Sumsel Empat Besar Penyumbang Pangan Nasional

* Berkat Memaksimalkan Alsintan

Memaksimalkan pemanfaatkan bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan) dari Kementerian Pertanian (Kementan) dalam kegiatan usaha tani telah mengantarkan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) masuk empat besar penyumbang pangan nasional. Kabupaten Banyuasin tercatat sebagai sentra produksi beras di Sumsel.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan, pertanian di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan mampu memproduksi beras dalam jumlah besar. Dia menyebut, produksi beras di Banyuasin sangat tinggi. Oleh karena itu, Banyuasin menjadi lumbung padi nomor satu di Sumatera Selatan dan masuk dalam empat besar penyumbang pangan nasional.

Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Banyuasin pun diharapkan menjaga produktivitasnya, sekaligus menjaga ketahanan pangan nasional.

Tingginya produksi beras di Banyuasin dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan Alsintan. “Kami berharap Banyuasin bisa terus meningkatkan produksinya. Petani Banyuasin bisa memanfaatkan Alsintan agar hasil panen lebih maksimal dan losses lebih sedikit,” tegas Mentan.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy berharap Banyuasin bisa memaksimalkan penggunaan Alsintan untuk mendukung aktivitas pertanian. “Dengan Alsintan, indeks pertanaman bisa meningkat. Karena pekerjaan menjadi lebih efektif dan lebih singkat,” katanya, akhir pekan lalu.

Dia mencontohkan, untuk mengolah lahan, jika menggunakan cara lama membutuhkan waktu berhari-hari, namun dengan Alsintan jenis traktor, pengolahan lahan hanya hitungan jam. “Petani pun bisa menanam lebih cepat dan panen lebih awal sehingga ada waktu untuk kembali menanam,” tuturnya.

Sarwo menjelaskan, Alsintan bukan hanya untuk mengolah lahan, tapi juga untuk menanam, panen, hingga pasca panen. “Jika semua jenis Alsintan ini bisa dimaksimalkan petani, hasil pertanian dipastikan akan semakin meningkat,” terangnya.

Sementara itu, Bupati Banyuasin Askolani, beberapa waktu lalu mengatakan, wilayahnya berhasil memproduksi sebanyak 519.000 ton beras. Produktivitas tersebut yang menjadikan Banyuasin sebagai lumbung pangan nomor satu di Sumsel dan empat besar nasional.

Dia menjelaskan, dalam pengelolaan lahan pertanian para petani sudah memakai hand tractor roda empat. Oleh karena itu, para petani bisa membajak sawah sampai 4 sampai 5 hektare (ha), karena dengan cara biasa dalam waktu sepekan hanya bisa 1 ha lahan.

“Seperti Desa Sungai Pinang, Kecamatan Rantau Bayur ini masih tergantung dengan alam. Tentunya dengan teknologi baru ini kami akan perbaiki irigasi dan tanggul, bahkan yang tidak ada akan dibuatkan,” tambahnya.

Askolani juga menyebutkan ada tiga strategi penting dalam mengelola pertanian. Pertama, peningkatan mutu bibit unggul yang diberikan ke para petani di wilayahnya, kemudian pupuk, hingga peralatan yang lebih modern.

“Selama ini petani pakai tradisional. Berkat bantuan pemda dan pusat, jadinya kita sudah modern. Di mana air laut kita bisa alirkan ke persawahan di Banyuasin, dengan cara sistem pompanisasi,” jelasnya.

Efisien Waktu

Sementara, Kementan melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) juga memberikan fasilitas berupa alat dan mesin pertanian (Alsintan) untuk petani di Cilegon berupa hand tractor dan power tresher.

Dirjen PSP Sarwo Edhy mengatakan, jenis Alsintan yang diberikan berupa hand tractor dapat memudahkan petani dalam mengolah sawah, sedangkan power tresher akan mempercepat proses perontokkan padi yang dipanen.

Dengan menggunakan alat ini, proses tanam dan panen akan lebih efisien waktu. Tidak hanya itu, risiko kerugian juga dapat diminimalisasi.

“Teknologi dan mekanisasi pertanian seperti penggunaan Alsintan bisa membantu petani dalam meningkatkan produktivitas dan meminimalisir losses. Oleh karena itu, kita selalu mendorong agar petani memaksimalkan Alsintan agar lebih efektif dalam bekerja,” katanya.

Didukung Alsintan dari Fitjen PSP, Kementan, pada musim tanam kedua tahun ini petani di Cilegon akan melakukan Gerakan Percepatan Olah dan Tanam (GPOT) di empat kecamatan, yaitu Cibeber, Jombang, Citangkil, dan Ciwandan.

Luas baku sawah yang terbatas, hanya 300 ha, tidak menyurutkan semangat para petani untuk melakukan GPOT. Hal ini diapresiasi oleh Mentan Syahrul Yasin Limpo. Menurut SYL, dengan semangat mempertahankan produktivitasnya, petani akan menjaga ketahanan pangan bagi negara.

“Pertanian tidak boleh berhenti. Kapan pun, di mana pun, petani harus terus menanam. Kita harus menanam agar produktivitas terus meningkat dan ketahanan pangan terjaga,” kata Syahrul.

Untuk itu, Syahrul meminta para petani melakukan mekanisasi dengan mengikuti perkembangan teknologi di era 4.0 atau modernisasi. “Petani sudah harus meninggalkan cara-cara lama untuk mendapat hasil produksi yang maksimal,” katanya.

Penggunaan Alsintan harus dimaksimalkan, seperti petani di Cilegon dan di beberapa tempat lainnya. Dengan cara lama atau manual, butuh banyak orang untuk menggarap lahan dan waktu berhari-hari.

“Tapi dengan Alsintan jenis traktor roda empat, waktu olah lahan itu bisa dilakukan satu orang dengan waktu hanya hitungan jam,” tegasnya.

Koordinator Penyuluh Kota Cilegon, Dedi Septriyasa menjelaskan, pada musim tanam kedua ini petani akan menanam dua varietas padi, yaitu ciherang dan mekongga. Kedua varietas tersebut, lanjutnya, akan ditanam dengan sistem jarwo 4:1 dan tegel 6:1. Diperkirakan dua varietas tersebut sudah dapat dipanen pada September mendatang dengan estimasi hasil 5,9 ton padi/ha. PSP