Program PSP Dukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional

* Jokowi: Manfaatkan Lahan Kosong

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya membangun kemandirian pangan, mengingat adanya ancaman krisis pangan global saat ini.

Karena itu, dia mengajak seluruh kepala daerah dan juga masyarakat agar memanfaatkan lahan sekecil apapun untuk menanam sehingga produksi kebutuhan pangan terus terjaga.

“Saya mengajak kepada seluruh bupati, utamanya wali kota, untuk memanfaatkan lahan-lahan yang sekecil apapun untuk menanam, untuk berproduksi kebutuhan pangan sehari-hari. Penting. Jangan sampai ada lahan kosong,” kata Jokowi dalam acara puncak peringatan Hari Keluarga Nasional ke-29 tahun 2022 di Medan, Kamis (7/7/2022).

Jokowi menyampaikan, harga komoditas pangan di seluruh dunia saat ini sedang mengalami kenaikan. Bahkan, di beberapa negara kenaikan harga pangan telah mencapai 30%-50%.

Sementara di Indonesia, menurutnya, harga pangan masih terjaga. Dia mencontohkan, harga kebutuhan pokok seperti beras hingga saat ini masih belum mengalami kenaikan karena produksinya terus terjaga.

Alhamdulillah rakyat kita utamanya petani masih berproduksi beras dan sampai saat ini harganya belum naik, moga-moga tidak naik. Karena stoknya selalu ada dan sudah 3 tahun kita tidak impor beras lagi,” ujar Jokowi.

Namun, Presiden mengingatkan ada beberapa komoditas pangan yang telah mengalami kenaikan harga karena terdampak situasi global, seperti gandum. Jokowi mengatakan, impor gandum Indonesia sangatlah besar, yang mencapai hingga 11 juta ton.

Kenaikan harga gandum dunia akibat perang di Ukraina jelas berpengaruh terhadap kenaikan beberapa produksi pangan seperti roti dan mie. Akibatnya, beberapa negara seperti di Afrika dan juga Asia mulai mengalami kekurangan pangan akut dan juga kelaparan.

“Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum itu 30%-40% di negara itu. Rusia, Ukraina, Belarusia, semua ada di situ,” kata dia.

Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan tersebut, Jokowi meminta agar produksi pangan di Indonesia terus terjaga. Sehingga kebutuhan pangan di dalam negeri dapat terus terpenuhi dan tak mengalami kenaikan harga.

“Secara khusus saya mengajak seluruh keluarga di Indonesia, terutama di daerah-daerah pedesaan, untuk sekali lagi memanfaatkan lahannya untuk bercocok tanam dan beternak. Jangan sampai ada lahan kosong. Gunakan untuk memproduksi kebutuhan pangan sehari-hari dan meningkatkan asupan gizi anak-anak kita,” kata Jokowi.

Peningkatan Produksi

Kementerian Pertanian sendiri melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) punya program pendukung peningkatan produksi pangan nasional. Banyak sudah program yang dihasilkan.

Sebut saja program rehabilitasi jaringan irigasi tersier (JIT), Alsintan, embung, damparit, asuransi, optimalisasi lahan pertanian, hingga proyek food estate alias lumbung pangan. Program itu semua demi ketahanan pangan dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Hal itu sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yakni menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor.

Salah satu program yang digalakkan dalam rangka mendukung hal tersebut adalah irigasi pertanian. Irigasi didorong untuk meningkatkan IP400 agar produktivitas pertanian juga semakin tinggi.

Setidaknya, hal itu yang terungkap dalam Webinar Ditjen PSP Kementan bertema “Irigasi Teknis Dalam Rangka Mendukung IP-400” yang diselenggarakam secara daring, Kamis (7/7/2022).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, ketahanan pangan nasional menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat.

Dalam menghadapi ancaman krisis pangan imbas perubahan iklim dan perang Rusia-Ukraina, maka ketahanan pangan nasional harus diperkuat.

“Ketahanan pangan merupakan kunci dari kemandirian sebuah bangsa. Oleh karenanya, seluruh sasaran program Kementan saat ini salah satunya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional kita,” katanya.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementan Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan, tahun 2019 hingga saat ini, Indonesia tidak impor beras umum.

Produksi beras setiap tahunnya mengalami surplus lebih tinggi dari kebutuhan konsumsinya, sehingga ketersediaan aman dan lebih dari cukup dan bahkan dapat dikatakan Indonesia sudah swasembada beras.

Tahun 2019, produksi beras Indonesia surplus sebesar 2,38 juta ton, 2020 surplus 2,13 juta ton dan 2021 surplus 1,31 juta ton. “Inilah capaian nyata perberasan kita di era pemerintah Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin. Capaian ini tentu sangat berharga di tengah wabah pandemi COVID-19,” kata Kuntoro Boga di Jakarta, Kamis (7/7/2022).

Di satu sisi, Kuntoro pun menjelaskan, memang adanya impor beras di tahun 2021. Namun, itu merupakan beras khusus untuk misalnya restoran asing serta beras menir pecah 100%. Jadi, bukan beras konsumsi umum.

Dari kondisi ini, dia menekankan pentingnya masyarakat untuk cermat memahami data dengan melihat kode HS agar tidak mengeneralisir importasi beras. Sebab, faktanya, data BPS mencatat Indonesia pada tahun 2021 mengekspor beras untuk konsumsi sebanyak 3,3 ribu ton.

“Perdagangan dunia saat ini semakin terbuka. Karena itu, adalah wajar ada ekspor dan juga ada impor. Tidak bisa menutup diri harus 100% tidak impor. Apalagi, restoran Jepang membutuhkan beras khusus dari Jepang dan restoran asing sejenisnya serta menir pun dibutuhkan untuk pakan,” jelasnya

Kuntoro menekankan, untuk hal terpenting yang harus diprioritaskan dan dijaga adalah menggenjot agar ekspor pertanian lebih tinggi daripada impornya, sehingga neraca perdagangan pertanian selalu surplus.

Hal ini sudah terbukti ekspor pertanian 2021 sebesar Rp625 triliun atau naik 38,6% dari 2020. Ekspor pertanian yang semakin meningkat setiap tahun, jauh lebih tinggi dibanding impor.

“Setiap tahun neraca perdagangan pertanian surplus. Pada tahun 2021, surplus neraca perdagangan pertanian sebesar Rp269 triliun,” tegasnya.

Irigasi

Sementara terkait dengan irigasi, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menyatakan, infrastruktur pengairan itu merupakan faktor fundamental bagi tumbuh kembangnya budidaya pertanian.

Oleh karenanya, irigasi pertanian harus harus diimplementasikan dengan baik dan benar agar petani memiliki tingkat produktivitas yang baik.

“Air merupakan faktor penting dalam tumbuh kembang budidaya pertanian. Oleh karena itu, air yang disalurkan melalui irigasi harus tepat sasaran, tepat guna dan tepat ukuran agar dapat menjangkau areal persawahan milik petani,” tutur Ali.

Irigasi juga dikatakan Ali menjadi faktor penting bagi peningkatan produktivitas. Tanpa pasokan air yang cukup, maka mustahil produktivitas dapat meningkat.

“Ketika produktivitas berhasil ditingkatkan, maka ketahanan pangan kita terjaga. Ketika ketahanan pangan terjaga, maka tujuan pembangunan pertanian nasional terjaga. Itulah pentingnya irigasi dalam pertanian yang harus kita perhatikan dengan baik,” tutur Ali.

Koordinator Pengembangan Sumber Air Direktorat Irigasi Pertanian PSP Kementan, Emir Kartarajasa menjelaskan, diperlukan perencanaan yang baik di segala bidang agar seluruh daerah mendapatkan pasokan air yang baik.

“Air harus terdistribusi melalui irigasi yang baik di seluruh wilayah, tak hanya di daerah tertentu saja. Maka, data air diharapkan ada dalam satu daerah irigasi. Kita berharap pemanfaatan air irigasi ini efektif dan efisien,” kata Emir dalam paparannya.

Dikatakannya, salah satu program yang difokuskan Ditjen PSP Kementan adalah suplesi air irigasi untuk komoditas tanaman pangan, hortikultura dan peternakan yang direalisasikan melalui program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT), embung, DAM Parit, longstorage, irigasi perpompaan dan irigasi perpipaan.

Untuk pencapaian produksi komoditas tahun 2022, Emir menjelaskan bahwa Kementan telah memprogramkan RJIT sebanyak 3.600 unit, irigasi perpompaan 303 unit, irigasi perpipaan 151 unit, embung dan bangunan konservasi air sebanyak 1.104 unit.

“Selanjutnya ada program optimasi lahan seluas 40.000 hektare (ha), pengembangan DAM atau rehab JUT (Jalan Usaha Tani) sebanyak 500 unit, UPPO 960 unit, AUTP 1 juta ha, AUTS/K 150.000 ekor, Alsintan pra-panen 15.759 unit, Food Estate 50.000 ha dan alokasi pupuk subsidi sebesar 9,11 juta ton,” tutur Emir.

Dikatakannya, target produksi padi untuk memenuhi produksi pangan nasional hingga tahun 2024 ditarget 17,36 juta ha luas tanam. Saat ini, lahan irigasi nasional sekitar 5 juta ha dengan minimal IP 2,5. Sedangkan lahan non-irigasi seluas 2,46 juta ha dengan IP 1 hingga 2 per tahun.

“Maka strategi yang kita lakukan untuk menambah luas lahan, meningkatkan produktivitas pertanian dan IP adalah melalui modernisasi irigasi, teknologi hemat air, jadwal tanam ketat dengan mempertimbangkan kondisi iklim, peningkatan kapasitas P3A dan menyiapkan suplesi irigasi pada lokasi yang sulit dijangkau air,” tuturnya. PRP