Pemerintah kembali membuka kran impor daging kerbau dari India untuk memenuhi konsumsi masyarakat dan stabilisasi harga menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Namun, beleid yang telah berjalan selama lima tahun ini ternyata tidak mampu membuat harga daging sapi turun dan Indonesia pun makin tergantung dengan impor kerbau India.
Indonesia makin sulit keluar dari jebakan impor daging kerbau dari India. Sejak dikeluarkannya SK Mentan No.2556/2016 pada 8 Juni 2016 dan Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2016 tentang Pemasukan Ternak dan/atau Produk Hewan dalam Hal Tertentu yang Berasal dari Negara atau Zona dalam Suatu Negara Asal Pemasukan pada 14 Maret 2016, impor daging kerbau dari India terus meningkat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, impor daging kerbau India pada 2016 tercatat 39.500 ton. Namun, tiga tahun kemudian (2019) impor naik dua kali lipat lebih menjadi 93.970 ton. Setahun berselang (2020), alokasi impor sempat dinaikkan drastis menjadi 170.000 ton, namun tak terealisasi akibat pandemi COVID-19. Nah, tahun ini, pemerintah kembali menugaskan impor daging kerbau India kepada Perum Bulog sebanyak 80.000 ton. Namun, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra memprediksi Bulog hanya mampu memasok daging kerbau sekitar 2.772 ton pada Maret 2021, 20.024 ton pada April 2021 dan 14.868 ton pada Mei 2021.
Ironisnya, kenaikan impor daging kerbau ternyata tetap tidak mampu menurunkan harga jual daging sapi. Padahal, Presiden Jokowi berharap banyak pembukaan impor daging kerbau akan membuat harga daging sapi turun dan terjangkau di kisaran Rp80.000/kg. Faktanya, sampai kini harga daging sapi di pasar tradisional tetap nangkring di posisi Rp120.000-Rp130.000/kg. Bahkan, Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano menyebut para pedagang daging berlaku curang dengan mengoplos daging kerbau dengan daging sapi untuk meraup untung besar. “Diserupailah agar daging kerbau mirip daging sapi dan dijual harganya hampir sama seperti daging sapi ini,” ujarnya, Sabtu (3/4/2021).
Keputusan pemerintah mempertahankan beleid impor daging kerbau India ini disayangkan Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI). Pasalnya, masuknya daging kerbau impor tidak memberi efek apa-apa terhadap harga. Sebaliknya, impor ini malah berdampak buruk terhadap produktivitas sapi lokal yang makin menurun.
“Daging kerbau India yang ditujukan untuk menurunkan harga, mengingat pendekatan impor ini adalah untuk harga, itu tidak memberikan efek apa-apa. Bahkan harga tetap stabil tinggi dan produktivitas dalam negeri malah terus menurun,” kata Sekjen PPSKI, Rochadi Tawaf. Dengan kata lain, pembukaan kran impor daging kerbau hanya menguntungkan peternak India dan menyengsarakan peternak lokal. AI