Pemerintah berkomitmen untuk melaksanakan perluasan B20 karena hal itu merupakan program strategis nasional sehingga harus dilakukan secara berkesinambungan, mulai dari pengurangan impor bahan bakar, penghematan cadangan devisa, hingga menurunkan emisi gas rumah kaca.
Hal itu diungkapkan Direktur Penyaluran Dana BPDPKS Edi Wibowo usai mengikuti kegiatan sosialisasi penggunaan bahan bakar B20 oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Batam, Kepulauan Riau, Rabu (26/09/2018).
Sosialisasi bertema “Biodiesel untuk Bangsa dan Negara” yang dibuka secara resmi oleh Asisten II Bidang Pembangunan Ekonomi Gubernur Kepulauan Riau Syamsul Bahrum itu dihadiri kalangan regulator, unsur pemerintah daerah, Badan Usaha Bahan Bakar Minyak (BU BBM), Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN), badan klasifikasi, asosiasi terkait penggunaan B20, akademisi, BUMN, dan lain-lain.
Menurut Edi, salah satu bentuk dukungan BPDPKS dalam pelaksanaan perluasan mandatori B20 ini antara lain dengan pemberian insentif. “Kami memberikan insentif untuk memastikan ketersediaan B20 agar program mandatori ini bisa berjalan baik,” tegasnya.
Sementara itu, Syamsul Bahrum menyarankan agar implementasi mandatori B20 ini dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik masing-masing daerah. Tujuannya, selain untuk memaksimalkan B20 juga untuk mewujudukan kemandirian ekonomi, terutama ekonomi lokal.
Dia menyarankan agar pemerintah pusat juga mendorong pemanfaatan potensi alam daerah untuk mendukung mandatori biodiesel, misalnya pemanfaatan hutan industri. “Di Kepulauan Riau saja terdapat ribuan pulau tidak berpenghuni yang ada hutannya. Ini bisa dimanfaatkan untuk pengadaan bahan baku biodiesel,” ujar Syamsul.
Asisten Deputi Perkebunan dan Holtikultura Kementerian Perekonomian Willistra Danny mengungkapkan program perluasan mandatori B20 merupakan bagian dari tren global dalam hal penggunaan bahan bakar. Yakni tren mengalihkan penggunaan bahan bakar berbasis fosil ke bahan bakar berbasis tumbuhan.
“Dengan penggunaan B20, berarti kita sudah ada di jalur yang sama dengan tren dunia. Kalau ini tidak dilakukan sekarang, maka kita akan ketingggalan, apalagi bahan bakar fosil akan segera habis,” tegas Willistra.
Dia juga menyarankan agar pengembangan biodiesel bisa dilakukan dengan memanfaatkan bahan baku limbah minyak. Cara seperti ini, menurutnya, sudah diterapkan di sejumlah negara. “Ke depan kita bisa memanfaatkan minyak-minyak yang sudah menjadi limbah untuk pembuatan biodiesel,” tegas Willistra. Buyung N