Upaya untuk memastikan masa depan berkelanjutan tidak bisa hanya mengandalkan ilmu pengetahuan semata. Peran moral, termasuk melalui pendekatan agama dinilai juga memiliki peran penting dan harus diintegrasikan.
Demikian mengemuka pada webinar bertajuk “Islamic Studies, Psychology, and Communication for Sustainable Future” yang diselenggarakan oleh Institute for Advanced Science, Social, and Sustainable Future (IASSSF), Rabu, 11 September 2024.
Webinar yang dihadiri berbagai kalangan mulai dari akademisi hingga profesional itu membahas bagaimana ajaran Islam, psikologi, dan komunikasi dapat berkontribusi pada keberlanjutan.
Direktur IASSSF Nuraeni saat membuka webinar menekankan setiap pencapaian harus diawali dengan kebaikan. “Sesuai motto kami ‘Morality Before Knowledge’. Pernyataan ini menegaskan pentingnya integrasi ilmu pengetahuan dan moralitas dalam mencapai masa depan yang berkelanjutan,” kata dia.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Profesor Sukron Kamil sesi dengan presentasi mengenai “The Role of Faith in Building Sustainable and Compassionate Communities.”
“Alam semesta harus dilihat sebagai mitra yang tak terpisahkan dari manusia. Untuk mencapai SDGs, kita harus mempertimbangkan empat aspek yaitu planet, people, prosperity, dan partnership, yang semuanya sesuai dengan ajaran Islam,” katanya
Dia menjelaskan beberapa teori ilmu pengetahuan mengukur bagaimana SDGs (Sustainable Development Goals) bisa dicapai. berdasarkan teori pembangunan integralistik Fritjof Capra, pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan keharmonisan atau keadilan terhjadap alam.
Sementara beradasarkan teori ekosentrime/biosentrisme Arne Naess, manusia mempunyai keharusan untuk menghormati alam beserta isinya. Pasalnya manusia bergantung terhadap alam dan menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dengan alam. manusia merupakan sesama makhluk hidup menurut biologisme, atau sebagai makhluk hayati dan non hayati menurut ekosentrisme.
Menurut Sukron, teori-teori tersebut juga terdapat dalam ajaran Islam. Diantaranya tentang larangan untuk melakukan pengrusakan terhadap alam dan tidak boleh berlaku sewenang-wenang. Sukron juga mengingatkan bahwa dalam ajaran Islam, manusia adalah khalifah yang memiliki tanggung jawab dan mengayomi.
Selanjutnya, Koordinator GreenFaith Indonesia Hening Parlan membahas “Communicating Across Faiths: Shared Values for a Sustainable Future.” Hening menyoroti bahwa nilai-nilai dalam kitab suci berbagai agama mengajak kita untuk melindungi bumi dan mendorong aksi bersama.
Direktur Eksekutif PUSKESTAL Syukri Pulungandengan kemudian meamaprkan “Psychology and Sustainability: Cultivating Eco-Consciousness and Well-Being.”
Syukri menggarisbawahi bahwa solusi krisis ekologi terletak pada perubahan perilaku manusia dan pergeseran paradigma menuju visi yang lebih baik tentang kehidupan yang baik.
Sementara Trisia Megawati Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia membawakan topik “Bridging the Gap: Effective Environmental Communication for a Sustainable Future.”
Dalam pemaparannya, Trisia menekankan pentingnya perpaduan antara ilmu dan keimanan untuk menciptakan komunikasi yang efektif dalam pelestarian lingkungan.
Webinar dipandu oleh Siti Khadijah dari Universitas Islam 45. Khadijah menyimpulkan bahwa Islam memiliki keterkaitan yang luar biasa untuk menjaga lingkungan, hal ini pun dijelaskan oleh para pembicara bagaimana manusia dapat menjaga alam berlandaskan pada salah satu hadis “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”.
IASSF berencana mengadakan kegiatan serupa di masa mendatang. Melalui webinar semacam ini, IASSSF akan terus mendorong kontribusi nyata menuju masa depan yang lebih baik. Keberhasilan acara tidak hanya terletak pada diskusi yang dilakukan, tetapi juga pada penguatan jaringan dan kolaborasi antar peserta yang hadir dari berbagai latar belakang, dibuktikan dengan banyaknya peserta yang aktif bertanya selama acara berlangsung.
Dukungan terhadap acara ini datang dari berbagai jurnal ilmiah, termasuk Journal of Research on Communication and Sustainability (JORCS), Islamic Perspectives on Environmental Responsibility and Conservation Practices (IPERCOP), dan Linkage: Journal of Social and Environmental Interactions. ***