Urban Forest, Ipkindo Buktikan Hutan Bisa Tumbuh di Tanah Tandus

Rombongan penyuluh kehutanan yang tergabung dalam Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia (Ipkindo) melakukan kunjungan lapangan ke hutan kota di perumahan MGC, Bekasi Barat, Rabu (6/3/2019).

Mendung dan gerimis tak menyurutkan langkah sejumlah penyuluh kehutanan yang tergabung dalam Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia (Ipkindo) berjalan kaki menembus lebatnya hutan sengon di perumahan Mutiara Gading City, Bekasi Barat, Rabu (6/3/2019).

Selain sengon, berbagai jenis pohon lain juga tumbuh di sana. Sebut saja gmelina, akasia, dan mahoni. Para penyuluh juga menjelajah kelompok hutan lain yang terdiri dari berbagai jenis pohon multiguna, sebut saja seperti turi, nyamplung, salam dan pohon cantik seperti tabebuya dan ketapang kencana.

Banyaknya kupu-kupu yang beterbangan dan suara kicau burung yang saling bersahutan menambah seru track yang dilewati. Tak heran jika perjalanan sekitar 2 jam itu terasa sangat singkat. Ikut menjelajah bersama rombongan Ipkindo, perwakilan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Anwar Purwoto, perwakilan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Muhammad Farid, dan rimbawan senior Sri Murniningtyas.

Para penyuluh mengagumi keberadaan hutan yang yang begitu rindang di tengah kawasan perumahan itu. “Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari eksistensi hutan ini,” kata Wakil Sekjen Ipkindo Endang Dwi Hastuti.

Dia menuturkan, dari hutan yang tumbuh bisa dipelajari bahwa penanaman pohon bisa dilakukan dimana saja. Termasuk di lahan marjinal yang kini dikembangkan sebagai kawasan perumahan. Penanaman pohon itu, katanya, bahkan bisa menambah nilai jual perumahan yang dipasarkan. “Pengembang perumahan bisa  mempromosikan hutan yang tumbuh sebagai daya tarik bagi konsumen,” katanya.

Endang menyatakan, apa yang terjadi perumahan MGC layak ditiru oleh pengembang perumahan lainnya. Dia menyatakan, penyuluh kehutanan yang tergabung dalam Ipkindo siap memberikan dukungan.

Urban Forest

Di perumahan MGC, sudah ada lebih dari 33.000 pohon yang ditanam dengan lebih dari 50 jenis tanaman. Yang paling banyak adalah sengon sebanyak 26.000 pohon, kemudian akasia (2.000 pohon), dan jenis-jenis multi guna (3.000 pohon). Pohon yang ditanam terbagi-bagi dalam beberapa klaster. Salah satu klaster bahkan sudah berkembang menjadi tujuan wisata outbound dengan jumlah pengunjung bisa mencapai 7.000 orang di akhir pekan.

Tumbuhnya urban forest di perumahan MGC adalah berkat tangan dingin rimbawan senior Eka Widodo Soegiri. Eka yang kini menjabat sebagai Ketua umum Ipkindo mulai menanam di perumahan itu sejak tahun 2013.

Dia menjelaskan, bukan hal mudah menanam ribuan pohon di perumahan MGC. Pasalnya, lahan perumahan itu punya kategori tandus. Apalagi, lokasinya yang dekat dengan pantai utara Jawa membuat matahari seolah bersinar dua kali lebih terik.

“Saat musim kemarau, tanah di sini bisa retak-retak,” kata Eka.

Untuk mengatasi tantangan penanaman itu, teknik penanaman khusus dikembangkan. Pertama dengan membangun saluran non permanen untuk mengairi tanaman. Saluran ini dilengkapi dengan sekat yang bisa dibuka tutup untuk memastikan tanaman selalu mendapat pasokan air yang cukup tanpa harus kebanjiran.

Cara kedua, tanaman tidak ditempatkan di lubang tanam. Melainkan ditempatkan pada gundukan tanah yang sebelumnya sudah ditambah dengan pupuk kandang. Bila diperlukan, ditempatkan alat irigasi tetes yang terbuat dari botol bekas.

Teknik tersebut diterapkan untuk berbagai jenis tanaman multi guna terutama buah-buahan. Untuk pohon kayu-kayuan, teknik penanaman tetap normal dengan menggunakan lubang tanam. Agar penanaman berhasil, maka setiap pohon yang mati, langsung disulam dengan bibit baru. Setiap pohon juga dipasang label nomor yang terdokumentasikan pada buku induk. Berdasarkan label itu, maka kondisi setiap pohon terekam secara pasti.

Ketua umum Ipkindo Eka W Soegiri (kanan) memberi penjelasan kepada peserta kunjungan lapangan tentang proses pengembangan hutan kota di perumahan MGC, Bekasi Barat, Rabu (6/3/2019).

Eka menjelaskan, tantangan yang lebih kuat dari persoalan teknis adalah soal sosial. “Disinilah penyuluhan sangat dibutuhkan,” katanya.

Dia menjelaskan, saat pertama kali ditanam, masih banyak tangan-tangan jahil warga sekitar perumahan yang mencabut pohon yang ditanam. Eka pun melakukan pendekatan intensif kepada warga sekitar agar mereka lebih memahami manfaat dari pohon yang ditanam. “Sekarang warga merasakan hutan yang tumbuh bisa menjadi tempat berteduh dan melepas penat,” katanya.

Pendekatan juga dilakukan kepada manajemen ISPI Grup, pengembang perumahan MGC. Eka sejatinya punya mandat dari Komisaris Utama ISPI Grup untuk menanam pohon di perumahan MGC. Namun, kata Eka, pendekatan kepada manajemen ISPI Grup tetap perlu dilakukan. “Penyuluhan juga harus membidik sasaran penentu untuk mencapai keberhasilan penanaman. Dalam hal ini manajemen ISPI Grup, sebab komitmen mereka menentukan keberhasilan penanaman,” katanya.

Mitigasi Perubahan Iklim

Sementara itu perwakilan  Ditjen PPI KLHK Muhammad Farid menjelaskan, penanaman pohon yang dilakukan berdampak positif dalam mitigasi bencana perubahan iklim. Dia menyatakan, setiap hektare  pohon akasia mampu menyerap gas rumah kaca 48,6 kilogram setara CO2 per tahun, sementara pohon mahoni bisa menyerap hingga 295,7 kilogram setara CO2 per tahun.

“Penanaman pohon seperti ini harus terus kita lakukan sebagai mitigasi perubahan iklim,” kata Farid.

Perubahan iklim terjadi akibat konsetrasi GRK di atmosfer bumi meningkat sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Ini bisa memicu munculnya bencana iklim, seperti cuaca ekstrem, mencairnya es abadi di kutub, dan meningkatkan muka air laut. Perubahan iklim juga bisa berdampak pada peningkatan vektor penyebab penyakit dan terganggunya produksi pangan.

Farid menyatakan, Indonesia sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK hingga 29% pada tahun 2030 sebagai kontribusi dalam pengendalian perubahan iklim global. Komitmen ini perlu didukung semua pihak, termasuk kalangan penyuluh kehutanan. Sugiharto

Rombongan kunjungan lapangan Ipkindo berfoto bersama di tengah lebatnya hutan kota perumahan MGC, Bekasi Barat, Rabu (6/3/2019)

Baca juga:

Urun Daya Untuk Jaga Perairan Darat