Dokter Kakao Siap Bantu Petani Tingkatkan Produksi Kakao

Rencana pemerintah mengubah Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang nantinya tak lagi mengelola sawit saja, melainkan juga komoditas perkebunan lainnya seperti kakao, kelapa serta karet, diyakini akan mampu meningkatkan produksi kakao di dalam negeri.
“Salah satu dampak positif dari keberadaan BPDP adalah pendanaan untuk peningkatan mutu dan produksi kakao menjadi lebih mudah,” kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika, Sabtu (10/08/2024).
Menurutnya, industri olahan kakao di dalam negeri sudah banyak bermunculan. Hasil produksinya juga sudah diekspor ke sekitar 97 negara. Namun, dalam menjalankan kegiatan produksinya, industri olahan kakao masih menghadapi kendala minimnya ketersediaan bahan baku kakao.
Untuk meningkatkan mutu dan produksi kakao, ungkap Putu, Kemenperin tengah berusaha melahirkan dokter kakao-dokter kakao di dalam negeri. Hal itu dilakukan dengan melatih tenaga terpilih untuk dididik selama satu bulan, yang saat ini dipusatkan di Luwuk.
“Setelah menjalani pendidikan dan kembali ke daerah masing-masing, dokter kakao itu diminta untuk mengajari seratus orang petani mengenai pembibitan dan perawatan tanaman kakao yang baik,” ujar Putu.
Kemenperin menargetkan pada akhir tahun 2024 ini akan ada 200 dokter kakao yang berasal dari pelbagai daerah sentra kakao di dalam negeri.
Kalau BPDP nantinya bisa mengolah tanaman kakao juga, papar Putu, maka sebagian dananya bisa dialihkan untuk mendidik dokter kakao dan petani kakao agar mereka bisa mendapatkan bibit yang baik dan perawatan secara benar.
“Pembiayaan kakao tidak besar. dananya bisa dari bea ekspor kakao. yang besarannya 15 %. Dana ini bisa digunakan sama seperti yang digunakan komoditas lainnya,” ucap Putu.
Selain kakao, masuknya komoditas kelapa dalam komoditas yang akan ditangani BPDP nantinya akan berdampak positif bagi peningkatan nilai tambah industri pengolahan kelapa di dalam negeri.
Menurut Putu, saat ini hanya daging kelapa saja yang diolah menjadi produk. Padahal, banyak bagian dari tanaman kelapa, mulai dari tempurung hingga daun kelapa yang dapat diolah menjadi sebuah produk. Misalnya, bagian dari tanaman kelapa bisa dijadikan bahan baku avtur, bahan bakar pesawat terbang.
“ Isu di komoditas kelapa adalah bagaimana meningkatkan rantai nilai tambah kelapa itu. Saat ini yang baru diolah daging buahnya. Padahal, banyak sekali turunan dari kelapa yang punya nilai tambah tinggi,” kata Dirjen Industri Agro, Putu Juli Ardika.
Dia berharap BPDP dapat segera direalisir sehingga bisa langsung bekerja untuk meningkatkan produksi komoditas perkebunan yang ditanganinya. “Makin cepat makin baik,” ucap Putu. Buyung N