Sosok wanita pekerja keras ini rupanya paham betul arti pentingnya sumber daya manusia (SDM) yang profesional di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Itu sebabnya, pendidikan dan pelatihan (Diklat) kehutanan bagi setiap aparatur harus terus ditingkatkan. Bahkan, profesionalitas itu coba dibangun melalui pencetakan tenaga muda terampil melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Wanita karir tersebut bernama Amrih Wikan Hartati. Insinyur kehutanan jebolan Universitas Gajah Mada (UGM) ini punya prinsip, jangan pernah puas atas apa yang telah dicapai hari ini. Itu sebabnya, belajar dan terus belajar, dan bahkan jangan bermimpi berhenti untuk mengejar ilmu.
Karena itu, Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) ini sangat mendukung program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memprioritaskan dunia pendidikan nasional, di samping pembangunan infrastruktur.
Tingginya concern Wikan terhadap mutu SDM LHK apakah terkait dengan hasil pemetaan SDM Kementerian LHK yang dia lakukan 2016 dan kabarnya di bawah standar? Tentu saja tidak. Sebab, soal pendidikan dan pelatihan bagi aparatur KLHK memang salah satu kewajiban buat wanita kelahiran Semarang Jawa Tengah ini. “Kalau tidak mau belajar, berarti ilmunya tidak meningkat. Itu persoalannya,” ujar wanita asal Semarang, Jawa Tengah ini.
Berikut petikan wawancara Agro Indonesia dengan mantan Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan SDM Kehutanan ini, pekan lalu.
Mungkin bisa dibocorkan seperti apa sih hasil pemetaan SDM LHK yang pernah Anda lakukan tahun 2016? Cukup memuaskan atau justru memprihatinkan?
Sejak awal, tujuan pemetaan SDM LHK hanya untuk perbaikan. Jadi, hasilnya juga khusus untuk internal, untuk introspeksi bagi Kementerian LHK, dan tentunya demi perbaikan ke depannya. Jadi, maaf, itu bukan untuk kepentingan publik.
Jika hasilnya buruk, artinya BP2SDM sebagai institusi yang bertanggungjawab meningkatan mutu aparatur SDM LHK bisa dianggap gagal?
Ya tidak bisa begitu. Kan banyak faktornya. Contohnya, karena kendala anggaran dan kesempatan mengikuti diklat atau belajar, dan masih banyak lagi.
Indonesia memiliki luas hutan tropis yang besar dengan luas hampir 140 juta hektare (ha), tentunya harus memiliki banyak tenaga terampil kehutanan dan harapannya agar lingkungan hidup dan hutannya tetap terjaga atau lestari?
Saya sangat setuju. Makanya, sudah lama pimpinan kementerian kehutanan telah menyiapkan kader untuk keperluan tersebut dengan mendirikan sekolah sendiri. Namanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan. Lulusannya ternyata telah tebukti jadi ujung tombak di lapangan. Alumni SMK Kehutanan hebat-hebat. Tangguh dan mumpuni keilmuannya serta tahan ditempatkan di kawasan hutan sekalipun, makanya banyak dicari.
Apakah SMK Kehutanan digratiskan?
Kementerian LHK memiliki 5 SMK Kehutanan (SMK), yakni SMK Kehutanan di Kadipaten (Jawa Barat), Pekanbaru (Riau), Makassar (Sulawesi Selatan), Samarinda (Kalimantan Timur)dan Manokwari (Papua). Kelima SMK Kehutanan tersebut sejak tahun 2016 digratiskan. SMK Kehutanan diprogramkan untuk menyiapkan peserta didik yang profesional, mandiri, dan berakhlak mulia dalam mendukung pembangunan kehutanan serta memiliki daya saing tingkat nasional maupun internasional. Seluruh peserta didik menganut sistem boarding school dan selama pendidikan 3 tahun wajib tinggal di asrama.
Tentunya termasuk siswa asal Timor Leste juga digratiskan?
Tentu saja mereka juga digratiskan. Tahun 2016 kami menerima 5 siswa untuk belajar di SMK Kehutanan Kadipaten. Sedangkan tahun 2017 akan ditambah lagi 5 siswa asal Timor Leste untuk mengikuti belajar di SMK Kehutanan di Pekanbaru, Riau. Sehingga total jumlahnya 10 orang.
Saya barusan dapat kabar bahwa SMK Kehutanan di Riau untuk tahun 2017 ini mendapat predikat lulusan terbaik 2017 untuk sekolah menengah kejuruan tingkat Provinsi Riau. Ini tentu prestasi yang menggembirakan.
Apa sih latar belakang munculnya kerjasama G to G antara Indonesia dengan Timor Leste?
Begini. Anda tadi kan sudah bilang Indonesia punya hutan ratusan juta hektare tapi terkesan Indonesia selalu minta bantuan kepada negara asing. Guna mengubah citra yang kurang pas itu, kita mencoba menawarkan beasiswa kepada pemerintah Timor Leste untuk mendidik generasi muda mereka menjadi tenaga kerampil bidang kehutanan. Rupaya mereka menyambutnya.
Adakah program beasiswa kepada negara lain kedepannya?
Untuk tahun 2017 saja, kami menambah 5 siswa bagi Timor Leste. Untuk negara lain belum dijajaki. Kami terkendala keterbatasan anggaran. Sebab, untuk 5 SMK Kehutanan milik Kementerian LHK ini saja menghabiskan dana sekitar Rp60 miliar, sementara itu anggaran BP2SDM sendiri hanya berkisar Rp300 miliar. Tapi siapa tahu ke depannya akan merambah ke negara lain yang membutuhkannya.
Apakah kerjasama dengan Timor Leste juga termasuk menerima peserta diklat bagi aparatur negara tetangga tersebut?
Dalam MoU sebetulnya tidak terbatas hanya dengan pemberian beasiswa di SMK Kehutanan. Tapi bisa juga pendidikan dan latihan di Balai Diklat Kehutanan (BDK) seperti yang dekat-dekat dengan mereka, yakni di Kupang. Dulu, tahun 2016, ada beberapa jenis latihan yang kita tawarkan. Kerjasama kita dengan Timor Leste sesungguhnya sudah berjalan lama khususnya dalam pelatihan aparatur mereka, namun kalau kerjasama dengan SMK Kehutanan baru dimulai tahun 2016.
Apa saja latihan yang diberikan?
Ada banyak. Misalnya rehabilitasi hutan dan lahan. Mereka juga punya hutan yang sama dengan kita. Ada yang subur hutannya seperti yang di So’e. Gaharu mereka punya, cendana punya, pembibitan cendana itu kan tidak gampang jadi mereka ikut belajar di Diklat Kupang.
Berapa banyak peserta yang ikut diklat?
Begini. Misalnya kita mengadakan latihan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) dan untuk satu kelas pesertanya ada 30 orang. Nah, dari jumlah itu ada peserta dari Timor Leste. BDK kan biasanya ngundang peserta dari sejumlah kabupaten dan UPT. Pada kesempatan itu, kita juga mengundang peserta dari Timor Leste. Biasanya begitu. AI