Low profile. Itulah sosok dari Prof. Dr. Ir. Hj. Dwiyati Pujimulyani M.P, Guru Besar Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY). Seorang yang rendah hati dan tidak menampakkan kehebatannya. Padahal Dwiyati menyandang predikat besar, memiliki banyak kelebihan dan prestasi. Sebagai peneliti herbal, peneliti rempah, dosen Fakultas Agroindustri di UMBY dan juga sebagai Direktur C.V Windra Mekar.
Jelas Dwiyati banyak kesibukan. Tetapi kesibukan tersebut tidak menutup waktu bagi Dwiyati untuk mengabdi pada masyarakat. Sifatnya yang suka berbaur dengan masyarakat, sangat peduli terhadap orang lain dan suka membantu, membuat Dwiyati semakin dikagumi.
Tempat tinggalnya di kawasan Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, yang menyatu dengan masyarakat, membuat pengabdiannya pada masyarakat semakin besar.
Apa yang dinginkannya terwujud melalui kerja kerasnya dengan kunir putih yang ditelitinya sejak tahun 2002. Pemanfaatan kunir putih bisa menambah kesejahteraan masyarakat, khususnya di dusun tempat Dwiyati tinggal. Yang lebih menarik lagi, kunir putih inilah yang mengantar Dwiyati dikukuhkan sebagai Guru Besar. Bagaimana Dwiyati dengan kunir putihnya bisa meraih sukses, berikut petikan penuturannya kepada Agro Indonesia.
Kondisi pandemi, banyak orang yang mencari obat, dan herbal banyak diburu, bagaimana perkembangan herbal saat ini?
Masyarakat pengetahuannya semakin maju. Sudah tahu bahwa herbal itu efek negatifnya kecil atau boleh dikatakan tidak ada sehingga kalau dilihat perkembangan sekarang, terutama saat pandemi, orang mencari, banyak yang habis, mencari di Pasar Bringharjo pun tidak ada, sulit didapat. Harga juga naik. Kalau sekarang sudah mulai normal kembali. Jadi menurut pandangan saya, rempah yang memang produk lokal di Indonesia semakin dipercaya.
Kalau untuk Covid, Apa benar bisa mengobati?
Sebetulnya herbal apa saja banyak manfaatnya bagi manusia, hanya maaf terkadang orang itu tidak sabar. Herbal akan berefek positif perlu proses. Tidak bisa seperti obat kimia, yang misal pusing, minum, sembuh, tidak pusing lagi.
Minum herbal, merasa tidak ada perkembangannya, menganggap tidak cocok. Padahal itu perlu proses. Mungkin itu kalau benjolan, sudah tidak bertambah besar. Orang tidak berfikir sampai ke situ. Kebetulan saya punya penelitian kunir putih. Sudah banyak saya teliti. Kunir sebagai anti diabetes, sebagai penurun kolesterol, asam urat. Banyak lagi penyakit yang bisa diatasi dengan Temulawak dan Kunir. Kolesterol tinggi berkurang, tapi itu butuh waktu 1 bulan. Kalau orang inginnya instan. Itu butuh proses.
Herbal untuk Covid, saya melihat sendiri fakta. Ada seorang sudah 2 bulan positif Covid. Isolasi madiri. Saya kirim untuk 2 minggu, 1 minggu sudah sembuh dan masih banyak lagi. Menurut saya itu bukti bahwa herbal itu sangat membantu dalam hal menyehatkan atau memerangi Covid. Bahwa herbal ini atau herbal apa saja yang saya geluti dan teliti ini bermanfaat untuk meningkatkan daya imun, daya tahan tubuh sehingga otomatis virusnya lemah sendiri dan tidak berkembang.
Herbal banyak. Hampir semua sama meningkatkan daya tahan tubuh. Bagaimana memilih herbal yang cocok, atau bagaimana cara mengonsumsinya?
Kalau pilihan itu tergantung masing-masing orang. Menurut saya pilihlah herbal yang sudah diteliti. Bukan karena saya seorang peneliti. Karena kalau belum diteliti orang juga tidak tahu dosis yang pas. Karena, tidak selalu dengan semakin banyak minum menjadi semakin baik, ada dosisnya. Herbal juga banyak dijual online. Jika beli di online, pilih yang sesuai kemantapan dan sudah diteliti secara ilmiah.
Mungkin karena faktor usia, pengetahuan, tahunya herbal itu sama. Misal kunir putih, tahunya kunir putih yang itu, ternyata bukan cuma itu. Karena kunir putih macamnya banyak. Jadi yang mana yang sudah diolah dan disiapkan secara baik, pilihlah yang memang mantap dan sudah diteliti karena ada juga oknum penjual yang nakal (memalsukan produk). Kalau pilihan murah atau tidak, itu bukan jaminan. Tidak selalu harus murah atau mahal tapi pilihlah yang sudah diteliti. Kalau sudah diteliti keamanannya juga oke dosis tepat kemungkinan cepat membaik.
Jika herbalnya sama sama sudah diteliti, bisakah 3 atau lebih herbal dikonsumsi bersama?
Yang namanya ikhtiar, orang akan mencari. Kalau mau tidak harus 3, mungkin 2, yang satu kurang mantap yang satunya mantap. Boleh dicoba, kalau terlalu banyak mungkin juga ada risiko antioksidannya besar semakin besar jadi pro oksidan. Tapi itu juga perlu diteliti, betul tidaknya terjadi pro oksidan atau malah terjadi oksidasinya jadi cepat. Saya orang akademisi, tidak boleh bilang ini jangan karena itu ikhtiar. Kalau mau pakai berbagai produk herbal dikasih jeda waktu ½ jam.
Kalau dengan obat dokter (kimia) bagaimana?
Dengan obat dokter juga jeda ½ jam. Tapi nanti kalau sudah baik, obat dokter bisa dikurangi sedikit sedikit. Ada yang sakit jantung, diberi obat jantung 7 macam, lalu merasa mantap dengan herbal, obat kimia disingkirkan, minum punya herbal saya jadi sehat. Tapi kan belum tentu orang lain juga mantap. Kalau orang tidak mantap kadang tidak diminum. Jadi masing-masing orang punya keyakinan. Yang merasa mantap, untuk rutin minum 2 atau 3 minggu akan kelihatan. Ada peningkatan. Jadi kemantapan penting, tapi sebetulnya kualitasnya juga diperhatikan.
Bagaimana dengan Kunir Mangga?
Kunir Mangga antioksidannya besar. Produk saya ini kunir mangga, mentahnya bisa digunakan untuk lalapan. Dimakan mentah untuk lalapan bagus, menyehatkan jadi pengaruhnya ke tubuh juga bagus.
Kunir mangga yang mengantar ibu ke Guru Besar, kenapa memilih kunir mangga?
Saya orang pangan, aroma kunir mangga memang aroma pangan sehingga saya teliti. Ternyata antioksidannya besar. Penelitian saya cukup panjang dari tahun 2002. Memang penelitian pertama kali saya untuk minuman seperti bubuk instan, sirup, tablet effervescent yang memang enak dinikmati. Tetapi dalam perjalanan penelitian, tidak hanya sekadar mengolah tapi sampai jadi bioaktif yang ada didalamnya. Ternyata bioaktifnya bagus, besar, dan saya buat produk penerapan yang akhirnya dinikmati masyarakat.
Peneliti jadi pengusaha, bagaimana ceritanya?
Sebetulnya tidak ada cita-cita jadi entrepreneur dan tidak ada cita-cita jadi Direktur usaha (Windra Mekar). Tapi setelah produk saya itu bermanfaat bagi masyarakat, orang yang kakinya jalan pincang karena asam urat, setelah minum kunir putih asam uratnya normal sehingga tidak pincang lagi.
Banyak lagi contoh, yang sakit menjadi sembuh. Seseorang dengan obat itu seperti berjodoh. Saya rasa bener juga. Orang sakit maag dibawa ke Singapura, ke Cina. Ternyata ada yang seminggu pakai kunir putih, sehat. Kalau Allah memberi jodoh obat yang murah, jadilah meski dengan kunir putih, sembuh. Jadi ada manfaatnya. Saya jalani proses. Lama kelamaan permintaan menjadi banyak, lalu saya mengajak, gandeng tetangga, semakin banyak, melibatkan banyak orang.
Bagaimana konsep kemitraannya?
Warga beli bibit dari saya, seberapapun banyaknya masyarakat yang menanam dari bibit yang berasal dari saya, akan saya terima, saya beli sesuai denga harga yang ada. Tidak saya turunkan harganya. Saya tidak melihat kualitas, baik atau jelek, kecil, gede, agak peyok, saya terima. Meski produk melimpah, harga jatuh, saya tetap pakai harga yang normal, tidak saya kurangi. Ada standart. Siapa saja yg membawa sampai rumah sini saya beli segitu (sebagai informasi, kunir mangga saat ini Rp2.300/kg). Saya tidak ingin membohongi masyarakat. Yang penting aromanya mangga. Kalau bukan mangga, saya tidak mau terima.
Kalau bibit bukan dari saya, harus ada komunikasi, harus menghubungi dulu, kalau bahan sudah cukup, ya tidak saya terima.
Apa harapan ke depan?
Kalau masyarakat itu sudah cenderung melirik herbal, atau merasa cocok dengan herbal, dan itu industri-industri kecil seperti punya saya, di setiap dusun atau desa itu ada, dan ada perijinannya dibantu pemerintah, maka Indonesia akan jaya. Karena kita punya peta sekian banyak. Saya punya 1 atau 2. Itu saja bisa menyerap tenaga yang cukup banyak di sekitarnya. Jadi itukan mampu mengurangi pengangguran, bisa dikatakan juga mensejahterakan masyarakat.
Nah kalau di setiap dusun atau desa ada satu saja, pengangguran sudah berkurang. Kebanyakan di sini ibu-ibu rumah tangga, bisa mencari uang, bisa berpartisipasi. Kemudian lahan-lahan kosong ditanami, bisa untuk kesejahteraan petani, yang biasanya suket saja bisa ditanamai yang bermanfaat, bisa dijual ke saya, untuk tambahan sangu atau income untuk menutup kebutuhan sehari-hari.
Harapan saya di Indonesia tumbuh menjamur industri kecil UMKM herbal karena kita itu punya ribuan herbal. Selama pandemi ini yang bisa menyokong perekonomian adalah produk lokal. Herbal bagus, Insyaa Allah bisa mensejahterakan, Indonesia akan jaya. Herbal bisa membantu mengurangi pengangguran, bisa menambah kesejahteraan masyarakat. Baik dari petaninya, maupun tenaga kerja yang bergelut didalamnya.
Apa Visi Misi Anda? Belajar tentang Kunir Putih, sambil belajar terus dan bermanfaat untuk masyarakat. Secara khusus melalui Kunir Mangga. Karena kalau hanya ilmu saja dan kalau tidak ada penerapan kadang masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Sering lupa. Kalau buku laporannya banyak di rak, yang membutuhkan mungkin hanya bimbingan saya, yang sedang skripsi dan ingin skripsi Kunir. Tetapi kalau saya buat produk penerapan hasil penelitian, ternyata masyarakat luas bisa menikmati. Dengan produk ini, kalau orang jadi sehat, nanti orang akan cerita sendiri ke orang lain. Ini merupakan pengamalan bukan hanya menghayati ilmu, tapi juga mengamalkan karena orang bisa memetik memanfaatkan dari apa yg ada.
Anna Zulfiyah