMN dalam mengamankan ketersediaan dan distribusi pangan strategis,” terangnya. Perlu diketahui, anggaran Kementan tahun 2020 yang awalnya sebesar Rp21,055 triliun, mengalami efisensi hingga menjadi Rp14,049 triliun. Padahal, Kementan membutuhkan anggaran yang mencukupi untuk merealisasikan program-program yang sudah direncanakan. MAL