Proyek konservasi hutan hujan dinilai tidak cocok untuk offset karbon atau penyeimbangan karbon dan pendekatan berbeda harus dilakukan secara efektif untuk melindungi ekosistem penting seperti Amazon dan lembah Kongo.
Itulah kesimpulan hasil penelitian baru yang dilakukan oleh UC Berkeley Carbon Trading Project. Mereka menyelidiki kredit karbon yang disertifikasi oleh Verra, perusahaan yang mengoperasikan standar karbon terkemuka dunia, dan menemukan bahwa sistem itu tidak sesuai dengan tujuannya.
Menurut laporan UC Berkeley, sistem tersebut menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan beberapa proyek gagal memberikan perlindungan kepada masyarakat hutan yang rentan, sehingga tidaklah sesuai buat perusahaan menggunakan klaim offset karbon karena tidak setara dengan emisi bahan bakar fosil.
Menghentikan perusakan hutan hujan dunia merupakan tugas mendesak untuk memenuhi target iklim PBB dan keanekaragaman hayati, dan para pendukung pasar karbon mengatakan bahwa mereka dapat menyalurkan dana miliaran dolar AS untuk mitigasi perubahan iklim dan keanekaragaman hayati jika hal tersebut berjalan sebagaimana mestinya.
Melalui penyeimbangan karbon, perusahaan dan masyarakat mengatakan emisi mereka telah dihilangkan dengan cara membayar penghapusan atau pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di tempat lain, yang biasanya ada di negara sedang berkembang.
Namun, berdasarkan penilaian baru yang dilakukan tim beranggotakan 14 peneliti UC Berkeley, yang dibiayai oleh LSM Carbon Market Watch, ditemukan bahwa sistem kredit karbon yang diperoleh dari perlindungan hutan hujan yang ada saat ini tidak sesuai dengan tujuannya dan malah terbuka untuk eksploitasi.
Para peneliti menilai lima faktor kualitas dari sistem kredit karbon Verra, yang dikenal sebagai proyek REDD+ yakni: ketahanannya, penghitungan karbon hutan, perlindungan masyarakat, kebocoran deforestasi dan baseline, serta menemukan kekurangan yang tersebar luas di semua bidang.
Mereka menemukan, mayoritas dari kredit karbon tidak memberikan dampak yang positif terhadap iklim, bahwa berbagai proyek kerap meremehkan risiko deforestasi di tempat lain, dan para auditor sering kali gagal menegakkan aturan Verra sendiri dalam menghasilkan kredit. Laporan itu juga menyebut proyek-proyek REDD+ telah menyebabkan penggusuran atau perampasan hak masyarakat yang rentan, meskipun ada upaya perlindungan yang dimaksudkan untuk mencegah dampak buruk.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa jenis proyek yang memiliki kredit karbon terbanyak di pasar karbon sukarela, yakni proyek menghindari deforestasi, menghasilkan kredit yang sangat besar sehingga membahayakan masyarakat hutan. Diperlukan pendekatan yang sangat berbeda untuk mengurangi deforestasi dan memangkas emisi,” ujar Barbara Haya, direktur proyek Berkeley Carbon Trading yang memimpin laporan tersebut, seperti dikutip The Guardian, akhir pekan lalu.
Laporan itu merekomendasikan kepada pemerintah dan pengusaha agar sebaiknya fokus pada pengendalian penyebab deforestasi di seluruh dunia, mendukung rencana yang dirancang untuk menolong masyarakat adat mengkonservasi hutan, dan menyatakan agar perusahaan sebaiknya mengambil pendekatan kontribusi guna mendukung konservasi hutan hujan ketimbang membeli offset karbon.
Sementara itu Verra dalam tanggapannya mengatakan menyambut baik pengawasan dari komunitas ilmiah dan lingkungan hidup atas pekerjaan mereka, seraya menyatakan banyak masalah yang disoroti dalam laporan itu akan ditangani dalam metodologi baru untuk menghasilkan kredit karbon — yang akan diumumkan dalan beberapa minggu ke depan. Mereka juga telah menerbitkan tanggapan teknis terhadap penelitian tersebut.
“Kami berkomitmen terhadap transparansi, dan telah membangun ekosistem proses dan hubungan untuk mengembangkan konsensus tentang standar dan metodologi yang mendukung aksi iklim,” demikian pernyataan Verra.
“Penting untuk dicatat bahwa mayoritas hasil temuan dan rekomendasi dari penelitian ini sejalan dengan upaya ekstensif dan sistematis untuk memperbarui Program Standar Karbon Terverifikasi (VCS) yang telah dilakukan Verra selama dua tahun terakhir,” tambahnya.
Tidak kredibel
Awal tahun 2023, The Guardian menerbitkan laporan investigasi yang menemukan sejumlah besar offset karbon hutan hujan tidak ada gunanya. Sejumlah perusahaan besar juga telah menghindar dari klaim yang didasarkan atas offset karbon dalam beberapa bulan terakhir.
“Penelitian itu menunjukkan bahwa peraturan yang mengatur proyek-proyek REDD+ kurang memiliki kredibilitas dan tak bisa dipercaya untuk menghasilkan kredit karbon berkualitas tinggi. Dunia usaha meng-offset emisi mereka dengan membeli kredit karbon berkualitas rendah yang terkait dengan proyek perlindungan hutan di negara-negara Selatan,” ujar Inigo Wyburd, pakar kebijakan mengenai pasar karbon global di Carbon Market Watch (CMW).
CMW menyatakan akan menulis surat ke Verra untuk menyoroti proyek-proyek yang mereka anggap mengeluarkan kredit yang tidak sah.
“Keanekaragaman hayati, iklim dan masyarakat adat atau masyarakat tempatan kehilangan apa yang harusnya menjadi sebuah sistem yang bisa mendorong arus keuangan yang sangat bermanfaat untuk proyek konservasi hutan, yang memang sangat membutuhkan dana,” ujar Gilles Dufrasne, pimpinan kebijakan mengenai pasar karbon CMW.
“Offset karbon harusnya ditiadakan. Dia tidak bisa berfungsi dalam bentuk yang ada saat ini, dan pasar karbon harus berkembang menjadi sesuatu yang berbeda,” tandasnya. AI