Wanawiyata Widyakarya Dukung Produktivitas Saat Pandemi COVID-19

Proses produksi gula aren semut KUB Mitra Mandala

Pandemi COVID-19 mengharuskan kita untuk menjaga jarak. Meski demikian, bukan berarti produktivitas menurun. Kini, seiring dengan langkah-langkah penanganan yang dilakukan pemerintah, pandemi semakin bisa dikendalikan. Artinya, produktivitas bisa semakin digenjot.

Sejalan dengan pemulihan perekonomian, permintaan barang konsumsi pun diproyeksi akan meningkat. Apalagi, barang konsumsi yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak merusak kesehatan, seperti yang sudah diajarkan dari pandemi yang kini melanda.

Untuk pemanis, misalnya, produk gula aren bisa menjadi pilihan. Selain diyakini lebih lebih sehat, gula aren dengan variasi jahe dan kunyit bisa meningkatkan daya tahan tubuh.

Tidak aneh, produksi gula aren pun bisa dilirik masyarakat sebagai bisnis pasca pandemi. Termasuk mereka yang tergabung dalam kelompok tani hutan (KTH). Pasalnya, masyarakat di dalam dan sekitar hutan punya keunggulan komparatif karena dekat dengan sumber daya dimana pohon aren tumbuh dan bisa dimanfaatkan niranya.

Jika tertarik berbisnis gula aren, maka Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mitra Mandala di Desa Hariang, Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten bisa jadi rujukan. Berstatus sebagai lembaga pelatihan dan pemagangan usaha kehutanan dan lingkungan hidup swadaya, wanawiyata widyakarya, KUB Mitra Mandala bisa menjadi rujukan untuk usaha gula aren.

“Semakin hari permintaan akan gula aren semakin meningkat karena banyak yang percaya gula aren memiliki khasiat untuk kesehatan,” kata Ketua KUB Mitra Mandala, Anwar Aan.

Saat ini, anggota KUB Mitra Mandala sebanyak 148 anggota. Untuk mendapatkan nira sebagai bahan baku pebuatan gula, mereka memanfaatkan lahan tanaman aren seluas 1.792 hektare (ha) yang merupakan areal penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Kawasan tersebut dikelola oleh Balai TN Gunung Halimun Salak (Balai TNGHS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Gula aren semut yang diproduksi dipasarkan dengan merek Gula Aren Hariang. Ada dua jenis gula aren yang diproduksi, yaitu gula aren cetak dan gula aren semut — merujuk bentuknya yang berupa bubuk halus seperti sarang semut. Produk gula aren semut yang diproduksi KUB Mitra Mandala kini dilengkapi dengan varian jahe merah dan jahe kunyit yang membuat khasiatnya semakin meningkat.

Menurut Anwar, saat ini gula aren semut telah menjadi penopang hidup masyarakat Desa Hariang. Produksinya mencapai 20 ton/bulan dengan pemasaran tak hanya seputar Banten, tapi sudah ke penjuru Indonesia. “Kami juga rutin melakukan ekspor,” katanya.

Ekspor mulai dilakukan pada tahun 2014. Pertama kali ke Australia. Pasar kemudian berkembang hingga ke Asia, Amerika Serikat, dan Eropa. Untuk tahun 2020, KUB Mitra Mandala menjalin kerja sama untuk melakukan ekspor ke Republik Korea.

Menurut Anwar, omset yang dikantongi dari penjualan gula aren mencapai ratusan juta rupiah setiap bulan. Tak semuanya masuk kantong. Sebagian dikembalikan kepada anggota KTH untuk memperbaiki rumah produksi yang berada di hutan-hutan agar lebih produktif. 

Gula Aren Hariang produksi KUB Mitra Mandala

Pionir

Kisah sukses Anwar dan KUB Mitra Mandala dalam memproduksi memang menginspirasi. Meski demikian, sukses tersebut tak digapai dengan mudah dan melewati perjalanan berliku.

Anwar menuturkan, usahanya dimulai ketika dia terpaksa putus kuliah karena alasan biaya.  Pulang  ke desanya, Anwar mengikuti jejak orangtuanya — juga banyak orang di desanya — sebagai petani aren.

Kepeduliannya pada kesejahteraan petani aren memunculkan keberaniannya untuk naik kelas menjadi pengepul sekitar tahun 1998. Dia mengumpulkan gula aren dari para petani untuk kemudian dijual ke berbagai daerah guna memperluas pasar.

Gula aren yang dijualnya direspons baik oleh konsumen. Persoalannya, gula aren yang saat itu hanya dijual dalam bentuk cetakan, tak tahan lama. Dalam waktu sekitar sebulan, gula aren cetak bisa meleleh. Salah satu pelanggannya pun mempertanyakan cara untuk memperpanjang daya tahan gula aren.

Dari situ, muncul ide untuk membuat gula aren menjadi bubuk. Dia terinspirasi cara yang dilakukan kedua orangtuanya yang sering membelah gula aren agar lebih tahan lama.

“Gula aren yang dihaluskan dan dikeringkan tahan tidak meleleh lebih lama,” katanya.

Anwar mulai mencoba membuat gula aren bubuk dengan menggunakan batok kelapa. Bentuknya yang halus seperti sarang semut, membuat gula aren bubuk itu juga populer sebagai gulat semut.

Ternyata gula aren yang diproduksi diminati pembeli. Sambil mengurus produksi, Anwar tetap terus mencari pasar. Dia juga berinovasi untuk memperbaiki kualitas gula semut buatannya dengan meningkatkan tingkat kehalusan gula. Lama-lama pesanan yang datang makin banyak.

Untuk memperkuat usahanya, Anwar dan rekan-rekannya sesama petani membentuk KUB Mitra Mandala di tahun 2009. Produk gula aren pun terus dilakukan dengan pengembangan varian jahe merah dan jahe kunyit. Dia juga mengurus sertifikat pangan organik agar gula semut yang diproduksi bisa makin mudah menembus pasar ekspor.

Menurut Anwar, biaya mengurus sertifikat pangan organik tidak murah. Mencapai puluhan juta rupiah. Namun, seiring dengan keberterimaan di pasar ekspor, maka biaya sertifikat tersebut kini ditanggung oleh eksportir.

“Biaya perpanjangan juga ditanggung oleh mereka,” ujar Anwar.

Magang

Kepeloporan KUB Mitra Mandala dalam usaha gula semut membuatnya ditetapkan sebagai wanawiyata widyakarya oleh Pusat Penyuluhan Kehutanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) KLHK pada tahun 2016. Sebagai lembaga pemagangan dan pelatihan, tutur Anwar, KUB Mitra Mandala membuka diri untuk berbagi ilmu dan pengetahuan usaha gula semut. “Dengan senang hati berbagi ilmu kepada siapapun yang ingin belajar cara membuat gula aren semut,” katanya.

Secara umum, materi pemagangan yang diberikan oleh KUB Mitra Mandala mencakup Pembibitan Aren, Pemanenan Buah Aren (air nira dan kolang kaling), Pengolahan Hasil (Pengolahan air nira menjadi gula kotak dan gula semut dengan berbagai rasa), Proses Sertifikasi organik gula aren, dan strategi pemasaran.

Kepala BP2SDM KLHK Helmi Basalah menyatakan, wanawiyata widyakarya bak kawah candradimuka bagi KTH lain dalam menjalankan usaha-usaha kreatif berbasis kehutanan dan lingkungan hidup. “Wanawiyata widyakarya adalah kelompok yang telah mampu, bahkan membimbing kelompok lain, sehingga bisa menjadi referensi menjalankan usaha kehutanan dan lingkungan hidup,” kata dia. AI