Turut Menjaga Bumi dengan Payung Fantasi

Nita Tjindrabumi, Pengrajin Payung Fantasi

Nita Tjindrabumi, Pengrajin Payung Fant

“Lenggang mengorak menarik hati serentak, Hei-hei, siapa dia?

Wajah sembunyi di balik payung fantasi, Hei-hei, siapa dia..?”

Ini adalah penggalan lagu payung fantasi karya Ismail Marzuki. Begitu memukaunya payung fantasi sehingga menginspirasi pengrajin asal kota Surabaya untuk memproduksi payung fantasi menggunakan bahan yang ramah lingkungan untuk tetap menjaga bumi agar tetap lestari.

Untuk pewarnaan, digunakan teknik ecoprint. Secara sederhana yang dimaksud dengan Ecoprint adalah proses memotif kain dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan seperti daun, bunga, akar pohon, kulit kayu dan biji-bijian sebagai pewarna, dan motif pada kain harus dari serat alami. Ecoprint merupakan salah satu bentuk kepedulian menjaga bumi tetap lestari dan asri.

Ada beberapa perbedaan cara produksi antara Ecoprint dengan Batik, semuanya memang memakai sistem manual, hanya saja Batik dalam pewarnaan menggunakan bahan kimia, sedangkan Ecoprint murni memakai pewarna alami berbasis tumbuhan dan hasilnya desain yang fresh, natural dan artistik.

Seorang mantan wartawan Editor, Nita Tjindarbumi di Surabaya-Jawa Timur sukses mengkreasikan dedaunan menjadi pewarna alami pada kain dan kertas semen dengan teknik ecoprint dan mengembangkan menjadi produk fashion yang mempunyai nilai artistik tinggi karena diaplikasikan menjadi payung fantasi. Produk ini tidak hanya memiliki nilai ekonomis namun menjadi peluang usaha yang menjanjikan di tengah pandemi Covid-19.

Nah bagaimana seorang ibu rumah tangga yang kini sering mengikuti berbagai pameran kerajinan nusantara tetap bertahan di tengah terpuruknya perekonomian negeri ini? Berikut perbincangan Agro Indonesia di rumahnya pekan lalu.

Produk apa saja yang sudah anda hasilkan dengan teknik ecoprint?

Hingga saat ini sudah beragam produk fashion cantik dengan motif dedaunan baik kain, tas, sepatu dan akhir-akhir ini saya sering memproduksi payung yang dibuat dengan pewarna alami yang dihasilkan dari dedaunan atau kayu yang mengandung tanin atau zat pewarna seperti kayu secang, tegeran. Mahoni ataupun kulit buah manggis yang dikeringkan. Sedangkan motif dedaunan yang warnanya natural bisa diperoleh dari serat daun atau bunga.

Dengan teknik ecoprint yang mudah dan ramah lingkungan para ibu dan kaum milenial yang kini memiliki banyak waktu luang saat pandemi Covid-19 dapat mencoba kreasi teknik ecoprint ini. Selain bisa produktif dan menghilangkan rasa bosan Ketika terus menerus berada di rumah hasil dari kreasi inipun bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Apalagi nanti jika pandemic sudah berakhir maka produk fashion seperti payung banyak dibutuhkan cafe-cafe, studio foto atau tempat hiburan sebagai hiasan.

Apakah usaha anda tetap berjalan, mengingat banyak usaha yang tumbang saat pandemi Covid 19 melanda Indonesia awal tahun 2020?

Alhamdulillah usaha ecoprint mampu menembus batas. Saat banyak usaha yang gulung tikar, saya justru terus maju untuk berkarya. Berbagai event saya ikuti agar bisa berkiprah untuk negeri. Karya-karya terbaik berusaha saya tampilkan untuk membuktikan bahwa hidup tidak boleh berhenti hanya karena pandemi. Untuk memproduksi payung diawali saat ikut festival payung Indonesia tahun 2018 di Candi Borobudur. Keikutsertaan saya dalam Festival Payung juga bukan hanya ikut-ikutan, Bahkan sebelum terjun ke dunia ecoprint, saya sudah terlebih dulu berkarya lewat benang rajut. Kini tidak hanya rajut saja, teknik ecoprint juga saya terapkan untuk kain, tas, dompet dan sepatu tetapi juga pada payung

Bagaimana untuk pemasarannya saat ini?

Sebetulnya payung rajut dan payung ecoprint saat PPKM ini masih terbatas pemasarannya. Untuk payung rajut baru bikin jika ada yg order. Order yang masih mengalir diantaranya untuk Museum Layang-Layang di Jakarta. Selain itu, saya juga mendapat order dari teman-teman sesama pengrajin untuk menyulap kain dan kulit ecoprint menjadi payung. Mereka diantaranya pengusaha kain dari Palembang, Bandung, Bojonegoro dan beberapa kota lain di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jadi meski pandemi tetap bisa berkreasi.

Bagaimana anda yang sebelumnya adalah seorang wartawan kini menjadi seorang   pengrajin?

Selama ini saya mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan hobby. Belakangan setelah tidak berkerja sebagai  jurnalis karena anak-anak sudah dewasa, saya  bergelut di bidang   rajut, menulis cerpen, menulis buku, bikin kue, memproduksi barang dari kain  perca dan ecoprint. Semuanya berjalan begitu aja karena ada hubungannya dengan hobby dan kegemaran.

Bagaimana dengan modal usaha?

Awal membuka toko craft dan rajut saya hanya mempunyai modal Rp100 Juta. Alat untuk menggulung benang koleksi pribadi yang dananya saya kumpulkan saat saya masih menjadi seorang wartawan. Alhamdulillah usaha rajut yang saya bangun berkembang, dan beberapa tahun lalu mulai mencoba peruntungan dengan ecoprint. Saat ini omsetnya sudah lumayan bisa membuat dapur tetap ngebul. Untuk angkanya berapa ya? Hasil usahanya diputer jadi property, bahan baku, alat masak dll. Omsetnya naik turun apalagi saat pandemi. Namun, saya tetap bersyukur masih bisa berkarya dan tetap menghasilkan Rupiah, sedangkan di seberang sana banyak usaha yang gulung tikar.

Bisa diceritakan awalnya terjun pada usaha kecil menengah?

Iya awalnya saya terjun ke bisnis UMKM ini dari menyalurkan hobby dan mencoba peruntungan untuk membantu suami saat itu. Di awal usaha dibantu dinas Koperasi untuk mengikuti pameran. Pernah juga menjadi binaan BUMN. Namun saat ini sudah mandiri baik untuk permodalan maupun untuk mengikuti pameran-pameran.

Apa harapan anda untuk pemerintah?

Sekarang ini saya bergerak mengikuti apa yang ditentukan Allah saja. Kalau keinginan menularkan ilmu pada siapa pun pasti tetap saya lakukan. Selama ini saya telah menularkan ilmu tanpa program. Jika ada yang ingin belajar dan saya bisa ya.. akan saya ajarkan ilmu yang sudah saya miliki. Beberapa kali saya diundang Provinsi  Kepulauan Riau dan Dinas Koperasi  dan Usaha Mikro Pemerintah Kota  Batam untuk mengajar UKM yang ada di sana. Jika sebelumnya saya masih menerima kursus privat rajut di rumah tetapi saat ini tidak lagi. Untuk rencana ke depan tentunya saya ingin menambah outlet offline agar makin banyak orang yang dapat melihat produk payung fantasi ecoprint dan rajut secara langsung dan saya juga berkeinginan memberikan workshop ecoprint karena dengan workshop, selain berbagi ilmu workshop adalah media edukasi untuk menjaga lingkungan dengan menanam pohon lebih banyak lagi.

Shanty