Teknologi Drone Dimanfaatkan untuk Penanaman Mangrove

Teknologi drone untuk penanaman mangrove

Indonesia bersiap untuk menggunakaan teknologi pesawat tanpa awak (drone) untuk mendukung penanaman mangrove seluas 600.000 hektare hingga tahun 2024 mendatang.

Para ahli dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marvest), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan Aero Terra Indonesia sudah membentuk tim yang menyiapkan rancang bangun drone penebar benih mangrove dari udara.

Kemampuan drone penebar benih itu dipamerkan secara virtual pada Rakor Tingkat Menteri dalam rangka Penandatanganan Nota Kesepahaman Program Kerjasama Penanaman Mangrove melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), Selasa (10/8/2021).

Hadir dalam Rakor tersebut Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, Wamen Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong dan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono Prawiraatmadja.

Menko Marvest Luhut B. Pandjaitan mengapresiasi penerapan teknologi drone untuk penanaman mangrove.

Dia menyatakan bahwa upaya-upaya mempercepat penanaman mangrove menggunakan teknologi mutakhir karya anak bangsa sangatlah sesuai disaat Indonesia tengah memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-26 (HAKTEKNAS-26), 10 Agustus 2021.

HARTEKNAS diperingati dalam rangka mengenang terbang perdana pesawat terbang N-250 Gatotkoco yang merupakan karya putera-puteri Indonesia, pada 10 Agustus 1995 lalu, di Bandung.

Dalam pengembangan teknologi penanaman mangrove melalui udara ini telah dibentuk dua tim. Tim pertama pertama yang menyiapkan benih mangrove sedang kelompok kedua menyiapkan alat angkut drone guna menembakkan benih mangrove dari udara ke pantai.

Pemanfaatan teknologi aerial seedling ini cukup efektif sehingga luas area penanaman bisa digarap dalam waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan cara penanaman mangrove konvensional.

Pada penanaman mangrove konvensional, dilakukan dengan menanam bibit mangrove. Sementara penanaman dengan menggunakan drone akan memanfaatkan biji mangrove yang dilapis oleh pupuk tanaman, dalam bentuk bola-bola berdiameter 3 centimeter. Bola-bola tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabung pelontar yang terpasang pada drone.

Tabung pelontar di desain menggunakan teknologi 3-D Printing, sedang untuk menembakkan biji mangrove digunakan tekanan gas.

Sebuah drone mampu mengangkut 600 butir benih mangrove, dapat menembakkan 600 benih, dari ketinggian 5 meter, dalam 20 menit dengan jarak tanam 1 X 2 meter. Dengan demikian, satu drone dapat menanam 3 hektare mangrove setiap harinya.

Teknologi drone ini cocok untuk penanaman mangrove di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, jarang penduduk dan terpencil sebagai komplemen sistem penanaman mangrove konvensional berbasis masyarakat.

Sugiharto