Siasati Krisis Pangan Dunia, Kementan Siapkan Pembiayaan Pertanian

Dunia saat ini sedang dilanda krisis pangan global. Indonesia sebagai salah satu negara yang punya andil terhadap pangan dunia, berkomitmen untuk berkontribusi terhadap keberlangsungan pangan bagi masyarakat.

Merujuk hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) sejak beberapa tahun terakhir melaksanakan berbagai program, di antaranya The Development of Integrated Farming System in Upland Area (Upland), program kerja sama antara Indonesia dengan IFAD (International Fund for Agricultural Development).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, lewat Upland, ribuan petani yang melaksanakan aktivitas pertaniannya di dataran tinggi, amat terbantu.

“Fokus dari kegiatan Upland ini adalah pengembangan pertanian yang komprehensif dari on-farm sampai dengan off-farm berdasarkan value chain,” katanya.

Value chain ini bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani di daerah dataran tinggi melalui pengembangan infrastruktur lahan dan air, pengembangan sistem agribisnis dan penguatan sistem kelembagaan.

Untuk memberikan informasi publik terkait isu krisis pangan global, Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian melaksanakan workshop pertanian. Tajuk workshop ini adalah ‘Mensiasati Krisis Pangan Global dengan Meminimalisir Risiko Produksi Pangan Melalui Pembiayaan Pertanian, Rabu (5/10/2022) hingga Jumat (7/10/2022).

Workshop membahas banyak aspek. Di antaranya tentang KUR, risiko terhadap produksi pangan, pengembangan keuangan inklusif dalam pembangunan pangan dan pertanian, serta asuransi pertanian.

Intinya adalah bagaimana menciptakan solusi dari krisis pangan ini, melalui skema pembiayaan pertanian.

Dirjen PSP Kementan, Ali Jamil mengatakan, kegiatan ini mendukung tagline yang diusung Kementan, yaitu mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern.

Dijelaskannya, salah satu aspek penting dalam pertanian adalah fasilitas pembiayaan. Kementan mendukung hal itu melalui KUR.

“Untuk kepala daerah, mohon bantuan untuk membantu program ini supaya pencapaian projek ini bisa tercapai dengan baik,” katanya.

Ali juga berterima kasih kepada Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang telah memberikan kemudahan KUR kepada petani. Juga bank-bank daerah yang mendukung penyaluran KUR pertanian.

“Dari segi permodalan, harusnya petani tidak lagi menemui kesulitan, karena ada KUR yang bisa dimanfaatkan untuk on-farm maupun off-farm,” katanya.

Ali juga membahas mengenai perlindungan terhadap petani. “Pemerintah telah melakuan perlindungan terhadap petani, khususnya melalui asuransi. Namun, cakupan asuransi akan terus kita perluas,” katanya.

Menurut Ali, Ditjen PSP Kementan sedang menggodok kemungkinan asuransi untuk komoditas selain padi dan sapi/kerbau.

“Selama ini, yang ada adalah asuransi usaha tani padi (AUTP) atau sapi dan kerbau (AUTS/K). Kita akan upayakan ada juga asuransi untuk bawang merah, cabai merah dan komoditas yang berdampak pada inflasi. Kalau bisa juga kambing dan domba juga kita asuransikan,” katanya.

Ali mengatakan, pihaknya juga membuka kemungkinan asuransi pertanian tidak hanya melalui Jasindo. “Bisa atau tidak, atau seperti apa mekanismenya, kita harapkan dari workshop ini ada masukan mengenai hal itu,” katanya.

Ali mengatakan, Mentan menyambut positif kegiatan Upland — yang merupakan kerja sama dengan IFAD. Pasalnya, kegiatan ini turut membangun pertanian dari hulu ke hilir.

“Khususnya di dataran tinggi. Dan menanggapi ini, kita menerapkan strategi 5 CB atau cara bertindak. CB 1 peningkatan kapasitas produksi, CB 2 diversifikasi pangan lokal, CB 3 penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, CB 4 pengembangan pertanian modern, dan CB 5 gerakan tiga kali ekspor (Gratieks). Itu program yang sudah eksis,” ujarnya.

Dia menjelaskan, Menteri Pertanian juga menyampaikan 3 program Strategis baru, yaitu tetap meningkatkan produksi namun dalam konteks menekan inflasi, subtitusi komoditi alternatif, memberikan kesempatan komunitas meng-handle bagaimana pertanian bisa lebih berkembang.

“Kementan sudah melakukan semua program itu. Kebijakan pemerintah mengenai kedelai sudah semakin berkembang bagaimana masyarakat semakin diuntungkan dan bisa berjalan lancer. Peningkatan ekspor juga terus kita tingkatkan, lebih dari 500 komoditas sudah kita ekspor dengan nilai Rp625 triliun — yang artinya terjadi peningkatan 38% dari tahun sebelumnya,” ujarnya.

Dia menjelaskan, Kementan juga melakukan sosialisasi dan mensiasati krisis pangan global dengan melibatkan peran proyek Upland. Tujuannya untuk membangun logistik pangan.

Beras Aman

Dalam kesempatan itu, Syahrul juga menyebutkan pasokan beras domestik aman. Dia mengklaim neraca ketersediaan beras di dalam negeri masih surplus 10 juta ton. “Stok beras aman. Kamu mau berapa ton? Mau beli berapa, ayo,” ucapnya saat ditemui di Kementan, Jakarta, Kamis, (6/10/2022).

Kendati memastikan stok beras aman, Syahrul enggan menanggapi naiknya harga pangan utama itu, yang terjadi di pasar belakangan ini. Menurut dia, harga beras bukan tanggung jawab Menteri Pertanian.

“(Kalau soal harga) Jangan tanya saya, bukan saya enggak bisa jawab. Bukan tupoksi saya,” kata dia.

Sebelumnya, di pasaran harga beras naik hingga sekitar Rp2.000/kg. Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso bahkan sempat menyebut ada sejumlah pihak swasta yang menguasai pasar sehingga menyebabkan harga tak stabil.

Syahrul menyatakan, persoalan-persoalan itu bukan menjadi tanggung jawabnya. “Kalau bawa beras jual ke mana, itu bukan urusan saya,” ucap Syahrul.

Dia menekankan, kenaikan harga beras diperlukan agar petani mendapat sedikit uang. Terlebih, kata dia, harga beras di Indonesia adalah salah satu yang termurah di Asia setelah Vietnam.

“Kita punya stok dan neraca kita masih surplus 10 juta ton. Di mana persoalannya?” tuturnya. Dia juga mengaku senang apabila pemerintah bisa membeli hasil panen petani melalui Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Hal yang terpenting, katanya, Indonesia tidak mengimpor beras. SW

Upland Siapkan Asuransi Petani Dataran Tinggi

Peran The Development of Integrated Farming System in Upland Area (Upland) Kementerian Pertanian dalam menghadapi krisis pangan global, khususnya bagi petani dataran tinggi, terus ditingkatkan.

Salah satunya dengan mendorong fasilitasi pembiayaan pertanian (KUR) dan perlindungan petani (Asuransi). Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Ali Jamil mengatakan, saat ini Kementan menyampaikan 3 program utama yang disebut sebagai strategi baru dalam menghadapi krisis pangan global.

“Yang pertama adalah tetap meningkatkan produksi dalam konteks menekan inflasi, yaitu komoditas yang menyebabkan inflasi seperti cabai merah, bawang merah ada produk-produk lain,” katanya.

Kedua adalah melakukan substitusi impor dengan membuat program pertanian yang berfokus pada komoditas impor, seperti kedelai dan gandum.

“Apakah dengan sorgum yang sudah di-launching Presiden untuk mengembangkan sorgum ke depan, dan untuk kedelai kita sudah memiliki program mengembangkan komoditas tersebut.” jelasnya.

Ketiga tetap meningkatkan ekspor melalui program 3 kali lipat ekspor, dengan memperbanyak komoditas yang diekspor mencapai lebih dari 500 komoditas tumbuhan maupun hewan.

“Karena itu, untuk menghadapi krisis pangan global ini, kita terus meningkatkan peran program Upland yang sudah running di 13 kabupaten, salah satunya dengan memfasilitasi pembiayaan pertanian dengan KUR dan perlindungan petani melalui asuransi,” ungkapnya.

Menurut Ali Jamil, Upland merupakan program pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir di dataran tinggi yang sumber dananya berasal dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan Islamic Development Bank (IsDB).

“Dataran tinggi itu komoditasnya bermacam-macam. Ada padi, kopi, kakao, berbagai macam sayuran dan lain-lain. Dan dengan adanya program Upland ini tujuannya adalah untuk mengangkat pertanian berbagai komoditas tersebut,” tegasnya.

Bupati Garut, Rudy Gunawan mengatakan, program Upland yang sudah dijalankan daerahnya banyak memberikan dampak luar biasa bagi kabupaten Garut.

“Program Upland sangat hebat karena dianggarkan dulu oleh Pemerintah Daerah dalam APBD. Setelah itu, kalau program tersebut berjalan baik, baru diganti oleh pusat (reimburse). Dan ini memberikan dorongan secara teknokratik bagaimana kita juga harus serius untuk melakukan program pengembangan pertanian ini,” ujarnya.

Rudy menambahkan, dengan program Upland, pemerintah daerah bisa melakukan sinergitas dari hulu sampai hilir dalam mengembangkan pertanian.

Perwakilan International Fund for Agricultural Development (IFAD), Anisa mengatakan, program yang dijalankan dengan Kementan melalui Direktorat PSP sejak 2019 memiliki tujuan utama meningkatkan produktivitas dan kapasitas petani terutama di dataran tinggi untuk mengembangkan agribisnis.

“Upland selain memperkenalkan teknik pertanian melalui GAP, juga memperkuat daya tahan petani dari sisi pembiayaan,” ungkapnya.

Karena itu, IFAD dan IsDB bekerja sama dengan program Insured yang juga dibiayai IFAD dan SIDA mengembangkan beberapa skema dan produk, salah satunya asuransi petani cabai dan bawang merah serta produk pertanian lainnya. YR