Stok Daging Industri Terkuras

Pemerintah gagal menurunkan harga daging sesuai keinginan Presiden Joko Widodo selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Bahkan, asosiasi industri daging olahan kini mulai menagih janji izin impor karena stok daging industri kosong. Kabarnya, Perum Bulog menawarkan daging kerbau impor dari India, namun dengan harga tinggi.

Langkah pemerintah mengguyur pasar dengan daging industri selama Ramadhan dan Idul Fitri ternyata tak mampu menyeret turun harga daging di pasar. Harga daging di bawah Rp80.000/kg hanya terjadi di lapak-lapak operasi pasar yang digelar swasta dan toko tani Indonesia. Itu pun daging beku dengan kualitas daging industri yang mengandung banyak lemak (CL85). Sementara di pasar, harga daging murni (daging semur) sampai sekarang rata-rata di posisi Rp117.000/kg, tak mampu diseret turun.

Kini, tiga pekan setelah Lebaran, langkah jor-joran pemerintah mulai berbuah tagihan. Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia (NAMPA) mendesak pemerintah membayar “daging talangan” sebanyak 10.000 ton sesuai dengan janji Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat meminta mereka melepas stok 8.100 ton yang ada untuk mengguyur pasar. Pasalnya, stok daging CL85 sudah terkuras dan mengancam produksi sosis dan kornet. “Jika tidak ada izin yang dikeluarkan, maka kegiatan untuk bulan depan sangat terganggu,” ujar Ketua Umum NAMPA, Ishana Mahisa di Jakarta, Jumat (22/07/2016).

Dia mengaku stok yang masih cukup banyak hanya daging CL65 dan kurang bagus dan menurunkan kualitas produk daging olahan. Sementara stok CL90 terbatas, dan jika pihak industri memakainya pasti berpengaruh ke harga jual. “Harga menjadi lebih mahal yang berarti mengurangi daya saing,” katanya.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto mendukung agar pemerintah segera memberi izin impor mengganti daging talangan yang diberikan. Apalagi, stok yang dilepas mencapai 32% dari kebutuhan daging industri sebesar 25.000 ton.

Yang jadi soal, Ishana mengaku harga CL85 di Australia kini sudah naik. Harga daging itu sampai di Indonesia Rp65.000-Rp66.000/kg, dan jika ditambah margin keuntungan importir Rp5.000/kg, maka harga beli Rp71.000/kg. Itu sebabnya, NAMPA berharap mereka bisa membeli daging kerbau India yang diimpor Bulog. Sayangnya, Bulog mematok harga jual yang tinggi, Rp60.000/kg. “Terlalu tinggi,” katanya. Padahal, NAMPA juga sudah dapat penawaran langsung dari India dan harganya sampai Indonesia hanya Rp36.000/kg.

Jika benar, Bulog untung seabrek. Dari data yang ada, BUMN ini dapat izin impor daging 10.000 ton, di mana separuhnya adalah daging industri CL65 sampai CL95. Namun, Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu mengaku pihaknya belum mengeluarkan harga jual, dan daging baru masuk paling lambat akhir Agustus. Soal tawaran harga tinggi? “Kami ditugaskan untuk menstabilkan harga daging sapi. Tentunya harganya lebih murah.” AI