Program asuransi usaha ternak sapi/kerbau (AUTS/K) mulai makin diminati peternak. Terbukti, target keikutsertaan peternak sebanyak 120.000 ekor sapi sudah terealiasi 90% sampai bulan November 2018.
“Tahun ini realiasi sudah mencapai 90%,” kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Fini Murfiani di Jakarta, Jumat (30/11/2018).
Dia mengatakan, target tahun 2018 adalah sebanyak 120.000 ekor sapi/kerbau yang diprogramkan ikut asuransi. Sampai bulan November lalu, sudah terealisasi 90%.
Program AUTS/K sudah berjalan selama 3 tahun terakhir dan telah mencapai total 133.306 ekor. Angka itu terdiri dari tahun 2016 sebanyak 20.000 ekor, tahun 2017 sebanyak 92.176 ekor dan pada tahun 2018 target sebanyak 120.000 ekor.
Fini menyebutkan, jika dilihat dari tren peternak yang ikut asuransi dari tahun ke tahun terus meningkat, maka membuktikan program ini semakin diminati masyarakat peternak.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Rochadi Tawaf mengakui, asuransi ternak yang preminya masih disubsidi pemerintah tentu diminati peternak.
Namun, jika program asuransi dilakukan mandiri, dia mengatakan masih menemui kendala karena minimnya kesadaran petani akan pentingnya asuransi dan tingkat ekonomi petani yang masih rendah. “Program mandiri ini masih tersendat karena peternak tidak punya duit disuruh bayar (premi). Mau makan saja susah,” katanya.
Program asuransi untuk sapi ternak mandiri sejauh ini dinilai masih mengalami kendala. Premi asuransi ternak sapi adalah sebesar Rp200.000/ekor/tahun dengan nilai pertanggungan sebesar Rp10 juta.
Untuk program ini, pemerintah memberikan subsidi sebesar 80% atau Rp160.000/ekor, sehingga sisanya Rp40.000/ekor atau 20% dari premi dibayar oleh peternak.
Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp19,2 miliar untuk subsidi. Adapun risiko yang ditanggung meliputi kematian sapi disebabkan karena penyakit, kematian karena kecelakaan, dan hilang akibat kecurian.
Meski demikian, Rochadi menjelaskan bahwa asuransi dengan subsidi pemerintah sejauh ini tidak mengalami kendala yang berarti, karena peternak berhubungan langsung dengan koperasi yang bekerjasama dengan penyelenggara asuransi. Selain itu, potongannya pun kecil.
“Kalau kredit dari pemerintah biasanya peternak lebih mudah pakai itu. Kalau yang program-program itu kan biasanya kan otomatis ya. Seperti program kredit yang biasanya otomatis dipotong dari koperasi,” katanya.
Terus Didorong
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Pending Dadih Permana mengatakan, pemerintah terus mendorong petani untuk menjadi peserta asuransi, baik untuk usaha tanaman padi mapun ternak sapi/kerbau.
Untuk menarik petani agar ikut program asuransi, maka sosialisasi terus-menerus dilakukan, baik oleh dinas maupun PT Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo).
“Makanya tugas pemerintah adalah melakukan sosialisasi dan sebagainya. Ke depan, kami mengharapkan petani ikut asuransi secara mandiri. Pemerintah akan terus mendorong, karena masih banyak petani yang belum tumbuh kesadarannya untuk ikut asuransi,” katanya.
Realisasi AUTP selama 4 tahun terakhir mencapai total 1.744.746,39 hektare (ha). Terdiri dari tahun 2015 seluas 42.030 ha, tahun 2016 seluas 499.999,92 ha, tahun 2017 seluas 997.960,54 ha, dan tahun 2018 seluas 246.785,93 ha.
AUTP yang dikembangkan Kementan bersama PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) sejak tiga tahun lalu cukup diminati petani. Sampai November 2018, luas lahan yang sudah ter-cover mencapai 80% atau sekitar 800.000 ha dari target pemerintah sebanyak 1 juta ha.
Kepala Divisi Asuransi Agri dan Mikro PT Jasindo, Ika Dwinita Sofa mengatakan, dari 800.000 ha itu, nilai premi asuransinya sekitar Rp144 miliar.
“Sepanjang tahun ini terjadi kemarau panjang. Musim hujannya mundur ke November, sehingga sampai sekarang (November, Red.) masih banyak petani yang belum tanam. Akibat kemarau panjang, per November 2018, AUTP baru mencapai 800.000 ha dari target,” kata Ika di Jakarta, Rabu (26/11/2018).
Ika juga mengatakan, minat petani untuk mendaftarkan diri menjadi peserta AUTP sepanjang tahun 2018 cukup dinamis. Data PT Jasindo menyebutkan, jumlah petani peserta AUTP sepanjang tahun 2018 masih terkonsetrasi di Jawa, yakni sekitar 55%. Sedangkan sisanya tersebar di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
Untuk di Jawa, sebanyak 30% adalah petani Jawa Timur, 15% Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 10%. “Di Jatim itu peserta AUTP tak hanya petani di Bojonegoro, Tuban, Nganjuk dan Kediri (sekitar aliran Bengawan Solo), tapi sudah menyebar di sejumlah sentra padi di Jatim lainnya,” papar Ika.
Kendati per November 2018 baru mencapai 800.000 ha lahan yang ter-cover, namun Ika masih berharap sampai akhir tahun 2019 nanti jumlah lahan yang didaftarkan ikut AUTP bisa bertambah menjadi 900.000 ha. Bahkan sampai mencapai target 1 juta ha. PSP