Lawan Hambatan Sawit

Pabrik kelapa sawit

DPR menyerukan untuk terus melawan kampanye hitam dan hambatan dagang produk berbasis minyak sawit.

Anggota Komisi I DPR Nurdin Tampubolon menyesalkan terhambatnya ekspor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya ke beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Norwegia, India, dan Uni Eropa.

Menurut dia, hambatan itu timbul dari kecemburuan negara-negara pesaing  atas keberhasilan perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia.

“Negara-negara itu tidak senang melihat Indonesia bisa sejahtera dengan produksi CPO terbesar di dunia,” kata Nurdin dalam pernyataan tertulis yang diterima Agro Indonesia.

Menurut dia, negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat yang memiliki produksi minyak biji bunga matahari tidak ingin tersaingi. “Ini karena minyak kelapa sawit milik Indonesia merupakan minyak nabati yang paling kompetitif.”

Nurdin mengatakan banyak cara yang digunakan negara-negara pesaing untuk menghambat ekspor. Di antaranya dengan menyebut Indonesia tidak berwawasan lingkungan. Tujuannya untuk menurunkan kepercayaan masyarakat. “Sayangnya, hal itu tidak akan tercapai. Sawit tetap merupakan komoditas strategis dengan daya saing yang tinggi,” kata Nurdin.

Sementara Wakil Ketua Komisi VI DPR Bowo Sidik Pangarso mengatakan, pemerintah harus mampu melindungi investasi pada sektor perkebunan dan kehutanan melalui regulasi pro pertumbuhan ekonomi. Apalagi investasi di sektor ini sangat fantastis lebih dari  Rp277,32 triliun

Bowo juga meminta pemerintah mendorong pembangunan produk turunan sawit agar industri ini terus berkembang dan berdaya saing dalam peta persaingan industri global. Sugiharto