Kementerian Pertanian (Kementan) terus mensosialisasikan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berbasis online (dalam jaringan atau daring) melalui Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP). Sistem ini mampu menarik minat petani untuk ikut program asuransi.
“Daerah merespon dengan baik, sehingga sosialiasi SIAP banyak dilakukan oleh daerah,” ujar Sekretaris Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Mulyadi Hendiawan di Jakarta, pekan lalu.
Daerah yang sudah melakukan sosialisasi antara lain Lampung, Sumatera Selatan, Yogjakarta, Medan, Banten dan provinsi lainnya. Sistem ini menarik minat petani untuk ikut program asuransi.
Aplikasi SIAP merupakan hasil kerja sama antara Kementan dengan Jasindo untuk mempermudah pendaftaran dan pendataan asuransi.
“Aplikasi SIAP menjadi salah satu jawaban atas keluhan para dinas pertanian di seluruh Indonesia dan beberapa pihak lainnya mengenai penyajian data atau pendaftaran asuransi tani,” ujar Mulyadi.
Berdasarkan data Kementan 2018, realisasi AUTP sekitar 806.199,64 hektare (ha) dari target 1 juta ha (80,62%), turun dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 997.961 ha. Klaim tahun 2017 tercatat seluas 25.028 ha, sedangkan klaim kerugian tahun 2018 hanya mencapai 12.194 ha (1,51%).
Penuruan pencapaian target tersebut salah satunya disebabkan karena ada perbaikan administasi di tingkat daerah. Beberapa dinas tidak merekap jumlah petani yang ikut asuransi.
Jika polis asuransi dikirim pihak Jasindo ke alamat kelompok tani, maka biasanya tidak tercatat di dinas. Namun, jika polis asuransi petani itu dikirim melalui dinas, maka akan dicatat.
“Ini menjadi temuan pemeriksa, karena terkait dengan klaim yang dibayar. Tahun lalu, kita benahi administasi ini, maka capaian target sedikit agak turun,” tegas Mulyadi.
Namun, tahun 2019, target luasan 1 juta ha nampaknya akan tercapai karena sekarang pendaftaran bisa melalui online SIAP. Sistem daring ini mempermudah petani untuk ikut asuransi.
Selain itu, pembayaran klaim hanya diberikan pada petani yang masuk dalam SK Dinas tentang Daftar Peserta Definitif (DPD) asuransi. Selama ini tidak semua peserta AUTP tercantum dalam SK. “Nah, mulai tahun lalu kita benahi, sehingga klaim hanya dibayarkan jika nama petani tercatat dalam SK tersebut,” tegasnya.
Tak ada kendala
Mulyadi menyebutkan, sebenarnya sampai saat ini tidak ada kendala yang cukup berarti, baik klaim maupun pembayaran premi. Kementan bersama perusahaan asuransi Jasindo terus mengajak para petani padi untuk mengasuransi lahannya.
Selain itu, para penyuluh pertanian diminta untuk lebih aktif mensosialisasikan program asuransi kepada petani, terutama pada saat musim tanam seperti sekarang ini.
“Kita minta teman-teman penyuluh mensosialisasikan program asuransi ini karena asuransi ini melindungi kerugian petani jika areal tanamannya kena musibah,” ungkapnya.
Menurut Mulyadi, potensi untuk mengajak petani masuk asuransi adalah pada saat musim tanam, karena areal yang mau di-cover asuransi adalah yang petani tanam.
“Penyuluh punya power untuk menarik petani atau mengumpulkan petani. Dalam pertemuan itu, penyuluh bisa mensosialisasikan asuransi. Hal ini lebih efektif. Penyuluh mestinya paham tugas dan fungsinya,” katanya.
Dalam sosialisasi, Kepala Bidang Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Barat, Antoni Zakaria menyampaikan, prosedur mengikuti program AUTP tahun 2019 dilaksanakan berbasis internet.
Prosedur dilakukan mulai dari pendaftaran, premi, hingga klaimnya, yaitu ada perubahan sistem yang semula dari manual beralih ke aplikasi internet. “Program AUTP saat ini melalui aplikasi sistem internet. Ke depan, pendaftaran tidak lagi harus datang ke kabupaten. Jadi, kami minta agar penyuluh-penyuluh mampu menguasai sistem ini,” ujarnya.
Menyempurnakan
PT Jasa Asuransi Pertanian (Jasindo) sebagai pengelola sudah meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP). Aplikasi SIAP merupakan hasil kerja sama antara Kementan dengan Jasindo untuk mempermudah pendaftaran dan pendataan asuransi.
Mulyadi menambahkan, aplikasi SIAP menjadi salah satu jawaban atas keluhan para dinas pertanian di seluruh Indonesia dan beberapa pihak lainnya mengenai penyajian data atau pendaftaran asuransi tani.
“Beberapa catatan audit itu tidak boleh berulang. Baik administrasi maupun manajerial, bahkan sampai menimbulkan kerugian negara. Khusus asuransi pertanian, aplikasi SIAP ini dapat mengatasi permasalahan tersebut,” kata Mulyadi.
Adanya aplikasi SIAP ini tentunya dapat menyempurnakan penyajian data, memudahkan pendaftaran petani, bahkan mengatasi masalah kurangnya tenaga dari Jasindo yang sempat menjadi keluhan di berbagai daerah.
Meskipun baru diluncurkan, penggunaan aplikasi ini sudah diujicoba oleh beberapa penyuluh pertanian lapang dan aplikasi SIAP ini mudah dipelajari. Sehingga penyuluh bisa dengan cepat mengerti dan mengaplikasikannya. Menariknya lagi, dengan adanya aplikasi ini, pencatatan dokumen menjadi paperless (tidak membutuhkan kertas) sehingga blangko dokumen tidak akan tercecer.
Kini aplikasi SIAP hadir untuk meningkatkan pelayanan dengan mempermudah sistem, mendukung pertanian 4.0, serta monitoring pelaksanaan AUTP dan AUTS/K secara real time. Pendaftaran dan klaim AUTP dan AUTS/K pun dapat lebih praktis dan mudah.
Mulyadi mengungkapkan, perkembangan asuransi tani kini sudah jauh lebih baik. Manfaat asuransi tani telah nyata dirasakan, terutama di daerah endemik potensi kegagalan panen. Bahkan, kesadaran masyarakat sekarang justru sudah timbul dan secara swadaya mengakses asuransi pertanian tersebut.
“Sekarang mereka datang ke Jasindo menanyakan skema bagaimana asuransi tani untuk komoditas lain, seperti bawang merah, cabai. Tidak hanya pada padi saja,” katanya.
Ditjen PSP pun telah berkoordinasi untuk mulai menyusun teknis asuransi di luar komoditas padi, karena memang sekarang hanya padi dan ternak yang mendapat anggaran APBN untuk premi, yaitu sebesar 80%. PSP