Indonesia telah menyelesaikan pembaruan dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) sebagai bagian kontribusi pengendalian perubahan iklim global.
Dalam dokumen tersebut, Indonesia mempertahankan target penurunan emisi gas rumah (GRK) sebesar 29% denga upaya sendiri dan 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman menyatakan, target penurunan emisi GRK Indonesia sudah sangat ambisius dibanding sejumlah Negara lain.
“Kita angka 20% itu dilengkapi dokumen rinci, ada roadmap, sehingga dunia yakin bahwa langkah-langkah yang disusun Indonesia itu logis, realistis sesuai dengan kondisi Indonesia,” kata Ruandha pada saat Media Briefing secara telekonferensi Jumat (19/03/2021).
Menurut Ruandha banyak Negara lain, yang mencantumkan target penurunan emisi jauh lebih rendah dari Indonesia.
Tak hanya itu, mereka juga tak dilengkapi dengan berbagai dokumen dan roadmap sehingga pencapaian targetnya masih diragukan.
Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Staf Ahli Menteri LHK bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Laksmi Dhewanthi menambahkan, meski target penurunan emisi GRK tetap, namun dalam dokumen NDC pembaruan, Indonesia menambah kemampuan untuk mencapai target tersebut.
“Ability Indonesia untuk mencapai target ditingkatkan,” kata dia.
Pembaruan dokumen NDC akan dibawa Indonesia pada konferensi perubahan iklim COP ke 26 yang akan berlangsung di Glasgow, Britania Raya, November nanti.
Ruandha menjelaskan selain mempertahankan target pengurangan emisi GRK, pembaruan NDC Indonesia akan memuat pembaruan informasi sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini. Ruandha memberi contoh, telah dimasukkan hal-hal yang berkaitan dengan Visi Misi Kabinet Indonesia Maju 2019.
Pembaruan lain adalah penjelasan terhadap hal yang masih perlu informasi rinci, misalnya terkait elemen adaptasi dan sarana implementasi serta kerangka transparansi.
Selanjutnya adalah terdapat komitmen baru terkait isu kelautan dan lahan basah seperti mangrove, terumbu karang dan sebagainya yang biasa disebut blue carbon, serta pemukiman masyarakat dalam elemen adaptasi.
Lebih lanjut, Ruandha menerangkan bahwa Indonesia juga telah menyiapkan strategi jangka panjang (long term strategies/LTS) hingga tahun 2070 berupa arah kebijakan dan pembangunan yang rendah karbon dan berketahanan iklim.
Ruandha menjelaskan, strategi jangka panjang untuk mencapai target ‘menuju net zero emission’ pada tahun 2050 adalah, menyelaraskan tujuan dan target pengendalian perubahan iklim dengan target pembangunan nasional, sub-nasional dan internasional, termasuk tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs).
Kemudian juga, pelibatan non-party stakeholders, mengembangkan inovasi, dan memperkuat komunitas dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
Ruandha melanjutkan, sebelum 2050, tepatnya pada 2045 atau 100 kemerdekaan Indonesia, telah dipikirkan juga strategi untuk menuju Indonesia yang maju dan sejahtera. Akhirnya, diharapkan Indonesia benar-benar dapat mencapai target ‘net zero emission‘ pada tahun 2070 nanti.
Sugiharto