Sumitomo Forestry Co., Ltd. (SFC) berkolaborasi dengan IHI Corporation memperkenalkan NeXT Forest, sebuah proyek konsultasi yang bisa mengawal perusahaan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dan perkebunan sawit untuk menjawab tantangan pengelolaan lahan gambut dan hutan tropis memanfaatkan teknologi satelit dengan akurasi tinggi.
Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto berharap NeXT Forest bisa mendukung Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.
Ini adalah komitmen untuk mencapai tingkat serapan gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Use/FOLU) yang sudah seimbang atau lebih banyak ketimbang emisinya di tahun 2030.
“Apresiasi kepada Sumitomo Forestry dan IHI yang telah memperkenalkan NeXT Forest dan sharing capaian yang telah diraih dalam pengelolaan lahan gambut untuk pengurangan emisi GRK,” kata Agus saat membuka Seminar tentang NeXT Forest di Jakarta, Selasa 19 Juli 2022.
General Manager Forest Carbon Sink Business Department Environment and Resources Division Sumitomo Forestry Tsuyoshi Kato menjelaskan NeXT Forest memadukan pengalaman dan pengetahuan best practices pengelolaan gambut yang dimiliki Sumitomo Forestry dengan teknologi satelit dan pemantauan cuaca yang dikembangkan perusahaan terkemuka dari Jepang, IHI Corporation.
“NeXT Forest sudah kami luncurkan di Konferensi Perubahan Iklim di Glasgow akhir tahun 2021 dengan tujuan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan mencapai carbon negative,” kata Kato.
Dia melanjutkan, NeXT Forest menawarkan PBPH dan perkebunan sawit pendampingan untuk pengelolaan lahan gambut, pemanfaatan sistem pemantauan tinggi muka air, mengoptimalisasi data analisis, dan mendukung pengurangan emisi dan penjualan kredit karbon.
Kato mengatakan aplikasi teknologi pemantauan dan satelit selain mendukung penurunan emisi karbon juga bisa meningkatkan produktivitas tanaman tanpa harus dilakukan pemupukan, dan efisiensi cost produksi dan tenaga kerja.
Sebagai informasi, Sumitomo Forestry memiliki pengalaman panjang mengelola 3 unit PBPH HTI di lahan gambut dengan total areal sekitar 120.000 hektare.
Di 3 konsesi tersebut diterapkan sistem pengelolaan air berbasis stok (stock-based water management). Hasilnya, pengurangan emisi karbon melalui pengurangan penurunan muka tanah gambut dan tidak adanya kebakaran gambut.
Pada tahun 2019, studi kolaboratif antara Sumitomo Forestry dan Universitas Tokyo memperkirakan tingkat emisi karbon tahunan pada salah satu areal yang diterapkan stock based water management, secara potensial dapat ditekan hingga 75% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata emisi karbon yang disebabkan oleh hutan tanaman dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Pengurangan emisi karbon tersebut bisa menjadi peluang dalam Nilai Ekonomi Karbon.
Sementara Manager Business Development Group IHI Corporation Soichi Nakajima menjelaskan IHI Corporation memiliki pengalaman panjang dalam teknologi satelit termasuk menjadi kontraktor utama roket Epsilon, yang merupakan roket paling handal dan efisien untuk peluncuran satelit di Jepang.
Pada pemantauan hutan dan lahan gambut, IHI Corporation telah mengembangkan sistem Integrated Monitoring, Reporting, and Verifying (iMRV). Sistem ini mencakup pengukuran kondisi lahan, penggunaan 3D laser untuk pemindaian dan pengumpulan data, penggunaan drone, pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelegent), dan pemantauan dengan menggunakan satelit dari luar angkasa.
“Dengan menggunakan informasi dari satelit, kami bisa menyajikan menyajikan laporan data historis tentang kondisi degradasi hutan yang terjadi. Juga menyediakan data topografi yang bisa dimanfaatkan untuk rencana pengelolaan,” katanya.
Kontribusi PBPH
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo yang bergabung secara daring menjelaskan saat ini PBPH anggota APHI semakin dituntut untuk melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lahan gambut secara lestari dalam mendukung Indonesia’s FOLU Net Sink.
“APHI mengapresiasi APHI mengapresiasi upaya yang telah dilakukan anggota untuk menerapkan pengelolaan hutan lestari, termasuk pengelolaan gambut berkelanjutan, mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menerapkan teknologi yang pas,” kata dia.
Indroyono menjelaskan aksi pengelolaan hutan di lahan gambut yang mendukung Indonesia’s FOLU Net Sink diantaranya adalah pembangunan hutan tanaman, pengelolaan hutan lestari, restorasi gambut, dan perbaikan tata air.
Indryono mengatakan pengelolaan ekosistem gambut perlu diterapkan oleh anggota APHI untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan dan dekomposisi gambut yang bisa menyebabkan lepasnya GRK.
Adapun kegiatan yang harus dilakukan diantaranya dengan menjaga kebasahan gambut dengan membangun infrastruktur seperti sekat kanal dan pintu air, pemantauan tinggi muka air tanah secara real time dengan aplikasi yang terhubung dengan KLHK, serta rehabilitasi dan revegetasi.
Indroyono mengatakan saat ini semakin banyak anggota APHI yang menerapkan perlindungan dan pengelolaan gambut berkelanjutan dengan dukungan teknologi memadai. Ini diindikasikan dengan menurunnya kejadian karhutla di lahan konsesi PBPH yang ada di lahan gambut. ***