Pemerintah mengapresiasi kolaborasi semua pihak dalam mencegah kebakaran lahan dan hutan (karlahut).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, upaya pencegahan kebakaran tahun lalu tidak hanya banyak dibantu pengaruh alam tetapi juga karena upaya masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha yang begitu baiknya. Hal itu menjadi faktor utama dalam pencegahan karlahut.
“Kesiapsiagaan begitu baiknya. Sesuai arahan presiden mengenai pentingnya pencegahan kebakaran hutan secara dini. Hasilnya 2016 seperti itu,” kata Willem dalam sambutannya di peluncuran Desa Bebas Api 2017 di Pelalawan, Riau, Selasa (16/5).
Pada kesempatan tersebut, Willem atas nama pemerintah mengucapkan penghargaan kepada para kepala desa yang berhasil menjaga desanya dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang telah melakukan program-program pencegahan kebakaran, yang selama 3 tahun mampu menurunkan kebakaran secara signifikan.
Kunci keberhasilan lainnya, kata dia, adalah early warning system (sistem deteksi dini) yaitu bagaimana memantau hotspot, memberikan kesadaran, maklumat, dan sosialisasi. langkah tersebut diakui telah meningkatkan kemampuan dalam pemdaman kebakaran secara dini. Tahun lalu BNPB mengerahkan 26 helikopter untuk water bombing dan tiga pesawat untuk patroli.
Willem menambahkan, berdasarkan prediksi cuaca 2017 dari Amerika, Selandia Baru, dan Jepang, musim hujan akan berlangsung hingga Mei dan kemarau akan terjadi hingga Oktober-November 2017. “Kemarau normal dan cukup lama kira-kira 5-6 bulan. Ini harus diwaspadai. Jepang bilang ini kemarau moderat. Apapun pantauannya yang penting harus siap,” kata dia.
Direktur RAPP Rudi Fajar mengatakan, perkembangan Desa Bebas Api yang signifikan menunjukkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan kebakaran, yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat agar membuka lahan dengan tidak menggunakan api. Pencegahan perlu komitmen dan kesadaran yang kuat dari berbagai pihak, termasuk agar selalu saling mengingatkan untuk menjaga lahan dari kebakaran.
Dia menjelaskan, jika sebelumnya Desa Bebas Api baru mencakup lima kegiatan (reward dan insentif, crew leader, pendampingan pertanian, monitoring kabut asap, dan sosialisasi), tahun ini ditambah dengan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Sosialisasi ke sekolah telah dilakukan di 50 sekolah dan tahun ini rencananya dilakukan di 72 sekolah. Selain itu, sosialisasi juga ditempuh melalui tokoh lintas agama dan pemutaran film. “Hari ini ada adik-adik kita komikus yang membuat tema kebakaran. Kita libatkan mereka sejak dini, tutur Rudi.
Hasil penilaian Desa Bebas Api 2016 yang memperoleh hadiah Rp100 juta ada sembilan desa, yaitu Sering, Kuala Panduk, Petodaan, Teluk Binjai, Teluk Meranti, Penarikan, Olak, Tasik Putri Puyu, dan Tanjung Padang.
Sedangkan desa yang menerima hadiah Rp50 juta ada lima desa, yaitu Pelalawan, Kuala Tolam, Langgam, Pangkalan Gondai, dan Lubuk Jering.
Sementara itu, empat desa tidak memperoleh hadiah karena terjadi kebakaran lebih dari 2 hektare (ha), yaitu Pulau Muda, Segamai, Lukit, dan Dayun.
Tahun ini ada 18 desa yang berkomitmen bergabung dalam Program Desa Bebas Api, yaitu Langgam, Penarikan dan Pangkalan Gondai (Kabupaten Pelalawan), Dayun, Olak, Lubuk Jering (Siak), dan Tanjung Padang, Tasik Putri Puyu, Mekar Delima, Dedap, Kudap, Lukit, Bumi Asri, Pelantai, Teluk Belitung, Mayang Sari, Bagan Melibur dan Mekar Sari (Kepulauan Meranti).
Sugiharto