Masyarakat petani memerlukan bantuan rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT) dan embung. Melalui pemberian bantuan dua kegiatan ini, pendapatan petani diharapkan bisa meningkat.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementeri Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy dalam kunjungan kerjanya ke wilayah Yogyakarta mengatakan, produksi dan indeks pertanaman (IP) padi di persawahan yang mendapatkan bantuan ini bertambah dan meningkat.
Lokasi pertama yang dikunjungi Dirjen PSP usai membuka Ratek ini adalah irigasi bantuan Pemerintah berupa rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT) di Desa Sukoharjo, Kabupaten Sleman, DIY. Irigasi sepanjang 400 meter ini mampu mengairi lahan sawah seluas 25 hektare yang digarap kelompok tani di sekitarnya.
Salah satu petani, Musono mengatakan, rehabilitasi JIT ini sangat membantu petani meningkatkan produksi padi di Desa Sukoharjo. Dia mengaku, sekarang petani di desanya sudah tidak khawatir lagi jika saat musim kemarau.
“Terima kasih kepada Kementan atas bantuan RJIT ini. Dulu jaringan irigasi ini hanya mampu mengairi 50% lahan di sini. Sekarang semuanya seluas 25 ha sudah bisa diari,” ujar Musono.
Bahkan, lanjut Musono, berkat adanya RJIT, petani bisa meningkatkan indeks pertanaman (IP) dua kali sepenuhnya. Karena sebelumnya tidak setiap tahun lahan di sini bisa mencapai IP dua kali.
“Dulu memang bisa tanam dua kali, tapi yang kedua sering tidak maksimal. Tapi sekarang bisa dua kali sepenuhnya tanpa ada kendala,” ungkap Musono.
Kasubdit Konservasi Air dan Lingkungan Hidup, Andi Halu mengatakan, bantuan rehabilitasi JIT dari pemerintah ini sebesar Rp27,5 juta. Bantuan ditransfer langsung ke rekening kelompok tani.
“Semua uang bantuan dibelikan bahan material. Dan untuk tenaga kerja semua swadaya dari petani. Sehingga hasilnya lebih bagus,” ujar Andi Halu.
Ajukan Permintaan ke Dinas
Di lokasi kedua, Dirjen Sarwo Edhy meninjau embung di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Embung dengan luas 25×26 meter dan berkedalaman 2,5 meter ini merupakan bantuan Kementan tahun anggaran 2017. Air yang mampu ditampung mencapai 1200-1500 meter kubik.
“Embung ini bisa mengairi areal sawah di sekitarnya hingga 50 ha. Di sini kebetulan ada 4 kelompok tani yang memanfaatkan embung ini,” ujar Indarto, salah satu Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Andi Halu mengungkapkan, pembangunan embung ini mencapai Rp100 juta, dan merupakan bantuan dari Kementan juga. Dia mengatakan, dana bantuan tersebut semuanya digunakan untuk bahan material ditambah dengan dana swadaya masyarakat.
“Sejak adanya embung ini, semua areal pertanian di sini IP-nya meningkat 2,5 kali. Sebelumnya maksimal hanya bisa dua kali,” katanya.
Data Agro Indonesia mencatat, dalam empat tahun (2015-2018) Kementan sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier seluas 3,12 juta ha. Realiasi terbesar terjadi tahun 2015 yang mencapai 2,45 juta ha.
Kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi dari luasan 3,12 juta ha itu mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton.
Dengan peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi peningkatan produksi sebesar 8,18 juta ton, sehingga total produksi padi selama empat tahun pada lahan rehabilitasi jaringan mencapai 24,37 juta ton gabah kering panen (GKP).
Selain rehabilitasi JIT, Ditjen PSP juga mempunyai program/kegiatan pengembangan sumber-sumber air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.
Dalam waktu tiga tahun (2015-2017), Direktorat Irigasi Pertanian, Ditjen PSP telah melaksanakan program pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage sejumlah 2.785 unit.
Untuk irigasi perpompaan Ditjen PSP mencatat, hingga 5 November 2018 telah membangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan perunit 20 ha, maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha.
Jika berdampak pada peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,78 ribu ha dan penambahan produksi padi 154,85 ribu ton.
Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi.
Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir, 2015-2018 mencapai 2.956 unit, untuk realisasi per 5 November 2018. Dengan estimasi luas layanan 25 ha/unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 73,90 ribu ha.
“Bila dapat memberikan dampak kenaikan IP 0,5, maka potensi penambahan produksi pertanaman mencapai 384,28 ribu ton,” kata Sarwo Edhy.
Dirjen PSP Sarwo Edhy juga menyempatkan diri ke Desa Bungkirsari, Cangkringan, Sleman, DIY. Di sini terdapat areal sawah organik yang dikelola Tani Organik Merapi (TOM). Lahan seluas 5 ha ini ditanami padi dan sayuran organik.
“Dulu kami hanya menanam sayuran organik, tapi sekarang merambah padi organik. Karena permintaannya di daerah sini sudah lumayan. Supermarket juga sudah menerima produk kami,” ujar Untung, Koordinator TOM.
Sarwo Edhy mengatakan, bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan rehabilitasi JIT atau pembangunan embung, mereka bisa mengajukan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota masing-masing. “Nanti Dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang unjung-ujungnya bisa mensejahterakan petani,” ujarnya. PSP