Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan program Taksi alat dan mesin pertanian (Alsintan) akan mempercepat modernisasi pembangunan pertanian di tanah air.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, permintaan petani terhadap Alsintan sangat besar. Sayangnya, dana pemerintah untuk pendistribusian Alsintan ini sangat terbatas.
Tahun 2022 ini, anggaran belanja Alsintan hanya tersisa Rp600 miliar. “Taksi Alsintan hadir sebagai terobosan dalam membantu petani dalam pengadaan Alsintan secara mandiri, sehingga tak lagi bergantung seterusnya kepada APBN,” katanya.
Mentan mengatakan, program Taksi Alsintan menunjukkan kehadiran negara sekaligus menghadirkan semangat gotong royong semua pihak, baik pemerintah melalui Kementan, dinas pertanian daerah, petani, perbankan, dan penyedia Alsintan.
“Inti dari Taksi Alsintan ini adalah bagaimana kita mengelaborasi, bekerja bersama, sehingga pembangunan mekanisasi pertanian bisa terus berlanjut,” katanya.
Dia merasa bersyukur karena sekarang ini makin banyak petani yang berinisiatif membeli Alsintan untuk memiliki sendiri atau pun untuk disewakan. “Dengan situasi yang serba sulit saat ini, mekanisasi pertanian tidak bisa lagi bertumpu kepada APBN dan APBD,” tegasnya.
Manfaat, Dirasakan Petani
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan bahwa Kementan saat ini memang tengah mengupayakan agar petani, kelompok tani, maupun Unit Pengelola Jasa Alsintan (UPJA) bisa bertransformasi dalam menjalankan usahanya menjadi sebuah bisnis yang lebih modern.
Dengan demikian, usaha tani menjadi lebih efisien dan keuntungan yang diterima pun menjadi berlipat. “Khusus Alsintan ini, sebenarnya banyak negara yang mendorong penggunaan teknologi dalam pengolahan lahan hingga panen. Seperti Jepang, kini menjadi negara dengan dengan sepenuhnya mengandalkan mekanisasi,” katanya.
Ali yakin, dengan pengadaan Alsintan secara mandiri, petani akan lebih semangat memacu dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
“Di samping itu, tingkat kepemilikan dan kepuasan untuk penggunaan Alsintan di kalangan petani menjadi lebih tinggi, yang situasinya tentu akan sangat berbeda jika bantuan Alsintan tersebut bersumber dari APBN,” katanya.
Ali memastikan, kehadiran Alsintan betul-betul mulai dirasakan dampaknya bagi petani. Tak ada lagi petani yang mengolah lahannya menggunakan hewan ternak, dan ketika panen juga tak ada lagi menggunakan sabit.
“Semua kini dilakukan melalui mekanisasi pertanian. Ini menunjukkan transformasi yang kita lakukan selama 7 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo berhasil. Ada masalah di lapangan, iya. Tapi itu kita terus perbaiki. Kita hadapi,” urai Ali.
Pandemi COVID-19 ini, lanjutnya, membuat semua pihak termasuk Kementan mengubah pola kegiatannya. Salah satunya dalam hal pengadaan Alsintan yang angkanya terus mengalami penurunan, biasanya nilai yang digelontorkan ke petani mencapai triliunan, kini tinggal Rp600 miliar dalam dua tahun ini.
“Di satu sisi, Alsintan yang dikerahkan sejak 2015, sudah saatnya tergantikan mengingat umur ekonomis Alsintan biasanya hanya 5 tahun. Ini momen tahap 2 yang sangat penting. Kalau ini gagal, mekanisasi kita bisa fatal,” tegasnya.
Swadaya Alsintan
Direktur Alat Mesin Pertanian (Alsintan) Kementan Andi Nur Alam Syah menegaskan, program Taksi Alsintan yang digagas Mentan merupakan ide yang cerdas dan brilian untuk memastikan mekanisasi ini terus berlanjut dan tidak berhenti hanya karena persoalan anggaran.
Dia mengaku ditantang oleh Mentan untuk masuk tahapan kedua dari mekanisasi ini, yaitu bagaimana menumbuhkan partisipasi dari kelompok tani.
“Saya yakin ini bisa berhasil, karena tanpa kita dorong orang sudah mulai merasakan bahwa Alsintan ini sangat kita butuhkan. Ini yang terjadi di Sumatera Selatan,” ucapnya.
Andi Nur Alam pun mengajak petani dan semua pihak, khususnya perusahaan Alsintan untuk sama-sama menyukseskan program Taksi Alsintan ini, sehingga ke depan tidak lagi mengandalkan proyek pengadaan Alsintan dari pemerintah.
Kesadaran masyarakat untuk swadaya Alsintan perlu terus ditumbuhkan karena dalam kurun waktu 2-3 tahun ke depan ini pemerintah akan hadir di tengah-tengah petani sebagai fasilitator Alsintan.
Pemerintah juga memastikan petani tak memiliki kendala dalam operasi maupun mobilisasi Alsintan, serta siap turun langsung mengawal dan memastikan tak akan ada kredit macet dalam KUR Alsintan ini.
“Kita hadir dan di sini bekerja sama dengan penyedia karena ini merupakan pola bisnis baru yang selama ini diabaikan oleh penyedia Alsintan. Ingat, Toyota itu sebagian besar penghasilannya dari bisnis sparepart (suku cadang). Ini yang harus dilakukan teman-teman penyedia,” tegasnya.
Seperti diketahui, ke depan sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan sumberdaya manusia milenial dan pemilikan lahan yang relatif menyusut (sempit), pertumbuhan penduduk terus meningkat lebih cepat dari kapasitas peningkatan produksi.
Salah satu alternatif teknologi yang ditawarkan untuk mengatasi hal dimaksud adalah alat mesin pertanian (Alsintan) yang dikelola, seperti persewaan kendaraan/mobil (taksi).
Pemerintah melalui Kementan memberikan Alsintan prapanen sejak tahun 2018, diprioritaskan untuk daerah sentra produksi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan.
Petani Mandiri
Menurut Andi Nur Alam, kehadiran Taksi Alsintan diharapkan dapat dikelola oleh kelembagaan petani/masyarakat, dan langsung di bawah pengawasan Dinas Pertanian, atau dikelola pemerintah Daerah melalui brigade Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota.
Model taksi ini selain bertujuan mengoptimalkan bantuan-bantuan Alsintan tahun sebelumnya, juga memberikan kesempatan bagi petani yang membutuhkan jasa Alsintan, namun di wilayahnya belum memperoleh bantuan dari pemerintah.
Petani pengelola harus memiliki kapasitas analisa perhitungan yang matang, pembelian Alsintan mampu memberikan keuntungan berupa kenaikan produksi atau memudahkan untuk berproduksi sehingga meningkatkan produktivitas.
Menetapkan nilai sewa diharapkan terjangkau (bersaing dengan tenaga kerja manusia) namun memenuhi komponen penyusutan, premi asuransi, operasional bahan bakar, operator, pemeliharaan spare part, dan bunga modal.
Selanjutnya, pemerintah menyiapkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi pengusaha kecil yang memerlukan permodalan, sehingga pengadaan Alsintan dapat terfasilitasi.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sendiri sudah mengeluarkan kebijakan Paket unit Taksi Alsintan, di mana setiap unit terdiri dari Traktor roda 4, sebanyak 2 buah, traktor roda 2 sebanyak 5 buah, cultivator 3 buah, pompa air 5 unit, handsprayer 5 buah, combine harvester 2 buah (lihat tabel).
Untuk merek (jenama) masing-masing alat tidak ditetapkan, sehingga pengadaan dapat lebih fleksibel. Satu unit paket ini untuk mengelola lahan pertanian sekitar 150 hektare (ha).
Justifikasi jasa Taksi Alsintan ini tentunya bukan hanya karena tuntutan liberalisasi ekonomi dan kelangkaan tenaga kerja, namun perlu memperhitungkan faktor-faktor pendorong lainnya.
Faktor pendorong tersebut adalah luas optimal ideal agribisnis, lahan sub-optimal yang potensial untuk dikembangkan, pandangan bahwa Alsintan sebagai teknologi yang memberikan dampak efisiensi dan produktivitas kerja, menciptakan budaya kerja diversifikasi off farm, antisipasi melimpahnya tenaga kerja usia produktif masa yang akan datang, terpenuhinya kemampuan akses Iptek dan jaminan purna jual produk yang dihasilkan.
Andi Nur Alam menegaskan, dalam program ini petani tidak lagi tertuju kepada bantuan yang berasal dari APBN, tetapi bisa mengadakan pembelian sendiri dengan insentif dari KUR. “Ini yang kami dorong agar petani kita bisa lebih mandiri,” katanya.
Menurutnya, dana pemerintah untuk bantuan Alsintan ke petani memang sangat terbatas. Untuk tahun ini saja, anggaran belanja Alsintan kini tersisa Rp 600 miliar. “Taksi Alsintan hadir sebagai terobosan dalam membantu petani untuk mengadakan pembelian Alsintan dengan kredit ringan,” ucapnya. PSP