Kemenperin Dorong Industri Mamin Percepat Penerapan Industri 4.0

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri makanan dan minuman (Mamin) untuk mempercepat implementasi industri 4.0.

“Industri makanan dan minuman bisa menjadi priyek percontohan bagi implementasi industri 4.0 di dalam negeri,’ ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika membuka seminar “Strategi dan Inovasi Sektor Pangan Menjawab Era Industri 4.0″  di Jakarta, Rabu (21/03/2018).

Menurut Airlangga, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin di industri 4.0 untuk kawasan Asean karena proses yang dilakukan Indonesia telah lebih maju dibandingkan negara-negara di kawasan Asean lainnya.

“Negara lain masih berkutat di lapangan, belum ada yang advance. Sementara Indonesia sudah lebih maju lagi dimana sejumlah industri sudah mulai menerapkan,” katanya.

Menperin mencontohkan soal keberadaan marketplace di Asean, dimana empat dari tujuh marketplace terbesar di kawasan itu ada di Indonesia.

Selain industri Mamin, Menperin mengatakan kalau sejumlah sektor industri lainnya juga didorong untuk mempercepat penerapan industri 4.0. Sektor industri tersebut adalah industri kimia, tekstil, elektronika dan otomotif.

“Penentuan industri-industri itu didasarkan pada besarnya kontribusi terhadap PDB, nilai ekspor serta penerapan tenaga kerja,” ucap Menperin.

Industri Mamin sendiri memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) non migas terbesar dari subsektor industri lainnya yakni sebesar 34, 33% di tahun 2017.

Pangsa pasar yang besar itu, ungkap Airlangga, juga diikuti dengan pertumbuhan yang tinggi dimana pertumbuhan industri Mamin di tahun 2017 mencapai sebesar 9,23 %, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 8,46%.

Sementara itu Kerua Gabungan Asosiasi Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan industri Mamin memang harus mengimplementasikan industri 4.0 agar bisa bersaing dengan produk asing.

“Kita harus mengarah ke industri 4.0. Kalau tidak, kita tak akan mampu bersaing dengan negara lain yang sudah siap dengan program itu,” ujarnya.

Adhi menjelaskan kalau implementasi industri 4.0 tidak akan mematikan industri kecil karena permintaan pasar tidak lagi mengarah kepada produk massal dengan harga murah saja.
“ Permintaan pasar saat ini mengarah pada produk dengan spesifikasi tertentu. Ini tentunya bisa dipenuhi juga oleh industri kecil,” jelasnya.

Dia mencontohkan banyaknya produk dengan spesifikasi khusus dari induatri kecil yang ditawarkan di marketplace-marketplace dan terbukti banyak diminati. Buyung N