Badan Pusat Statistik (BPS) pekan lalu mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2015 sebesar 5,04% secara year on year (yoy). Namun, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 tercatat 4,79%. Sedangkan secara kuartalan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun 1,083%.
Menurut BPS, pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal IV tahun 2015 tersebut antara lain didukung dari kondisi perekonomian dalam negeri, di mana inflasi tercatat 3,35%, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 5,88% point to point pada kuartal IV-2015 dibandingkan kuartal III-2015. Selain itu belanja pemerintah juga mengalami peningkatan 6,37%.
Pertumbuhan ekonomi yang positif di kuartal IV tahun 2015 ini telah membuat pemerintah optimistis kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2016 akan melampaui angka 5 %.
Darmin Nasution, Menteri Koordinator Perekonomian optimistis pertumbuhan tersebut akan tetap terjaga pada tahun 2016 ini.Untuk kuartal I 2016 nanti misalnya, dia masih meyakini ekonomi akan kembali tumbuh di atas 5%.
Keoptimisan tersebut didasarkannya pada beberapa faktor, salah satunya, perbaikan pola belanja pemerintah yang diawal tahun sudah mulai dikebut.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi memamg merupakan suatu yang sangat diharapkan baik oleh pemerintah maupun rakyat Indonesia. Dengana danya pertumbuhan ekonomi itu, berarti tingkat kesejahteraan rakyat bisa terangkat, pengangguran berkurang dan tingkat kemiskinan rakyat Indonesia bisa menyusut.
Namun kita juga menyadari kalau upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional tidaklah mudah. Selain faktor dalam negeri, pertumbuhan ekonomi nasional juga terpengaruh oleh faktor luar negeri.
Saat ini, kondisi ekonomi negara-negara yang selama ini menjadi pasar ekspor produk Indonesia, belum menunjukkan tanda-tanda positif. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di kuartal IV-2015 melemah ke 6,8% dibandingkan kuartal sebelumya. Ekonomi Inggris melemah dari 2,1% ke 1,9% di kuartal IV-2015. AS melemah dari 2,1% ke 1,8%.
Pelemahan ekonomi yang terjadi di negara-negara yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia ini tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan devisa ekspor Indonesia.
Selain itu, tantangan lain yang saat ini mulai muncul adalah trend terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan yang beroperasi di Indonesia.
Sejumlah perusahaan di sejumlah sektor usaha telah melakukan aksi perampingan karyawan demi mengatasi penurunan pendapatan atau keuntungan yang diterima perusahaan-perusahaan itu akibat melemahnya harga komoditi serta turunnya permintaan pasar.
Tantangan yang muncul dari luar negeri dan dalam negeri itu tentunya harus benar-benar diwaspadai pemerintah jika memang pemerintah ingin mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 5 % pada tahun 2016 ini.
Kebijakan-kebijakan yang pro peningkatan ekspor, perlindungan produk dalam negeri dan peningkatan investasi di dalam negeri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan tersebut memang sudah dikeluarkan pemerintah melalui sejumlah paket kebijakan ekonomi, namun hingga kini realisasinya masih setengah hati.