Produsen Terigu Alihkan Impor Gandum ke AS, Ukraina dan Eropa

Menurunnya produksi gandum Australia dan negara-negara produsen di kawasan selatan  akibat iklim dan cuaca yang buruk telah mendorong produsen tepung terigu di dalam negeri mengalihkan impor gandumnya ke negara-negara di kawasan utara seperti Amerika Serikat, Rusia, Ukraina dan Eropa.

“Produsen gandum di kawasan selatan Bumi memang sedang mengalami masalah sehingga kemungkinan kita akan mengalihkan impor gandum dari negara produsen di kawasan utara yang produksi gandumnya tidak sedang bermasalah,” kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang, di Jakarta, Rabu (26/09/2018).

Menurutnya, dari total  impor gandum Indonesia yang mencapai angka 11,4 juta ton di tahun 2017 lalu, sekitar 53% dipasok dari Australia dan sisanya dari negara produsen lain di belahan bumi lainnya.

Namun, dengan adanya gangguan dalam produksi gandum di Australia, Franky memperkirakan volume impor gandum dari Australia hanya mencapai 35 % dari total gandum yang diimpor tahun ini.

Franky menjelaskan,  pengalihan negara asal impor itu tentunya dilakukan secara cermat oleh produsen tepung terigu di Indonesia. Misalnya dengan memperhitungkan harga jual di negara itu serta biaya keseluruhan dari kegiatan impor gandum dari suatu negara.

“Misalnya, kalau biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan impor gandum dari suatu negara lebih murah dibandingkan negara lain, maka kami akan memilih impor dari negara yang murah biayanya,” ujarnya.

Saat ini, dengan menurunnya produksi gandum di Australia maka harga jual gandum dari negara tersebut mengalami kenaikan sehingga kurang kompetitif dibandingkan harga gandum dari negara di kawasan utara.

Adapun impor gandum Indonesia pada semester I tahun 2018 mencapai 5,4 juta ton. Dari jumlah itu, sekitar 4,3 juta ton merupakan impor gandum untuk kalangan industri makanan (food) dan sisanya untuk industri pakan.

Franky sendiri optimis kalau konsumsi tepung terigu di Indonesia pada tahun ini akan mengalami peningkatan sekitar 5 % sehingga impor gandum untuk kebutuhan industri tepung terigu akan mengalami peningkatan sebesar 5 % juga. Buyung N