Kementerian Pertanin (Kementan) optimis Pengembangan Sistem Pertanian terpadu di Daerah Dataran Tinggi, melalui program Upland Project mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas petani.
Dirjen PSP Kementerian Pertanian Ali Jamil mengatakan, Upland Project memiliki 4 komponen kegiatan. Pertama: peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pangan. Kedua: pengembangan agribisnis dan fasilitasi peningkatan pendapatan. Ketiga: penguatan sistem kelembagaan; dan keempat: manajemen proyek.
Ditambahkan Ali Jamil, di samping empat komponen di atas juga ada titik kritis dari kegiatan ini. Titik kritis pertama kegiatan adalah desain konstruksi prasarana lahan dan air irigasi, yang meliputi aspek perencanaan, aspek teknis dan aspek keuangan.
Titik kritis lainnya adalah sosialisasi kepada petani mengenai kewajiban sharing dana 20% agar kegiatan berjalan sesuai rencana, Kemudian pengelolaan bantuan Alsintan pra dan pasca panen yang dilakukan oleh sub-lembaga berbeda dalam kelompok tani.
Direktur Irigasi, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto mengatakan, dari hasil kunjungan pada lokasi Upland Project nenunjukkan bahwa pada lokasi proyek ini telah dilakukan perbaikan dan peningkatan infrastruktur.
“Kami telah melakukan uji silang ke lokasi pembangunan RJIT (Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier) di wilayah garapan Upland Project,” tambah Rahmanto.
Dikatakan Rahmanto, memang pemerintah telah memfokuskan untuk melaksanakan pembangunan RJIT di lokasi Upland Project. Salah satunya, tahun lalu di Kabupaten Tasikmalaya sepanjang 16.910,94 meter. Tersebar di empat wilayah, yaitu Desa Bantarkalong, Darawati, Padawaras serta Kertasari.
Rahmanto berharap, seluruh infrastruktur yang sudah dan sedang atau akan dibangun jangan sampai terbengkalai begitu saja. “Masyarakat harus mempunyai rasa memiliki,” pungkasnya.
Sebagai proyek pengembangan sistem pertanian terpadu di daerah dataran tinggi, Upland Project memiliki tujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani di daerah dataran tinggi.
Program Upland Project, yang didanai oleh Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) ini, akan dihibahkan kepada 14 kabupaten untuk lokasi kegiatan.
Kabupaten-kabupaten yang mendapat dana hibah dari Upland Project tersebut adalah Banjarnegara, Magelang, Malang, Garut, Tasikmalaya, Lebak, Lombok Timur, Gorontalo, Minahasa Selatan, Purbalingga, Sumbawa, Sumenep, dan Subang.
“Komoditas yang dikembangkan Upland Project adalah komoditas yang berorientasi pada ekspor dan masuk dalam target program swasembada atau komoditas unggulan daerah,” ujar Rahmanto.
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Nuraedidin menambahkan bahwa Upland Project amat bermanfaat terhadap para petani. Dia menjelaskan, Upland Project merupakan representasi dari visi misi Kabupaten Tasikmalaya di bidang pertanian.
“Untuk mencapai visi misi tersebut, dibutuhkan berbagai macam aspek penunjang demi peningkatan produktivitas hasil pertanian, yang salah satunya adalah aspek pengairan (saluran irigasi). Dan program Upland mendorong hal tersebut,” papar Nuraedidin.
Nuraedidin menambahkan, penunjang sumber air yang digunakan untuk irigasi pertanian di wilayah ini, memanfaatkan Irigasi Bendungan yang berada di Desa Padawaras. Irigasi Bendungan tersebut dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat.
Memodernisasi Pertanian
Upland Project memiliki rangkaian kegiatan untuk menunjang pengembangan pertanian. Kegiatan Upland Project terdiri dari peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis serta fasilitasi peningkatan pendapatan, penguatan sistem kelembagaan, dan manajemen proyek.
Kegiatan Upland Project salah satunya menekankan modernisasi pertanian Untuk menunjang sistem kegiatan pertanian terpadu dengan harapan mampu memodernisasi pertanian. Antara lain dalam bidang teknologi Upland Project menyediakan alat mesin pertanian (Alsintan) yang lebih moderen sebagai sarana produksi pertanian, serta peralatan penanganan pasca panen.
Pada pelaksanaan kegiatannya terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu aspek perencanaan sampai keuangan pembuatan desain konstruksi prasarana lahan dan irigasi, sosialisasi ke petani terkait kewajiban sharing dana 20%, pengelolaan bantuan alsintan pra dan pasca panen yang dilakukan oleh sub lembaga berbeda dalam kelompok tani, sistem reimbursement on-granting agar kesalahan dan keterlambatan dalam proses pencairan anggaran tidak terjadi, serta percepatan mobilisasi village fasilitator dan on-granting officer untuk membantu kabupaten.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk menunjang perkembangan pertanian yang bermanfaat bagi petani. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga untuk memperkuat kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM), dan untuk mempermudah petani dalam melakukan kegiatan pertanian dan pengembangan pertanian.
Minat Petani Meningkat
Berdasarkan pengumpulan informasi di lapangan lokasi kegiatan Upland Project diketahui bahwa minat petani milenial (berkisar umur di bawah 40 tahun) meningkat.
Peningkatkan dan kemauan petani milenial tersebut berkat di lokasi Upland Project pertaniannya diusahakan secara terpadu, komprehensif dan modernisasi (pertanian moderen).
“Kami senang bekerja yang seperti ini (pada kegiatan Upland Project), terutama untuk penggunaan alat-alat mesin pertanian yang modern sehingga lebih simpel, praktis dan efisien,” papar para petani milenial di beberapa lokasi Upland Project.
Hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, meskipun sebagai negara agraris, namun jumlah petani di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan. Salah satu contohnya Jawa Barat (provinsi lokasi Upland Project). Petani dengan rentang usia 45-49 tahun sebanyak 36,30%, sementara petani berusia 30-44 hanya 24,06%.
Perlu diketahui, penurunan minat generasi muda terhadap sektor pertanian menjadi permasalahan sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam hal kedaulatan pangan, di mana kebutuhan pasok pangan justru akan terus meningkat setiap tahunnya. Pengembangan dapat dilakukan dengan menerapkan kemajuan teknologi untuk keefektifan produksi pangan, dengan tujuan utama adalah ekstensifikasi lahan pertanian.
Para milenial lebih tertarik mencari pekerjaan di kota dan tidak kembali lagi, sehingga lahan-lahan pertanian di pedesaan kehilangan tenaga kerja muda, yang tersisa adalah petani dengan penduduk yang semakin menua.
Adapun petani yang masuk kategori generasi muda dengan usia antara 19-39 tahun hanya sekitar 9% atau 2,7 juta orang. Kehadiran Upland Project yang menunjukkan petani milenial menjadi tertarik untuk bekerja di bidang pertanian, walaupun saat ini baru beberapa daerah sebagai percontohan. Ke depan, seyogyanya perlu pemikiran dan segala upaya untuk dikembangkan atau diperluas.YR