Semangat Tak Pernah Pudar Membangun Hutan

Dr. Ir. Transtoto Hadadhari M.Sc [kiri] bersama Menteri Kehutanan periode 1993-1998 Ir Djamaludin Suryohadikusumo

Sosok Dr. Ir. Transtoto Handadhari M.sc sangat populer di kalangan rimbawan. Maklum saja, sarjana kehutanan jebolan Universitas Gajah Mada (UGM) tahun 1971 ini, sempat menjadi orang pertama di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perum Perhutani. Prestasinya juga kinclong saat masih aktif menjadi pejabat kehutanan.

Segudang prestasi diraihnya semenjak berkarir. Jadi tidaklah berlebihan bila mantan Kepala Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah ini dijuluki rimbawan sejati. Idenya dalam membangun hutan tidak pernah berhenti. Meski sudah pensiun dini tahun 2007, jiwanya sebagai rimbawan tak pernah pudar. Bahkan hingga sekarang semangat pria kelahiran Jogjakarta ini tak pernah pudar.

Motto hidupnya cukup terkenal adalah ada bantuan atau tidak ada bantuan termasuk asing, bangsa Indonesia harus mampu membangun dan menjaga hutannya agar tidak rusak.

Kepala Biro Humas Kementerian Kehutanan tahun 2004-2006 itu sangat teruji dalam mempertahankan hutan, bahkan sampai harus mempertaruhkan jabatan. Saat menjabat sebagai Dirut Perum Perhutani, muncul wacana untuk memangkas luas hutan Jawa tinggal 500.000 hektare saja untuk kemudian dialihkan menjadi lahan pertanian.

Tanpa mempedulikan jabatan sebagai orang nomor satu di BUMN, Transtoto memberi pelawanan yang luar biasa ide dan wacana tersebut. Untuk mempertahankan luas hutan di Jawa yang tinggal 2.500.000 hektar, hingga kini tetap utuh. Nyalinya boleh dibilang sangat berani.

Mengawali karir sebagai pegawai negeri sipil tahun 1977 di Kementerian Pertanian (ditjen Kehutanan saat itu), dan malang melintang ditugaskan di berbagai wilayah termasuk sempat ditunjuk menjadi  Kepala Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Kalimantan Tengah,  menjadikan Transtoto sosok yang matang dan syarat pengalaman termasuk soal manajemen. Jerih payahnya itu kemudian dihargai menjadi juara Nasional dalam mengelola pekerjaan.

Prestasi lain, selama berkarir ia juga dijuluki sebagai Penyelenggara Negara yang Bersih Bebas Korupsi dan Anti KKN pada 8 Desember 2007 dalam peringatan Hari Anti Korupsi se-Dunia.

Untuk tahu apa saja aktivitasnya saat ini, berikut pertikan wawancara Agro Indonesia dengan lulusan University of Wisconsin at Madison, USA (1991), pekan lalu:

Lama tidak muncul di lingkungan KLHK, kemana saja Anda selama ini?

Ada dimana-mana, masih aktif di bidang hutan. Saya mengajukan pensiun dini tahun 2007 karena diangkat menjadi Direktur Utama Perhutani. Lalu tahun 2008 diberhentikan dengan hormat oleh Menteri BUMN. Setelah itu saya bekerja part time. Membantu sebagai penasihat perusahaan besar swasta bidang kehutanan, pertanahan, tata ruang, perkebunan, lingkungan hidup, industri pulp dan kertas, pertanian. Saya jalani sejak 2009 sampai sekarang.

Saya juga aktif di sejumlah organisasi seperti Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) hingga 2012, Kadin Indonesia 2009-2014  dan masih banyak kegiatan lain.

Ooo iya saat menjadi Dirut Perhutani tidak sampai lima tahun. Di tengah jalan diberhentikan tahun 2008, Anda sakit hati?

Benar sebuah fakta yang sangat menyakitkan, di saat Perum Perhutani sedang dalam kesulitan tahun 2000-2005 akibat berbagai masalah termasuk terjadinya penjarahan besar-besaran, saya ditugasi untuk memimpin Perum Perhutani.

Sebelumnya semua berjalan baik, dan Perhutani mampu meraih kembali apa yang saya sebut sebagai “potensial loss” sebesar Rp1 triliun dalam satu tahun. Melalui berbagai program besar saya memimpin Perhutani untuk keluar dari kesulitan menuju visinya  “Menjadikan Perum Perhutani sebagai Perusahaan Hutan Tropis Terbaik di Dunia”. Dan salah satu program andalan kami “Perhutani Hjau 2010”, dan banyak lainnya.

Selanjutnya akhir tahun 2006 terjadi penggantian Ketua Dewas dari Sekjen Dephut Wahyudi Wardoyo dan hubungan serta bekerja sama dengan Direksi sangat baik. Lalu digantikan Muslimin Nasution atas usulan Said Didu (saat itu Sesmen BUMN). Sejak adanya pergantian dewas mulai terjadi gesekan. Dewas memcampuri urusan ke dalam dan mulai lah terjadi hubungan kerja dengan direksi menjadi kurang sehat.

Semua program-program besar tidak dilanjutkan, bahkan sampai visi misi Perhutani diganti. Program Perhutani Hijau 2010 yang saya rintis dan mendapat dukungan DPR-RI dan sejumlah Menteri bahkan termasuk Wapres RI pak JK, hilang tak bertuan. Makanya kondisi keuangan perusahaan terus menurun karena programnya menyimpang.

Terhadap yang menzolimi, dalam beberapa kesempatan ketemu dengan gerombolan itu dan saya tetap mengucapkan ‘halo’ saja.

Anda dilengserkan dari Dirut Perhutani tahun 2008. Anda melawan. Gugatan Anda menang. Kenapa Anda biarkan kemenangan itu?

Saya menggugat ke PTUN Jakarta. Memenangkan pada Putusan Sela, Putusan PTUN, dan Putusan PT-TUN, namun terpaksa melepaskan kasus hukum. Sebenarnya pihak  BUMN pernah menyampaikan akan mengangkat pada jabatan Dirut PTPN yang besar (September 2009). Tetapi melalui Menteri PAN Taufick Effendi, saya minta dikembalikan ke Perhutani sesuai amanah PTUN, untuk diangkat kembali. Kemudian akan menyampaikan permohonan berhenti sebagai Dirut Perhutani, karena upaya ke Pengadilan bukan untuk mendapatkan kembali jabatan. Tetapi untuk memperoleh keadilan dan kemenangannya untuk menunjukkan kebenaran, dan mengembalikan nama baik.

Dalam posisi sudah terluka, saya memilih meninggalkan persoalan yang sangat menyakitkannya tersebut. Meskipun dalam keseharian tetap dengan besar jiwa bertemu dalam berbagai acara dengan Dewas dan para pejabat/karyawan Perhutani sampai sekarang. Tanpa dendam.

Tidak lama setelah keluar dari Perhutani, lalu mendirikan Lembaga swadaya masyarakat (LSM). Semangat sebagai rimbawan sejati rupanya tak pernah pudar. Apakah demikian?

Saya mendirikan organisasi sosial lingkungan. Yayasan Green Network Indonesia (2009), sudah SK Menkumham. Dan menjadi Ketua umum sampai sekarang.

Organisasi bersifat edukatif, membangun watak anak bagsa yang jujur dan tidak curang, menuju Indonesia yang lebih baik. Mencetuskan gagasan untuk mendidik bangsa melawan kecurangan, dengan mendeklarasikan Gerakan Budaya NO CHEATING Indonesia pada Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2013 di Bandung.

LSM inilah yang saya sebut saya dirikan untuk edukasi lingkungan, merawat alam, memanfaatkan plasma nutfah, dan mendorong terus kesejahteraan masyarakat dari sumber daya hutan dan nilai-nilai lingkungan.

Banyak anggotanya?

Tanggapannya luar biasa. Anggotanya sempat menyentuh puluhan ribu orang tersebar di Jogjakarta, dan di berbagai daerah, dan yang sangat intens dan solid di Pulau Sumba dengan GEN HIJAU Sumba-nya.

Ada lagi Yayasan yang baru dibentuk?

Yayasan Peduli Hutan Indonesia, dicatatkan dalam Akta Notaris Dr. Tintin Surtini tanggal 28 Pebruari 2010 nomor 25. Terbit pengesahannya melalui Keputusan Menkumham Nomor AHU-0004455.AH.01.04 Tahun 2020 Tanggal 6 Maret 2020, sebagai Ketua Umum.

Yayasan ini diharapkan menjadi mitra pemerintah dan semua pihak terkait pengelolaan hutan dan lingkungan, ikut bertangggung jawab melestarikan fungsi sumber daya hutan untuk kesejahteraan dan pembangunan kehidupan bangsa.

Bagaimana tanggapan dengan orang rimbawan sendiri?

LSM yang saya bentuk memang merangkul hampir semua elemen masyarakat serta didukung tokoh2 besar yang peduli hutan seperti Prof. Emil Salim, Ir. Djamaludin Suryohadikusumo (mantan Menhut legendaris), Letjen TNI Doni Monardo (Kepala BNPB), Prof. Sri Adiningsih (Ketua Wantimpres RI), dan hampir semua senior rimbawan serta semua asosiasi terkait kehutanan, unsur2 politisi, birokrasi, akademisi. AI