Bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri kini sudah semakin dekat. Seperti biasanya, masyarakat akan menyambut secara antusias kedatangan bulan suci dan hari raya tersebut.
Datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri juga akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sejumlah bahan pangan. Kenaikan harga pun sudah tidak terhindarkan lagi.
Semula pola konsumsi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya hanya untuk sesaat itu saja, kemudian berubah menjadi pola konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan jangka waktu yang lama.
Upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu yang lama ini dengan meningkatkan persediaan barang keperluan sebanyak-banyaknya untuk menjamin kebutuhan yang akan datang dengan cara saling mendahului di antara masyarakat untuk mencari dan membeli barang kebutuhan terutama kebutuhan pokok.
Dalam menghadapi datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri kali ini, pemerintah sudah memperkirakan akan adnaya kenaikan harga pada sjeumlah komoditas pangan.
Wapres Jusuf Kalla memperkirakan ada beberapa harga komoditas pangan yang akan naik selama dua periode tersebut, di antaranya ayam, telur, ikan, dan cabai. Sedangkan untuk bahan pangan pokok seperti beras diprediksi tidak naik secara signifikan.
Memang, kenaikan harga sudah bisa diduga karena saat ini saja ada beberapa komoditas yang masih tinggi, seperti bawang merah. Harga komoditas itu kini masih berada di ataas Rp 30.000 per kilogram.
Untuk mengerem lonjakan harga bawang merah, pemerintah telah mengambil sejumlah tindakan, antara lain menyiapkan Bulog untuk memborong hasil panen petani. Targetnya, 23 ribu ton bawang merah, yang kerap berpengaruh signifikan terhadap laju inflasi, dapat terserap. Upaya ini diharapkan menekan permainan harga yang kerap terjadi.
Saat ini, kebutuhan bawang merah mencapai 100 ribu ton per bulan. Apabila Bulog memiliki seperlimanya, hal itu sudah cukup untuk menjaga kestabilan harga komoditas ini. Meskipun demikian, rencana ini masih terus dimatangkan. Bulog telah mendata sejumlah sentra utama produsen bawang merah.
Selain itu, komoditas pangan utama yang perlu diperhatikan pemerintah adalah daging sapi. Saat ini harga daging sapi di pasaran masih berada di atas Rap 125.000 per kilogram. Sejumlah pihak memperkirakan harga daging sapi bakal menembus angka Rp 150.000 per kilogram pada menjelang Idul Fitri jika pemerintah tidak mengantisipasinya dengan baik.
Memang, pemerintah telah memutuskan untuk mengimpor 10.000 ton daging sapi melalui PT Berdikari. Namun hal ini belum bisa menjamin harga daging sapi bisa turun ke posisi Rp80.000 per kilogram.
Peranan sektor produksi oleh perusahaan swasta maupun Perusahaan Negara harus lebih tanggap terhadap peristiwa kenaikan harga-harga karena peristiwa kenaikan harga-harga terjadi berulang-ulang setiap tahunnya.
Selain itu diperlukan juga peranan pemerintah dalam hal memonitor jumlah konsumsi masyarakat dan jumlah barang kebutuhan masyarakat yang di hasilkan oleh sektor produksi, menerbitkan kebijakan impor bila masih kurang dalam penyediaan barang kebutuhan masyarakat dan mengawasi jalur distribusi barang supaya lancar sehingga Kenaikan harga-harga barang kebutuhan masyarakat dapat terkendali.